BLOG AL ISLAM
Diberdayakan oleh Blogger.
Kontributor
Doa Kedua Orang Tua dan Saudaranya file:///android_asset/html/index_sholeh2.html I Would like to sha
Arsip Blog
-
►
2011
(33)
- ► Januari 2011 (22)
- ► September 2011 (1)
-
►
2012
(132)
- ► April 2012 (1)
- ► Agustus 2012 (40)
- ► Oktober 2012 (54)
- ► November 2012 (4)
- ► Desember 2012 (3)
-
►
2013
(15)
- ► Maret 2013 (1)
-
►
2015
(53)
- ► Januari 2015 (45)
- ► April 2015 (1)
-
►
2023
(2)
- ► Februari 2023 (1)
- ► Desember 2023 (1)
twitter
Live Traffic
Latest Post
Oktober 15, 2012
Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam; Nabi yang Lahir di Bawah Pohon Kurma
Kisah Nabi Isa as-Menghidupkan orang yang Sudah lama Mati
Written By sumatrars on Senin, 15 Oktober 2012 | Oktober 15, 2012
Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam; Menghidupkan Orang yang Sudah
Lama Mati
Disalin / Tulis Ulang Rachmat Machmud
Setiap nabi dan rasul dianugerahi mukjizat yang berbeda-beda
oleh Allah SWT. Mukjizat adalah kejadian luar biasa untuk membuktikan kenabian
dan kerasulan seseorang. Mukjizat yang diperlihatkan nabi dan rasul umumnya
disesuaikan dengan kondisi umat pada zamannya. Pada masa Nabi Isa ’alaihis
salam, masyarakat Bani Israil sedang dilanda penyakit materialis. Segala
sesuatunya serba dinilai dengan uang, emas dan harta benda. Urusan dunia selalu
dinomor satukan, sementara menyangkut keimanan, keagamaan dan bekal akhirat
diabaikan.
Nabi Isa mendapat tugas utama untuk mendidik ruhani dan
tauhid kepada umatnya yang senang membantah. Karena itu ia diberi beragam
mukjizat dan keistimewaan oleh Allah SWT untuk menopang perjuangan dakwahnya.
Mukjizat yang paling awal terjadi ketika ia masih bayi, bahkan sesaat setelah
dilahirkan. Waktu itu ia sudah bisa berbicara secara lancar dengan manusia
dewasa. Ia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan masyarakatnya.
Hal tersebut terkait dengan pelecehan dan fitnah yang
dialamatkan kepada Ibunya, yakni Siti Maryam. Mereka menuduh Ibu Nabi Isa
seorang pelacur dan wanita murahan. Sebab, Ibunya tidak pernah menikah dan
tidak mempunyai suami, tetapi bisa hamil dan melahirkan seorang bayi. Dengan
tegas Nabi Isa menyatakan bahwa Ibunya tidak pernah bersalah. Ibunya termasuk
perempuan baik, saleh, suci, dan berasal dari keturunan terpandang yang
diberkahi Allah SWT.
Membuat Burung dari Tanah
Kaum Nabi Isa yang pandai berdebat sangat mengingkari adanya
ruh dan hari kebangkitan. Oleh karena itu, mereka meminta Nabi Isa untuk
menghidupkan orang yang sudah lama mati. Nabi Isa menyanggupinya untuk
meyakinkan mereka yang terlampau mengagung-agungkan akal pikiran. Mereka
kemudian beramai-ramai menunjukkan sebuah kuburan tua yang tidak jauh dari
tempat tinggalnya.
”Putra Maryam, kalau kamu memang benar utusan Tuhan, coba
hidupkan orang ini! Seperti kami ketahui, tubuh orang ini sudah ditimbun tanah
beberapa tahun lalu. Rambut dan dagingnya kami yakin sudah habis dimakan
cacing. Tulang-tulangnya sudah terlepas dan hancur berantakan,” tantang salah
seorang pemimpin Bani Israil, tangannya mengarah ke kuburan.
”Kamu jangan harap bermimpi di siang bolong, wahai Isa! Jika
kamu bisa, kami baru percaya kepada dirimu dan Tuhanmu,” celetuk yang lainnya
dengan nada sinis sembari berkacak pinggang. Kawan-kawannya memberi dukungan
melalui isyarat bahasa tubuhnya.
”Baiklah, akan saya bangunkan orang ini atas izin Allah
SWT,” jawab Nabi Isa, terlihat tenang.
Nabi Isa langsung bermunajat kepada Allah SWT. Usai berdoa,
Nabi Isa mendekati kuburan, lalu mengarahkan kedua tangannya. Ia
memangil-manggil penghuni kubur. Seketika orang yang sudah mati itu hidup
kembali. Jasad dan anggota tubuhnya tetap utuh dan masih lengkap, sama seperti
dulu ketika ia hidup. Ia bisa berbicara dengan orang-orang yang hadir, terutama
dengan Nabi Isa.
”Apa kalian sudah percaya dengan adanya hari kebangkitan
atau hari akhir?” tanya Nabi Isa.
Orang-orang Bani Israil tidak ada yang berani bersuara.
Mereka serempak bungkam. Mereka masih kaget melihat peristiwa yang baru saja
dilihatnya. Seakan-akan mereka disergap perasaan percaya dan tidak percaya.
”Kami masih belum percaya dengan kenabianmu. Coba tunjukkan
kehebatanmu yang lain!” pinta seseorang lainnya, suaranya setengah berteriak.
”Apa lagi yang ingin kalian minta?” tukas Nabi Isa.
”Perlihatkan kepada kami cara membuat burung hidup dari
tanah liat.”
Nabi Isa kembali berdoa kepada Allah SWT. Selang beberapa
menit, ia mengambil tanah liat yang ada di sekitarnya. Tanah itu dibuat seperti
burung, lalu ditiup dan jadilah burung yang bebas terbang ke sana kemari.
”Ini bukti bahwa ruh itu ada pada setiap makhluk hidup.
Sudahkah ini menunjukkan bahwa Allah SWT Maha Kuasa?” ucap Nabi Isa.
”Kami masih belum percaya kepadamu. Itu semua hanya permainan
sihirmu. Dasar pembohong!” cetus masyarakat, lantas berbarengan meninggalkan
Nabi Isa.
Menurunkan Makanan dari Langit
Pada satu kesempatan Nabi Isa sedang berkumpul bersama para
pengikutnya di tempat ibadah. Mereka meminta Nabi Isa supaya menurunkan makanan
dan minuman dari langit. Secara kebetulan, orang-orang yang tidak percaya
dengan kenabian Isa mengetahui permintaan itu. Rupanya mereka ingin membuktikan
sendiri secara kasat mata kehebatan Nabi Isa. Akhirnya mereka meminta izin ikut
bergabung dengan umat Nabi Isa.
Nabi Isa berdiri, lalu melangkahkan kakinya. Ia meletakkan
tangan kanannya di atas tangan kirinya, kemudian menundukkan kepala untuk
memulai bermunajat.
”Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit.”
Saking khusu’nya berdoa, sampai-sampai ia menangis dan
air matanya memasahi jenggotnya yang panjang. Seketika turunlah makanan besar
dari celah dua awan: satu awan di atasnya, satu awan di bawahnya.
Saat itu
orang-orang melihatnya penuh takjub. Nabi Isa melanjutkan doanya,
“Ya Allah
Tuhan kami, jadikanlah makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah
bagi kami.”
Makanan dari langit itu turun di hadapan Nabi Isa. Aroma dan
baunya sangat harum, menggoda lidah siapa saja untuk segera menyantapnya. Nabi Isa
tersungkur dalam keadaan sujud syukur yang diikuti oleh umatnya.
Setelah itu
mereka makan bersama. Bahkan orang-orang yang semula tidak percaya dengan Nabi
Isa langsung meyakini ajaran-ajarannya. Sementara bagi pengikut Nabi Isa,
mukjizat ini semakin mempertebal keimanannya kepada Allah SWT. Dikisahkan,
makanan itu tidak habis-habis, meski dimakan oleh ribuan orang.
Nabi Isa Dituduh Tukang Tipu
Pakaian sehari-hari yang dikenakan Nabi Isa terbuat dari
bahan wol murah. Penampilannya sungguh sederhana, bersahaja, namun tidak
membuatnya minder. Hal ini tidak seperti umumnya warga Yahudi pada masa itu
yang senang bermewah-mewahan. Tetapi jangan dikira, ujung bajunya itu jika
disentuh orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh.
Penderita kusta atau
lepra, penyakit belang atau yang mengidap penyakit kronis lainnya, seketika
bisa sembuh bila tersentuh baju Nabi Isa. Bahkan jika Nabi Isa meletakkan
tangannya di atas mata orang yang buta, maka orang itu langsung dapat melihat
keindahan dunia.
Mukjizat lain yang dimiliki Nabi Isa adalah melihat sesuatu
yang gaib. Penglihatannya sanggup menembus benda yang tidak bisa disaksikan
kebanyakan mata orang biasa.
Mata batinnya sangat tajam dan panca inderanya
sungguh peka. Misalnya Nabi Isa mampu melihat makanan, minuman dan
barang-barang yang disimpan di dalam rumah yang pintunya tertutup.
Padahal ia
hanya melihatnya dari luar, tanpa terlebih dahulu masuk atau mendapat bocoran
dari seseorang maupun pengikutnya. Ternyata yang ditebak dan dikatakan Nabi Isa
benar adanya, sesuai dengan isi rumah.
Bagi orang yang tidak senang dengan Nabi Isa, tentu
menganggap Nabi Isa memiliki peliharaan jin atau makhluk gaib sejenisnya yang
bisa diperintah semaunya.
Tetapi Nabi Isa maupun para pengikutnya tidak mau
menanggapi pernyataan atau komentar murahan seperti itu. Nabi Isa tetap sabar.
Ia menyadari, nabi dan rasul sebelum dirinya pun sering mendapat fitnah dan
perlakuan kurang baik. Selain itu, ia tahu, para pejuang pendahulunya kerap
dikatakan tukang sihir, tukang sulap, tukang tipu, atau pembohong kendati oleh
masyarakatnya sendiri.***
Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam; Nabi yang Lahir di Bawah Pohon Kurma
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 15, 2012
Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam; Nabi yang Lahir di Bawah Pohon Kurma
Kisah Nabi Isa ‘alaihis salam; Nabi yang Lahir di Bawah
Pohon Kurma
Menulis Kembali : Rachmat Machmud
Seorang nabi sekaligus manusia pertama di dunia, yakni Nabi
Adam ’alaihis salam, muncul ke alam ini tanpa melalui proses kelahiran
sebagaimana lazimnya. Ia tidak memiliki Bapak dan Ibu. Demikian pula keberadaan
istri Nabi Adam, yaitu Siti Hawa, yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.
Allah SWT kembali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui lahirnya Nabi Isa ’alaihis
salam. Nabi Isa tidak mempunyai Ayah. Ia hanya memiliki Ibu bernama Siti
Maryam.
Pada zamannya, Siti Maryam dikenal sebagai seorang gadis suci
yang pandai menjaga diri. Sehari-hari waktunya hanya dihabiskan sendirian di
dalam kamar untuk beribadah kepada Allah SWT. Ia tidak pernah keluar rumah,
apalagi berbicara dengan laki-laki. Tidak ada satu pria pun yang berani
menyentuh kulit tubuhnya. Ia juga berasal dari keturunan dan keluarga
terpandang. Ibunya bernama Hannah, istri Imran. Sewaktu kecil, Siti Maryam
diasuh oleh keluarga Nabi Zakaria ’alaihis salam.
Satu saat, ketika Siti Maryam sedang khusu’ berzikir,
Malaikat Jibril mendatanginya. Siti Maryam terkejut. Malaikat Jibril
menjelaskan bahwa kehadirannya membawa kabar gembira. Menurut Malaikat Jibril,
tidak lama lagi Siti Maryam akan memperoleh seorang bayi lelaki istimewa
bernama Isa Al-Masih. Dinamakan Al-Masih karena Nabi Isa mengusap bumi dan
membersihkan serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari berbagai fitnah pada
zamannya. Siti Maryam justru semakin takut. Tubuhnya bertambah gemetar. Ia
terus berdoa, meminta perlindungan kepada Allah SWT. Malaikat Jibril kemudian
meniupkan roh ke dalam perut Siti Maryam, lalu menghilang, dan berganti menjadi
cahaya yang terang benderang.
Siti Maryam termenung diliputi kesedihan. Ia berkata dalam
hati, mana mungkin dirinya bisa hamil, padahal belum menikah dan tidak
mempunyai suami. Hari demi hari, perutnya bertambah buncit. Rupanya ia
benar-benar hamil. Anehnya, ia tidak merasa sakit atau ngidam, layaknya wanita
hamil. Siti Maryam bingung, bagaimana menjelaskan semua ini kepada keluarga
maupun masyarakatnya. Pasti tidak akan ada orang yang mempercayai, pikirnya.
Bayi yang Bisa Berbicara
Detik-detik kelahiran Siti Maryam sebentar lagi. Ia mendapat
petunjuk dari Allah SWT supaya meninggalkan rumah dan kampungnya. Siti Maryam
berjalan melewati banyak orang. Tak pelak gemparlah seluruh warga. Mereka terkejut
melihat Siti Maryam sudah berbadan dua. Cemoohan dan caci maki sontak keluar
dari mulut mereka. Mereka menuduh Siti Maryam telah berbuat zina. Mereka
menyebut Siti Maryam perempuan tak berguna alias pelacur. Siti Maryam tidak
menanggapi, meski telinganya panas dan hatinya perih. Kedua kakinya terus
melangkah mantap, tanpa tujuan pasti.
Tibalah Siti Maryam di suatu tempat yang jauh dari
kampungnya dan tanahnya belum pernah diinjak siapapun. Di situ banyak tumbuh
pohon kurma. Ia memilih duduk bersandar, beristirahat di bawah pohon kurma yang
besar dan tinggi. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada perutnya. Akhirnya, ia
melahirkan seorang bayi lelaki berwajah tampan, berkulit lembut dan putih.
Seluruh proses kelahirannya tidak dibantu oleh dukun bayi, bidan maupun dokter.
Selain itu, tidak ada orang yang melihat dan mengetahuinya. Tercatat dalam
sejarah, Nabi Isa ’alaihis salam dilahirkan pada tahun 622 sebelum hijriah atau
sebeluh masehi.
Belum hilang rasa letihnya setelah melahirkan, Siti Maryam
putus asa ingin mengakhiri hidup. Ia merasa malu karena harus menanggung beban
berat sepanjang hidupnya. Namun, anak yang baru dilahirkan itu spontan berkata,
”Ibu jangan bersedih hati. Semua ini karunia dari Allah SWT. Ibu, tolong
gerakkan pohon kurma itu. Nanti makanan, minuman dan buah yang matang akan
mendekati kita, kemudian makanlah. Niscaya hati Ibu menjadi tenang.” Siti
Maryam seketika tersadar, kemudian memuji kebesaran Allah SWT.
Zaman Pembunuhan Bayi Lelaki
Beberapa waktu setelah tinggal di tempat peristirahatan,
Siti Maryam berencana pulang ke rumahnya. Ia menggendong anaknya penuh cinta
dan kasih sayang. Memasuki gerbang perkampungannya pada sore hari, orang-orang
yang sedang berkumpul langsung menghampirinya. Mereka mengerubungi Siti Maryam
sekalian menanyakan identitas bocah itu. Tetapi Siti Maryam tidak menjawabnya,
sebab sudah niat berpuasa tidak mau bicara kepada siapapun. Mereka malah
menyindir, meledek dan memfitnah Siti Maryam. Bahkan ada sebagian orang yang
ingin mengusir Siti Maryam.
Siti Maryam hanya memberi isyarat supaya orang-orang
bertanya kepada bayi yang berada dalam dekapannya. Seketika bayi itu menjawab,
”Aku Isa Al-Masih, hamba Allah SWT yang akan diberi Kitab Injil. Suatu hari aku
akan dijadikan nabi dan utusan-Nya untuk mengembalikan kalian ke jalan Allah
SWT, memerintahkan shalat dan menunaikan zakat. Aku juga akan berbakti kepada
Ibuku.” Orang-orang yang mendengar pernyataannya spontan tampak pucat wajahnya.
Mereka tidak menyangka bayi yang baru lahir beberapa hari bisa berbicara secara
lancar.
Kabar adanya bayi ajaib milik Siti Maryam segera menyebar ke
penjuru negeri, termasuk sampai ke telinga para pendeta dan pembesar Yahudi.
Kehidupan dan perilaku masyarakat yang selama ini sudah melenceng dari ajaran
Nabi Musa ’alaihis salam dan Nabi Daud ’alaihis salam bakal segera diluruskan.
Oleh karena itu, para pendeta dan pembesar Yahudi memerintahkan pengawalnya
untuk menangkap Siti Maryam beserta bayinya. Selain itu, mereka mencari
perempuan yang akan melahirkan dan membunuh setiap bayi laki-laki yang baru
dilahirkan.
Siti Maryam sudah diberitahu oleh seseorang terkait
informasi penting tersebut. Malam harinya, Siti Maryam menggendong Nabi Isa
keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Ia sangat khawatir para pengawal akan
menemukan jejak, kemudian menghunuskan pedang ke tubuhnya dari arah belakang.
Namun Allah SWT sudah berjanji untuk menjaganya. Setelah menempuh perjalanan
yang melelahkan, selamatlah keduanya tiba di Mesir, negeri yang dipenuhi
kebaikan dan kemuliaan. Nabi Isa tumbuh dan menjalani masa kecilnya dengan
bahagia. Ia menuntut ilmu, menghadiri pertemuan serta berdiskusi dengan ulama.
Skenario Untuk Nabi Isa
Suatu hari seseorang menemui Siti Maryam. Dia memberitahu Siti
Maryam agar kembali ke Palestina, sebab pendeta dan pembesar Yahudi yang ingin
membunuhnya sudah mati. Dalam tempo singkat, Siti Maryam dan Nabi Isa yang
menjadi dewasa sudah berada di tanah kelahirannya. Nabi Isa mulai berdakwah.
Mula-mula kepada orang-orang yang dikenalnya. Ia menyerukan mereka kembali
beribadah dan mengesakan Allah SWT. Mereka dianjurkan untuk meninggalkan memuja
patung serta tidak mendewa-dewakan uang dan emas.
Selain itu, pada hari Sabtu Nabi Isa keluar rumah untuk
memetik buah-buahan, kemudian memberikannya kepada orang yang kelaparan dan
kaum fakir. Pada hari Sabtu, Nabi Isa juga menyalakan api untuk wanita-wanita
tua, sehingga mereka tidak mati kedinginan. Padahal menurut keyakinan kaum
Yahudi saat itu, hari Sabtu adalah hari suci. Maksudnya, mereka tidak boleh
melakukan kegiatan apapun kecuali menyembah berhala. Di tempat peribadatan yang
dipenuhi domba dan burung merpati itu, warga Yahudi seperti sedang meminta
pengampunan dosa kepada para pendeta.
Nabi Isa sangat sedih melihat kenyataan tersebut. Sebab,
banyak rakyat miskin yang tidak mampu untuk membayar pendeta agar mengampuni
dosa dan kesalahannya. Nabi Isa yang terbiasa hidup sederhana terus mensyiarkan
ajarannya. Sedikit demi sedikit para pengikutnya kian bertambah. Pada pendeta
yang mulai berkurang wibawa maupun jumlah umatnya merasa kesal, sebab
pendapatan mereka ikut menurun. Mereka menuduh Nabi Isa sebagai penyebab semua
itu. Mereka merancang skenario khusus untuk menyingkirkan, mengusir, bahkan
jika perlu membunuh Nabi Isa.
Seorang pengikut Nabi Isa yang mengetahui rencana itu
menginformasikan kepada Nabi Isa. Nabi Isa beserta beberapa pengikutnya
kemudian bersembunyi di suatu tempat. Namun, seorang sahabat dekat Nabi Isa
membocorkan tempat persembunyian Nabi Isa kepada para pendeta. Akhirnya para
pendeta dan pendukungnya berhasil menangkap sahabat dekat Nabi Isa yang
wajahnya sangat mirip dengan Nabi Isa. Orang itu kemudian dibunuh dengan cara
disalib ditiang kayu. Padahal, Nabi Isa yang asli dan belum menikah itu telah
diselamatkan oleh Allah SWT ke langit.
Sementara pengikut Nabi Isa lainnya yang selamat dari
pengejaran, terus berdakwah menyebarkan ajaran Nabi Isa secara
sembunyi-sembunyi. Sebelum diangkat ke langit, Nabi Isa menyampaikan kabar
kepada para pengikutnya bahwa akan datang seorang nabi dan rasul bernama Ahmad.
Nabi dan rasul yang dimaksud Nabi Isa ialah penutup dari seluruh nabi dan
rasul, yakni Nabi Muhammad SAW. Ahmad sesungguhnya nama lain dari Nabi Muhammad
SAW, yang ajarannya akan melengkapi seluruh ajaran nabi dan rasul
sebelumnya.***
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 15, 2012
Kisah Putra dan Putri Nabi Muhammad SAW
Kisah Putra dan Putri Nabi Muhammad SAW
Tulis /Salin Ulang : Rachmat
Machmud
Sepanjang hidup, Nabi Muhammad SAW diketahui memiliki
beberapa istri. Istri pertamanya bernama Siti Khadijah binti Khuwailid, saudagar
kaya berusia 40 tahun yang dinikahi sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan
rasul. Ketika itu usia beliau 25 tahun. Beliau tidak menikah lagi dengan
perempuan manapun sewaktu Khadijah masih hidup. Beberapa lama setelah Khadijah
wafat, beliau baru menikahi Saudah binti Zam’ah. Saat itu usia beliau sekitar 50
tahun. Beliau kemudian menikahi Siti Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, gadis
berusia 9 tahun.
Selanjutnya Nabi Muhammad SAW menikahi Hafsah binti Umar
bin Khattab, Ummu Habibab binti Abi Sufyan, Hindun binti Abi Umaiyah, dan Zainab
binti Jahsyin. Zainab binti Jahsyin adalah istri pertama beliau yang meninggal
dunia setelah beliau wafat. Beliau juga menikahi Juwairiyah binti Haris dan
Shafiyyah binti Hayy. Adapun perempuan yang terakhir dinikahi beliau bernama
Maimunah binti Haris. Kesemua istri beliau lazim dijuluki ummul mukminin, yakni
ibu-ibu orang yang beriman.
Dari pernikahannya dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW
dikaruniai enam putra dan putri, yakni Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Umi
Kalsum, dan Fatimah. Anak pertama beliau bernama Qasim, yang dilahirkan sebelum
Muhammad SAW menjadi nabi. Atas dasar nama anak pertamanya itu, Nabi Muhammad
SAW kemudian digelari Abu Qasim atau Bapaknya Qasim. Namun, tidak banyak cerita
tentang kehidupan Qasim, sebab ia meninggal dunia pada usia 2 tahun. Selain itu,
putra beliau yang wafat ketika masih kecil adalah Abdullah. Abdullah dilahirkan
dan meninggal dunia di Mekkah. Abdullah juga diberi nama Thayyib dan Thahir
lantaran lahir setelah beliau jadi nabi.
Siti Khadijah melahirkan Zainab, anak ketiganya, ketika
usia Nabi Muhammad SAW 30 tahun. Ruqayyah lahir sewaktu Nabi Muhammad SAW
berumur 33 tahun, kemudian lahirlah Umi Kalsum. Adapun Fatimah dilahirkan di
Mekkah pada 20 Jumadil Akhir, tahun kelima dari kerasulan Ayahnya. Dari seluruh
ummul mukminin, hanya Siti Khadjiah yang memberikan keturunan. Uniknya, putra
dan putri beliau meninggal dunia sebelum beliau wafat, kecuali Fatimah. Nabi
Muhammad SAW dan Siti Khadijah sangat sayang terhadap anak-anaknya.
Zainab
Mendapat Kado Spesial
Zainab, putri pertama Nabi Muhammad SAW, dipinang saat
usianya menginjak remaja. Zainab menikah dengan Abil ‘Ash bin Rabi’. Nabi
Muhammad SAW dan Siti Khadijah datang untuk memberikan doa. Siti Khadijah juga
melepaskan kalung batu onyx Zafar yang dipakainya, kemudian menggantungkannya ke
leher Zainab sebagai kado pengantin paling spesial. Tak sembarang orang bisa
memiliki benda yang sangat berkilau dan berharga pada zamannya itu, kecuali
orang yang kaya raya. Usai menikah, Zainab diboyong ke rumah keluarga Abil ‘Ash.
Zainab meyakini ketika suatu hari mendengar berita bahwa
Ayahnya telah menerima wahyu dari Allah SWT untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Padahal, sang suami tidak mempercayainya. Suami Zainab termasuk dalam barisan
orang-orang yang memusuhi Nabi Muhammad SAW. Zainab kemudian memutuskan masuk
Islam dan menceraikan Abil ‘Ash. Zainab hijrah bersama Ayah dan kaum muslimin.
Kepergian Zainab tidak membuat Abil ‘Ash sedih. Abil ‘Ash bersama kawan-kawannya
tetap saja memusuhi dan memerangi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.
Satu waktu Abil ‘Ash tertangkap oleh pasukan kaum muslimin.
Mendengar kabar itu, Zainab segera meminta bantuan kepada Ayahnya untuk
melepaskan Abil ‘Ash. Nabi Muhammad SAW menemui pimpinan kaum muslimin. Tidak
berapa lama Abil ‘Ash dilepaskan dan dipertemukan dengan Zainab. Abil ‘Ash ingin
tinggal satu atap lagi dengan Zainab. Tetapi Zainab tidak mau sebelum Abil ‘Ash
memeluk Islam. Akhirnya Abil ‘Ash masuk Islam dan Nabi Muhammad SAW
mengembalikan Zainab kepadanya setelah melalui akad nikah baru.
Zainab meninggal dunia pada tahun 8 Hijriah di samping
suaminya. Ummu Aiman, Ummu Athiyah, Ummu Salamah, dan Saudah binti Zam’ah
termasuk orang-orang yang akan memandikan jenazahnya. Kepada mereka, Nabi
Muhammad SAW berpesan, “Basuhlah dia (Zainab) dalam jumlah yang ganjil, 3 atau 5
kali atau lebih jika kalian merasa lebih baik begitu. Mulailah dari sisi kanan
dan anggota-anggota wudhu. Mandikan dia dengan air dan bunga. Bubuhi sedikit
kapur barus pada air siraman yang terakhir. Jika kalian sudah selesai,
beritahukanlah kepadaku.” Setelah dimandikan, Rasulullah SAW memberikan
selimutnya untuk mengkafani jenazah Zainab.
Anugerah Untuk Utsman bin
Affan
Ruqayyah lahir sesudah kakaknya, Zainab. Ia dipinang oleh
‘Utbah bin Abu Lahab. Abu Lahab terkenal sebagai tokoh yang sangat membenci Nabi
Muhammad SAW. Tak lama setelah pernikahan itu, Rasulullah SAW menerima wahyu.
Melihat sikap Abu Lahab yang terus memusuhi Islam, pernikahan mereka disudahi.
Ruqayyah kemudian menikah lagi dengan Utsman bin Affan. Selang beberapa waktu
setelah menikah, keduanya bersama rombongan hijrah ke Habasyah (Ethiopia) demi
menghindari fitnah dan menyelamatkan agamanya.
Utsman bin Affan beserta rombongan kembali lagi ke Mekkah.
Kedatangan Ruqayyah disambut kesedihan, sebab Ibunya telah wafat. Berikutnya
Ruqayyah dan suaminya bersama kaum muslimin pindah dari Mekkah ke Madinah.
Selama hijrah, Ruqayyah tidak menemukan kesulitan-kesulitan. Ia selalu setia
mendampingi dan mendukung perjuangan suaminya. Setelah tinggal di Madinah,
Ruqayyah terserang penyakit demam hingga akhirnya meninggal dunia. Nabi Muhammad
SAW tidak mengetahui menjelang meninggalnya, sebab beliau sedang terlibat dalam
Perang Badar.
Sepeninggal Ruqayyah, Utsman bin Affan dinikahkan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan Umi Kalsum, adik Ruqayyah, pada tahun 3 Hijriyyah. Padahal,
saat itu Utsman bin Affan tengah mengalami masa berkabung yang panjang.
Kepergian istri yang amat dicintainya menyisakan duka dan kesedihan. Sebelumnya,
Umi Kalsum pernah menikah dengan ‘Utaibah bin Abu Lahab. Namun, karena ‘Utaibah
menolak masuk Islam dan lebih senang memilih memerangi Islam, keduanya pun
bercerai.
Utsman bin Affan bisa tersenyum kembali berkat kehadiran
Umi Kalsum. Bagi Utsman, hidup bersama Umi Kalsum sama membahagiakannya ketika
ia menjadi suami Ruqayyah. Sayangnya usia perkawinan keduanya tidak langgeng.
Enam tahun kemudian, Umi Kulsum pulang kerahmatullah. Kepergian Umi Kulsum
kembali menorehkan kesedihan di hati Utsman. Bahkan, kesedihannya dirasakan Nabi
Muhammad SAW yang duduk di atas kuburnya sambil menangis berlinang air mata.
Utsman bin Affan digelari zun nurain, artinya yang mempunyai dua cahaya. Sebab,
ia telah menikahi dua putri Nabi Muhammad SAW.
Fatimah Penerus Keturunan
Nabi Muhammad SAW
Fatimah adalah putri bungsu kesayangan Nabi Muhammad SAW.
Diberi nama Fatimah karena Allah SWT sudah menjamin menjauhkannya dari api
neraka pada hari kiamat nanti. Ia besar dalam suasana keprihatinan dan kesusahan.
Ibundanya wafat ketika usianya terlalu muda dan masih memerlukan kasih sayang
seorang Ibu. Sejak itu, ia yang dikenal pintar dan cerdas mengambil alih tugas
mengurus rumah tangga seperti memasak, mencuci dan mempersiapkan keperluan
Ayahanya. Dibalik kesibukan sehari-hari, ternyata ia wanita yang ahli ibadah.
Siang hari ia selalu berpuasa dan membaca Al-Quran, sementara malamnya tak
ketinggalan shalat tahajjud dan berzikir.
Pada usia 18 tahun, Fatimah dinikahkan dengan pemuda yang
sangat miskin hidupnya. Untuk membayar maskawin atau mahar saja, pemuda bernama
Ali bin Abi Thalib itu tidak mampu, sehingga harus dibantu oleh Nabi Muhammad
SAW. Prosesi pernikahannya berjalan dalam suasana yang amat sederhana.
Usai
menikah, Fatimah sering ditinggalkan oleh suaminya yang pergi berperang hingga
berbulan-bulan. Namun Fatimah tetap ridho. Ia tipe wanita salehah dan mandiri
yang selalu bekerja, mengambil air, memasak serta merawat anak-anaknya, tanpa
mau berkeluh kesah karena kemiskinannya. Ia pandai menjaga harga diri dan wibawa
suami dan keluarganya. Selain itu, ia menghabiskan waktunya untuk beribadah
kepada Allah SWT.
Sebagai bukti sayangnya terhadap Fatimah, Nabi Muhammad SAW
menyatakan, “Fatimah adalah bagian dariku. Siapa yang menyakitinya berarti
menyakitiku. Siapa yang membuatnya gembira, maka ia telah membahagiakanku.”
Fatimah dikenal paling dekat dan paling lama hidupnya bersama Nabi Muhammad SAW.
Ia juga meriwayatkan banyak hadis dari Ayahnya. Fatimah meninggal dunia 6 bulan
setelah Nabi Muhammad SAW wafat, tepatnya hari Selasa bulan Ramadhan tahun 11
Hijriyah dalam usia 28 tahun. Fatimah dimakamkan di pekuburan Baqi’, Madinah.
Dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Thalib, Fatimah
dikaruniai 6 anak, yaitu Hasan, Husein, Muhsin, Zaenab, Umi Kalsum, dan Ruqayyah.
Namun, Muhsin meninggal dunia pada waktu masih kecil. Dengan demikian, Nabi
Muhammad SAW tidak mempunyai keturunan kecuali dari Fatimah. Keturunan beliau
hanya menyebar dari garis kedua cucunya, yakni Hasan dan Husein, yang kemudian
disebut ahlul bait (pewaris kepemimpinan) Nabi Muhammad SAW.***
----------------------------------------------
Tanggapan Komentar.
Bicara masalah keberadaan
‘ahlul bait’ atau keturunan nabi, maka disatu pihak ada kaum yang
mengklaim bahwa merekalah yang satu-satunya berhak ‘mewarisi’ mahkota atau tahta
keturunan ‘ahlul bait’. Ee pihak kaum yang satunya juga tak mau kalah bahwa
merekalah yang pihak pewaris tahta keturunan ‘ahlul bait’.
Dalil kedua pihak ini,
sama-sama merujuk pada peran dan keberadaan dari Bunda Fatimah, anak Saidina
Muhammad SAW bin Abdullah, sebagai ‘ahlul bait’ yang sesungguhnya dan sering
dianggap oleh sebagian besar umat Muslim sebagai pewaris ‘keturunan nabi atau
rasul’.
Jika kita merujuk pada Al Quran, yakni S. 11:73, 28:12 dan
33:33 maka Bunda Fatimah ini tinggal ‘satu-satu’-nya dari beberapa saudara
kandungnya. Benar, jika beliau inilah, salah satu pewaris dari tahta ahlul bait.
Sementara saudara kandungnya yang lainnya, tidak ada yang hidup dan berkeluarga
yang berumur panjang.
Begitu juga, terhadap saudara kandung Saidina Muhammad SAW
juga berhak sebagai ‘ahlul bait’, tapi sayang saudara kandungnya juga tidak ada
karena beliau adalah ‘anak tunggal’. Apalagi kedua orangtua Saidina Muhammad
SAW, yang juga berhak sebagai ‘ahlul bait’, tetapi sayangnya kedua orangtuanya
ini tak ada yang hidup sampai pada pengangkatan Saidina Muhammad SAW bin
Abdullah sebagai nabi dan rasul Allah SWT.
Kembali ke masalah Bunda Fatimah, karena tinggal
satu-satunya sebagai pewaris tahta ‘ahlul bait’, maka timbullah masalah baru,
bagaimana pula status dari anak-anak dari Bunda Fatimah yang bersuamikan Saidina
Ali bin Abi Thalib, keponakan dari Saidina Muhammad SAW, apakah anak-anaknya
juga berhak sebagai ‘pewaris’ tahta ahlul bait?.
Dengan meruju pada ketiga ayat di atas, maka karena Bunda
Fatimah adalah berstatus sebagai ‘anak perempuan’ dari Saidina Muhammad SAW, dan
dilihat dari sistim jalur nasab dengan dalil QS. 33:4-5, maka perempuan tidak
mempunyai kewenangan untuk menurunkan nasabnya. Kewenangan menurunkan nasab
tetap saja pada kaum ‘laki-laki’, kecuali terhadap Nabi Isa As. yang bernasab
pada bundanya, Maryam.
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa menurut konsep Al Quran, bahwa kita tidak mengenal sistim pewaris nasab
dari pihak perempuan, artinya sistim nasab tetap dari jalur laki-laki. Otomatis
Bunda Fatimah walaupun beliau adalah ‘ahlul bait’, tidak bisa menurunkan
nasabnya pada anak-anaknya dengan Saidina Ali bin Abi Thalib. Anak-anak dari
Bunda Fatimah dengan Saidina Ali, ya tetap saja bernasab pada nasab Saidina Ali
saja.
Kesimpulan akhir, bahwa tidak ada pewaris tahta atau
mahkota dari AHLUL BAIT, mahkota ini hanya sampai pada Bunda Fatimah anak
kandung dari Saidina Muhammad SAW. Karena itu, kepada para pihak yang
memperebutkan mahkota ahlul bait ini kembali menyelesaikan perselisihan fahamnya.
Inilah mukjizat dari Allah SWT kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, sehingga tidak ada
pihak hamba-Nya, manusia yang mempunyai status istimewa dihadapan Allah SWT,
selain hamba pilihan-Nya, nabi, rasul dan hamba-Nya yang takwa, muttaqin.
semoga Allah SWT mengampuni saya.
--------------------------------------------------------------------------------------
APAKAH ADA KETURUNAN AHLUL BAIT?
Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga)
ayat dan 3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu
merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan
keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha
Terpuji lagi Maha Pemurah”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna
‘ahlulbait’ adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada
perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah
Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan
memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna
‘ahlulbait’ adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung
Nabi Musa As.
3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28,
30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37
dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW.
para isteri dan anak-anak beliau.
Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan
bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi
universal terdiri dari:
- Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg ‘nabi’ dan rasul sudah meninggal terlebih dahulu.
- Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau ‘anak tunggal’ dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.
- Isteri-isteri beliau.
- Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan ‘nasab’-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.
Bagaimana tentang pewaris tahta ‘ahlul bait’ dari Bunda
Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil
garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam.
Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali
boleh kita anggap bernasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah?. ya jika merujuk
pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa
mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.
Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul
bait, karena kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), maka
untuk selanjutnya yang seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari
anak perempuannya seperti Fatimah dan juga Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg
penerima warisnya.
Dengan demikian sistim nasab yang diterapkan itu tidan
sistim nasab berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari atau kembali lagi ke
nasab laki-laki, ya seharusnya diambil dari nasab perempuan seterusnya.
Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina
Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan
termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak
lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta ‘ahlul bait’.
Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta ‘ahlul
bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan
dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 12, 2012
Keutamaan Tanah Haram Makkah
Written By sumatrars on Jumat, 12 Oktober 2012 | Oktober 12, 2012
Keutamaan Tanah Haram Makkah
Tanah haram jika dimutlakkan secara umum yang dimaksudkan
adalah tanah Haram Makkah. Inilah tanah yang dimuliakan oleh Allah dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika disebut Haromain, maka yang
dimaksudkan adalah Makkah dan Madinah. Ibnu Qayyim Al Jauziyah menyebutkan
dalam Zaadul Ma’ad, “Allah Ta’ala telah memilih beberapa tempat dan negeri,
yang terbaik serta termulia adalah tanah Haram. Karena Allah Ta’ala telah
memilih bagi nabinya –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan menjadikannya sebagai
tempat manasik dan sebagai tempat menunaikan kewajiban. Orang dari dekat maupun
jauh dari segala penjuru akan mendatangi tanah yang mulia tersebut.”
Di antara keutamaan tanah haram Makkah disebutkan dalam
beberapa ayat dan hadits berikut.
Pertama: Di Makkah terdapat baitullah
Sebagaimana Allah menyebutkan mengenai do’a Nabi Allah
–kholilullah (kekasih Allah)- Ibrahim ‘alaihis salam,
رَبَّنَا إِنِّي
أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37).
Rumah pertama yang dijadikan peribadatan kepada Allah Ta’ala
adalah baitullah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ
وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia” (QS. Ali Imran: 96).
Dan baitullah inilah yang dijadikan tempat berhaji
sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَلِلَّهِ عَلَى
النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali
Imran: 97).
Haji ini dijadikan sebagai amalan penghapus dosa yang telah
lalu Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ
فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata
seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana
ketika dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaqun ‘alaih).
Sebagaimana shalat di baitullah juga dilipatgandakan. Dari
Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى
أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ
فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada
1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom
lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan
Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173).
Kedua: Tanah haram dijadikan tempat yang penuh rasa aman
Inilah berkat do’a Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ
مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا
ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Rabbku,
jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan
hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri
kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali“.” (QS. Al Baqarah: 126).
Begitu pula disebutkan dalam ayat lainnya,
وَمَنْ دَخَلَهُ
كَانَ آَمِنًا
“Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah
dia” (QS. Ali Imran: 97).
Kaum Quraisy di masa silam juga merasakan rasa aman ketika
safar mereka,
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ
مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Quraisy: 4).
Ketiga: Rizki begitu berlipat di tanah haram.
Inilah juga berkat do’a Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
رَبَّنَا إِنِّي
أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah
hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37).
Keempat: Tanah Haram tidak akan dimasuki Dajjal
Dajjal akan muncul dari Ashbahan dan akan menelusuri muka
bumi. Tidak ada satu negeri pun melainkan Dajjal akan mampir di tempat
tersebut. Yang dikecualikan di sini adalah Makkah dan Madinah karena malaikat
akan menjaga dua kota tersebut. Dajjal tidak akan memasuki kedunya hingga akhir
zaman. Dalam hadits Fathimah bin Qois radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa
Dajjal mengatakan,
فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ
فِى الأَرْضِ فَلاَ أَدَعَ قَرْيَةً إِلاَّ هَبَطْتُهَا فِى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ
مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَىَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ
أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِى مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ
صَلْتًا يَصُدُّنِى عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلاَئِكَةً يَحْرُسُونَهَا
“Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku
membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam
selain Makkah dan Thoybah (Madinah Nabawiyyah). Kedua kota tersebut diharamkan
bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat
menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan di setiap jalan
bukit ada malaikat yang menjaganya.” (HR. Muslim no. 2942)
Dan Dajjal tidak akan memasuki empat masjid. Dalam hadits
disebutkan tentang Dajjal,
لاَ يَأْتِى أَرْبَعَةَ
مَسَاجِدَ الْكَعْبَةَ وَمَسْجِدَ الرَّسُولِ والْمَسْجِدَ الأَقْصَى وَالطُّورَ
“Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: masjid Ka’bah
(masjidil Haram), masjid Rasul (masjid Nabawi), masjid Al Aqsho’, dan masjid
Ath Thur.” (HR. Ahmad 5: 364. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth, sanad hadits ini
shahih)
Wallahu waliyyut taufiq.
@ Madinah An Nabawiyah, 14 Sya’ban 1433 H
Sumber Artikel Berasal dari :Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 12, 2012
Haji-Naik ke JabJabal Rahmah Saat Hari Arafah
Artikel : Bahasan Utama
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Jika ada yang pernah melaksanakan ibadah haji akan
menyaksikan fenomena di Jabal Rahmah di padang Arafah. Jabal (gunung) yang
semula terlihat dengan warna batu, akhirnya kelihatan putih saat hari Arafah.
Hal ini disebabkan karena para jama’ah haji yang memakai pakaian ihram berwarna
putih menaikinya. Bukan hanya jama’ah haji Indonesia, jama’ah haji dari negara
lainnya pun turut serta. Apakah memang termasuk ajaran Rasul menaiki gunung
tersebut saat wukuf di Arafah? Adakah pahala tertentu bagi orang yang menaiki
Jabal Rahmah dan shalat serta wukuf di sana?
Ada penjelasan dari Al Lajnah Ad Daimah, komisi Fatwa di
Saudi Arabia sebagai berikut.
Tidak ada petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang memotivasi kita untuk menaiki Jabal Rahmah sebagaimana yang sering
dilakukan orang-orang saat hari Arafah. Tidak pula ada petunjuk Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berhaji untuk menaiki gunung tersebut dan
menjadikannya sebagai bagian dari manasik. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda, “Ambillah manasik haji dariku”. Para khulafaur rosyidin
dan para sahabat serta orang yang mengikuti mereka dengan baik juga tidak
pernah naik ke gunung tersebut ketika mereka berhaji, tidak pula menjadikannya
sebagai bagian dari manasik haji. Mereka tidak melakukannya karena mencontoh
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang juga tidak menaikinya. Yang ada adalah
dalil yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di bawah
gunung tersebut di sisi batu besar. Beliau bersabda, “Aku wukuf di sini, namun
seluruh Arofah adalah tempat yang boleh digunakan untuk wukuf. Naiklah dari perut Aronah.” Oleh karena itu,
kebanyakan ulama menyatakan bahwa naik ke Jabal Rahmah ketika haji dan
menganggapnya sebagai bagian dari manasik haji termasuk perbuatan bid’ah (yang
tidak ada tuntunannya dalam Islam). Yang menyatakan seperti ini adalah Imam
Nawawi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan Syaikh Shidiq Hasan Khon.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا ، فَهْوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada tuntunan
dari kami, amalannya tertolak.” (HR. Muslim)
Dan juga bukan termasuk petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi
wa sallam melakukan shalat sunnah di tempat wukuf di Arafah. Yang ada adalah
mencukupkan dengan shalat Zhuhur dan ‘Ashar di Masjid Namiroh, shalat tersebut
dikerjakan secara jamak dan qoshor. Dan jangan menjadikan Jabal Rahmah sebagai
tempat shalat untuk melaksanakan shalat sunnah maupun shalat fardhu saat hari
Arafah. Hendaklah seseorang kala itu menyibukkan dirinya dengan shalat Zhuhur
dan Ashar, serta berdzikir pada Allah, memperbanyak tasbih (bacaan
Subhanallah), tahlil (bacaan Laa ilaha illallah), tahmid (bacaan
Alhamdulillah), takbir (bacaan Allahu Akbar), dan memperbanyak talbiyah
(Labbaik Allahumma labbaik …). Juga hendaklah ia memperbanyak doa hingga
tenggelamnya matahari. Sedangkan menjadikan Jabal Rahmah sebagai tempat shalat
itu termasuk perbuatan bid’ah yang dibuat-buat oleh orang-orang jahil (tidak
paham Islam).
Semoga Allah memberi taufik, shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Fatwa ini ditandatangani oleh Syaikh Ibrahim bin Muhammad
Alu Syaikh, Syaikh ‘Abdurrozaq ‘Afifi, Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan, Syaikh
‘Abdullah bin Mani’ (Fatawa no. 16, 11: 206-208)
Ulama terkemuka dan penulis Fiqih Sunnah yang terkenal,
Sayid Sabiq rahimahullah mengatakan, “Naik ke Jabal Rahmah dan meyakini wukuf
di situ afdhol (lebih utama), itu keliru, itu bukan termasuk ajaran Rasul
–shallallahu ‘alaihi wa sallam-.” (Fiqih Sunnah, 1: 495)
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Wallahu waliyyut taufiq.
@ Sabic Lab, Riyadh KSA, 3 Dzulhijjah 1432 H (30/10/2011)
Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
bahasan utama,
haji dan umrah,
index
Oktober 12, 2012
Haji-Nilai Kesederhanaan dalam Ibadah haji
Nilai Kesederhanaan dalam Ibadah Haji
Ibadah haji merupakan perjalanan spiritual yang sarat
hikmah. Rangkaian prosesi ibadah haji dari sejak niat memasukinya (ihram)
hingga ibadah haji berakhir dengan thawaf wadak memberikan banyak pelajaran
yang dapat kita petik. Diantaranya adalah soal kesederhanaan. Hal ini akan
sangat dirasakan oleh orang yang berhaji.
Sederhana dalam arti meninggalkan kemewahan dan sikap
berlebihan dalam kemubahan dunia adalah sikap terpuji. Baik dalam pakaian,
makanan, minuman, kendaraan, tempat tinggal dan lain-lain. Allah berfirman
(yang artinya), “Makan dan minumlah kalian dan jangan berlebih-lebihan,
sesungguhnya Dia membenci orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS Al-Araf [7]:
31)
Umar bin Khattab pernah berwasiat, “Jauhilah kemewahan dan
berpenampilan orang asing, pakailah pakaian kaum muslimin dan sederhanalah…”
(Hilyah Thalib Ilm, Syaikh Bakr Abu Zaid)
Sikap sederhana dan menjauhi kemewahan dunia lebih dekat
kepada iman dan takwa. Sementara kemewahan kerap menjerumuskan seseorang kepada
dosa dan kekufuran. Karenanya Allah mengabarkan orang-orang yang
bermegah-megahanlah yang sering kali menjadi musuh para Rasul.
Allah berfirman (yang artinya), “Tidaklah kami utus pada
sebuah negeri seorang pemberi peringatan, melainkan akan berkata orang-orang
yang bermegah-megahan di negeri tersebut, “Sesungguhnya kami kufur terhadap
ajaran yang kamu diutus dengannya.” (QS Saba [34]: 34)
Ibadah haji juga mendidik manusia untuk selalu memandang
bahwa sesungguhnya kemulian tidak diukur oleh penampilan lahir. Pakaian ihram
yang seragam bagi kaum laki-laki dengan rida` (kain ihram bagian atas) dan izar
(kain ihram bagian bawah) sangat jelas menggambarkan bahwa manusia di sisi
Allah tidak dinilai dari pakaian yang membalut jasadnya. Allah menyatakan
pakaian yang paling baik bukanlah pakaian lahir, melainkan takwa.
“Wahai anak adam, telah kami turunkan kepada kalian pakaian
yang menutup aurat kalian dan sebagai perhiasan, akan tetapi pakaian takwa
adalah lebih baik…” (QS Al-Araf [7]: 26)
Kesederhanaan yang diajarkan dalam syariat haji juga
mencakup kesederhanaan dalam perkataan dan perbuatan. Prilaku tidak melampaui
batas dalam perkataan dan perbuatan hingga termasuk kategori sia-sia atau
diharamkan Allah adalah tujuan dari sejumlah larangan-larangan ihram seperti
berburu, mencabut tanaman, mengambil barang temuan dan lain-lain.
Allah juga berfirman (yang artinya), “Maka janganlah ada
rafats (jima) dan fusuq (perbuatan dan perkataan buruk) dalam (ibadah) haji.”
(QS Al-Baqarah [2]: 197)
Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan
pengampunan dosa dari ibadah haji hanya bagi orang yang meninggalkan rafats dan
fusuq, “Barangsiapa berhaji dan tidak rafats serta fasik, ia akan kembali
seperti kondisi ia dilahirkan ibunya.” (Muttafaq ‘Alaih)***Wallahu ‘alam
bish-shawab
Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
bahasan utama,
haji dan umrah,
index
Oktober 12, 2012
Alat Musik Dalam Pandangan Ulama Madzhab Syafi’i
Kategori : Fiqh dan Muamalah
Sebagian orang mengira alat musik itu haram karena klaim
sebagian kalangan saja. Padahal sejak masa silam, ulama madzhab telah
menyatakan haramnya. Musik yang dihasilkan haram didengar bahkan harus dijauhi.
Alat musiknya pun haram dimanfaatkan. Jual beli dari alat musik itu pun tidak
halal. Kali ini kami akan buktikan dari madzhab Syafi’i secara khusus karena
hal ini jarang disinggung oleh para Kyai dan Ulama di negeri kita. Padahal
sudah ada di kitab-kitab pegangan mereka.
Terlebih dahulu kita lihat bahwa nyanyian yang dihasilkan
dari alat musik itu haram. Al Bakriy Ad Dimyathi berkata dalam I’anatuth
Tholibin (2: 280),
بخلاف الصوت الحاصل من
آلات اللهو والطرب المحرمة – كالوتر – فهو حرام يجب كف النفس من سماعه.
“Berbeda halnya dengan suara yang dihasilkan dari alat musik
dan alat pukul yang haram seperti ‘watr’, nyanyian seperti itu haram. Wajib
menahan diri untuk tidak mendengarnya.”
Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarh Al Minhaj karya Ibnu Hajar
Al Haitami disebutkan ,
) طُنْبُورٍ وَنَحْوِهِ
) مِنْ آلَاتِ اللَّهْوِ وَكُلِّ آلَةِ مَعْصِيَةٍ كَصَلِيبٍ وَكِتَابٍ لَا يَحِلُّ
الِانْتِفَاعُ بِهِ
“Thunbur dan alat musik semacamnya, begitu pula setiap alat
maksiat seperti salib dan kitab (maksiat), tidak boleh diambil manfaatnya.”
Jika dikatakan demikian, berarti alat musik tidak boleh dijualbelikan. Jual
belinya berarti jual beli yang tidak halal.
Dalam kitab karya Al Khotib Asy Syarbini yaitu Mughni Al
Muhtaj disebutkan,
) وَآلَاتُ الْمَلَاهِي
) كَالطُّنْبُورِ ( لَا يَجِبُ فِي إبْطَالِهَا شَيْءٌ ) ؛ لِأَنَّ مَنْفَعَتَهَا مُحَرَّمَةٌ
لَا تُقَابَلُ بِشَيْءٍ
“Berbagai alat musik seperti at thunbuur tidak wajib ada
ganti rugi ketika barang tersebut dirusak. Karena barang yang diharamkan
pemanfaatannya tidak ada kompensasi sama sekali ketika rusak.” Perkataan beliau
ini menunjukkan bahwa alat musik adalah alat yang haram. Konsekuensinya tentu
haram diperjualbelikan.
Dalam kitab Kifayatul Akhyar penjelasan dari Matan Al Ghoyah
wat Taqrib (Matan Abi Syuja’) halaman 330 karya Taqiyuddin Abu Bakr bin
Muhammad Al Husaini Al Hushniy Ad Dimasyqi Asy Syafi’i ketika menjelaskan
perkataan Abu Syuja’ bahwa di antara jual beli yang tidak sah (terlarang)
adalah jual beli barang yang tidak ada manfaatnya. Syaikh Taqiyuddin memaparkan
bahwa jika seseorang mengambil harta dari jual beli seperti ini, maka itu sama
saja mengambil harta dengan jalan yang batil. Dalam perkataan selanjutnya,
dijelaskan sebagai berikut:
وأما آلات اللهو المشغلة
عن ذكر الله، فإن كانت بعد كسرها لا تعد مالاً كالمتخذة من الخشب ونحوه فبيعها باطل
لأن منفعتها معدومة شرعاً، ولا يفعل ذلك إلا أهل المعاصي
“Adapun alat musik yang biasa melalaikan dari dzikirullah
jika telah dihancurkan, maka tidak dianggap lagi harta berharga seperti yang
telah hancur tadi berupa kayu dan selainnya, maka jual belinya tetap batil
(tidak sah) karena saat itu tidak ada manfaatnya secara syar’i. Tidaklah yang
melakukan demikian kecuali ahlu maksiat.”
Ini perkataan ulama Syafi’iyah yang bukan kami buat-buat.
Namun mereka menyatakan sendiri dalam kitab-kitab mereka. Intinya, musik itu
haram. Alat musik juga adalah alat yang haram. Pemanfaatannya termasuk
diperjualbelikan adalah haram. Artinya, upah yang dihasilkan adalah upah yang
haram. Penjelasan ini pun dapat menjawab bagaimana hukum shalawatan dan nasyid
dengan menggunakan alat musik. Silakan direnungkan!
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Artikel menarik sebagian bahan kajian lebih jauh tentang
musik: “Saatnya Meninggalkan Musik”.
Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Semoga Artikel ini bermanfaat
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
fiqih dan muamalah,
index
KISAH NABI ADAM ALAIHI SALAM
BUAH TEEN Kisah Nabi Adam: Dari Awal Penciptaan Hingga Turun ke Bumi Kisah Nabi Adam menceritakan terciptanya manusia pertama y...