BLOG AL ISLAM
Diberdayakan oleh Blogger.
Kontributor
Doa Kedua Orang Tua dan Saudaranya file:///android_asset/html/index_sholeh2.html I Would like to sha
Arsip Blog
-
►
2011
(33)
- ► Januari 2011 (22)
- ► September 2011 (1)
-
▼
2012
(132)
- ► April 2012 (1)
- ▼ Agustus 2012 (40)
- ► Oktober 2012 (54)
- ► November 2012 (4)
- ► Desember 2012 (3)
-
►
2013
(15)
- ► Maret 2013 (1)
-
►
2015
(53)
- ► Januari 2015 (45)
- ► April 2015 (1)
-
►
2023
(2)
- ► Februari 2023 (1)
- ► Desember 2023 (1)
twitter
Live Traffic
Latest Post
Agustus 29, 2012
Qur'an Taubat dan Istighfar
Written By sumatrars on Rabu, 29 Agustus 2012 | Agustus 29, 2012
Perbedaan Taubat dan Istighfar
by Muhammad Abduh Tuasikal
Kita selalu butuh akan ampunan Allah karena kita adalah hamba yang tidak
bisa lepas dari dosa. Dosa ini bisa gugur dengan taubat dan ucapan istighfar.
Terlihat kedua amalan ini sama. Namun ada sedikit perbedaan mendasar yang
perlu dipahami. Taubat lebih sempurna dan di dalamnya terdapat istighfar.
Namun istighfar yang sempurna adalah jika diiringi dengan taubat.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –rahimahullah-
menjelaskan,
Taubat berarti,
الندم على الماضي والإقلاع منه والعزيمة أن لا يعود فيه
“Menyesali (dosa) yang telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad
untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi.” Inilah yang disebut taubat.
Sedangkan istighfar bisa jadi terdapat taubat di dalamnya dan bisa jadi
hanya sekedar ucapan di lisan. Ucapan istighfar seperti “Allahummaghfirlii”
(Ya Allah, ampunilah aku) atau “Astaghfirullah” (Ya Allah, aku
memohon ampun pada-Mu).
Adapun taubat itu sendiri dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari
maksiat dan bertekad tidak akan mengulanginya. Ini disebut taubat, kadang
pula disebut istighfar. Istighfar yang bermanfaat adalah yang diiringi
dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan bertekad tidak akan mengulangi
dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang disebut istighfar dan kadang pula
disebut taubat. Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah
Ta’ala,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا
اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا
اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ , أُولَئِكَ
جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar)
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan
surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di
dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS.
Ali Imran: 135-136).
Yang dimaksud istighfar pada ayat di atas adalah menyesal dan tidak terus
menerus berbuat dosa. Ia mengucapkan ‘Allahummaghfirlli,
astaghfirullah’ (Ya Allah, ampunilah aku. Ya Allah, aku memohon ampun
pada-Mu), lalu disertai dengan menyesali dosa dan Allah mengetahui hal itu
dari hatinya tanpa terus menerus berbuat dosa bahkan disertai tekad untuk
meninggalkan dosa tersebut. Jadi, jika seseorang ‘astaghfir’ atau ‘Allahummaghfir
lii’ dan dimaksudkan untuk taubat yaitu disertai penyesalan, kembali
taat dan bertekad tidak akan mengulangi dosa lagi, inilah taubat yang benar.
[Sumber
Mawqi’ Syaikh Ibnu Baz]
Ya Allah, terimalah taubat kami dan tutupilah setiap dosa kami dengan
istighfar.
Selepas shalat Shubuh @ Dammam, KSA, Jum’at-20 Jumadats Tsaniyah 1433 H
Penulis:
Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber Artikel Oleh
Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
fiqih dan muamalah,
index
Agustus 29, 2012
Qur'an Memahami Syirik
Salah Dalam Memahami Syirikby Yulian Purnama |
Syirik sudah kita pahami bersama adalah sejelek-jeleknya dosa. Namun
sebagian orang keliru dalam memahami syirik, dikira syirik hanyalah bentuk
penyembahan terhadap berhala atau meyakini ada pencipta selain Allah.
Padahal syirik tidak terbatas pada itu saja. Dan sekali lagi syirik yang
kita bahas bukanlah yang artinya ‘meri’ dalam bahasa Jawa atau
artinya iri. Namun yang dibahas, syirik adalah bentuk peribadahan pada
selain Allah.
Beberapa kekeliruan dalam memahami
syirik:
Pertama: Syirik dianggap hanyalah bentuk penyembahan
terhadap berhala. Sedangkan bentuk beribadah pada wali, orang sholih atau
pada kuburan, maka bukanlah syirik. Bentuk peribadahan yang ada hanyalah
tawassul, meminta syafa’at atau semacam itu. Sehingga syirik hanyalah bentuk
peribadahan pada berhala.
Bantahan: Bentuk peribadahan kepada berhala adalah di
antara jenis syirik. Syirik adalah meminta pada selain Allah baik dari
berhala maupun selainnya. Dan sesembahan orang musyrik bermacam-macam, tidak
hanya berhala. Sesembahan mereka ada berupa berhala. Ada yang berupa
matahari dan rembulan. Ada yang berupa setan, juga ada yang berupa pohon dan
batu. Ada pula yang menyembah malaikat. Ada pula yang menyembah wali dan
orang sholih. Jadi sekali lagi bukan hanya terbatas pada penyembahan pada
berhala saja.
Dalil bahwasanya sesembahan orang musyrik bukan hanya berhala namun beraneka
ragam, sebagaimana dalil berikut.
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا
تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari
dan bulan.” (QS. Fushshilat: 37). Ini menunjukkan bahwa ada orang
musyrik yang menyembah matahari dan rembulan.
وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ
أَرْبَابًا
“Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para
nabi sebagai tuhan.” (QS. Ali Imran: 80). Dalil yang disebut di sini
menunjukkan bahwa ada orang musyrik yang menyembah malaikat dan nabi.
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ
اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا
يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ
عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ
أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan
maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha
Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".”(QS. Al Maidah: 116). Ini juga
dalil bahwa Nabi juga ada yang disembah.
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمْ الْوَسِيلَةَ
أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (QS. Al Isro’: 57).
Orang sholih pun ada yang disembah dan ini termasuk kesyirikan.
أَفَرَأَيْتُمْ اللَّاتَ وَالْعُزَّى وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan
al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak
perempuan Allah)” (QS. An Najm: 19-20). Dalil ini juga menunjukkan
pohon dan batu ada yang disembah.
Kedua: Yang dianggap syirik adalah jika meyakini bahwa ada
pencipta selain Allah, ada yang memberi rizki selain Allah dan ada yang
mengatur alam semesta selain Allah. Jadi dianggap seseorang disebut
bertauhid jika meyakini bahwa tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur
alam semesta selain Allah.
Bantahan: Keyakinan seperti ini benar. Namun seseorang
disebut musyrik (berbuat syirik) di masa silam bukanlah karena keyakinan di
atas. Mereka tidak disebut musyrik karena tidak meyakini perkara rububiyah
di atas. Mereka sama sekali tidak meyakini bahwa berhala itu dapat mencipta,
memberi rizki, dapat menghidupkan atau mematikan. Berhala-berhala tadi hanya
dijadikan perantara dalam beribadah kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ
وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan
mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi
Allah".” (QS. Yunus: 18). Orang-orang musyrik tidaklah mengatakan bahwa
berhala-berhala tadi menciptakan mereka atau memberi rizki pada mereka,
namun yang mereka yakini, berhala-berhala tersebut bisa memberikan syafa’at
kepada mereka di sisi Allah dan menjadi perantara pada Allah. Ini adalah
keyakinan sesat, yaitu hanya membatasi syirik pada tauhid rububiyah saja
ketika tidak meyakini Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki. Bahkan
sejelek-jelek syirik adalah syirik dalam hal uluhiyah yaitu memalingkan satu
jenis ibadah kepada selain Allah. Inilah syirik yang telah diperingatkan
dengan keras dan menjadi misi utama para rasul diutus, serta menjadi sebab
disyari’atkannya jihad. Sedangkan keyakinan bahwa berhala itu bisa mencipta
dan memberi rizki hampir-hampir jarang ditemui, yang diyakini adalah
berhala-berhala tadi dijadikan perantara dan pemberi syafa’at di sisi Allah.
Ketiga: Yang disebut syirik adalah dalam tauhid hakimiyah
yaitu ketika tidak berhukum dengan hukum Allah.
Bantahan: Ini memang di antara jenis syirik karena
pensyariatan hukum hanya menjadi wewenang Allah. Namun syirik bukan hanya
dibatasi dalam hal ini. Bahkan syirik lebih umum dari itu. Syirik terdapat
dalam do’a, tumbal sembelihan pada selain Allah, nadzar pada selain Allah,
dan istighotsah pada selain Allah. Jika dikhususkan pada tauhid hakimiyah
saja, maka itu keliru.
Jadi, Syirik adalah …
Jika kita merenungkan Al Qur’an yang disebut syirik adalah memalingkan
ibadah pada selain Allah. Dalilnya sebagaimana dalam beberapa ayat berikut,
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ
وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan
mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi
Allah".” (QS. Yunus: 18).
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ
“Katakanlah: " Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain
Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di
bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit
dan bumi” (QS. Saba’: 22). Dalil ini menunjukkan syirik dalam do’a
karena dipalingkannya do’a pada selain Allah.
Dalil berikut pula menunjukkan bahwa tumbal sembelihan hanya boleh untuk
Allah,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah” (QS. Al
Kautsar: 2)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ (163)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah)".” (QS. Al An’am: 162-163). Sembelihan
dan shalat kepada selain Allah termasuk syirik dan syirik itu sendiri
beraneka ragam macamnya.
Kaedah yang benar dalam memahami
syirik:
Syirik adalah memalingkan salah satu ibadah kepada selain Allah. Orang yang
memalingkannya disebut musyrik.
Wallahu waliyyut taufiq.
(*) Dikembangkan dari tulisan Syaikhuna -guru kami- Dr. Sholih bin Fauzan
bin ‘Abdillah Al Fauzan -hafizhohullah- dalam kitab “Durus fii
Syarh Nawaqidhil Islam”, terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahun 1425 H, hal.
41-43.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber Artike Oleh Muslim.Or.Id
Sumber Artike Oleh Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
fiqih dan muamalah,
index
Agustus 29, 2012
Penulis: Ustadz Armen Halim Naro رحمه الله
Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama’ah
atau
Tulisan Terkait:
Lihat eBook-eBook dibawah kategori Sholat
Adab Imam dalam Sholat Berjama’ah
Adab Imam dalam Sholat Berjama’ah
Nama eBook: Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama’ahPenulis: Ustadz Armen Halim Naro رحمه الله
Segala puji
bagi Allah Rabb semesta alam, Sholawat dan salam bagi Rasulullah صلى
الله عليه وسلم, kepada keluarganya, sahabatnya dan yang mengikuti mereka dengan
baik hingga hari yang dijanjikan, Amma ba’du:
Imam Sholat
dalam Islam sangatlah diperhatikan, karena Imam adalah ikutan makmum dan tidak
boleh menyelisihinya, Sebab itu seorang imam sholat seharusnya adalah orang
terbaik dari segi kedudukan dan ilmu agamanya dalam masyarakat.
Namun fenomena
yang terjadi adalah banyaknya imam yang tidak mengerti adab-adab dan hukum-hukum
yang berkaitan dengan sholat, sholat jama’ah apatah lagi persoalan Islam secara
umum. Untuk itu perlulah kiranya para Imam untuk mempelajari berbagai adab-adab
dalam sholat berjama’ah dan memprakteknya untuk kesempurnaan sholat berjama’ah
tersebut.
eBook ini
berisi adab-adab imam yang dimaksud, penulis berusaha menjelaskan adab-adab
tersebut dengan singkat dan jelas, kami berdoa semoga kiranya Allah memperbaiki
keadaan kita kaum muslimin, amin….
Download:Adab-adab Imam dalam Sholat Berjama’ah
atau
Tulisan Terkait:
Lihat eBook-eBook dibawah kategori Sholat
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
akhlaq dan nasehat,
index
Sejarah, Kemungkaran-kemungkaran dalam maulid nabi (1/2)
Category : Sejarah,Tarikh,Aqidah,Manhaj Source article: Abunamirah.Wordpress.com Oleh: al Ustadz Abu Mu’awiyyah Hammad Hafizhahullahu ...