Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

BLOG AL ISLAM

Diberdayakan oleh Blogger.

Doa Kedua Orang Tua dan Saudaranya file:///android_asset/html/index_sholeh2.html I Would like to sha

Arsip Blog

Twitter

twitter
Latest Post

Hukum Puasa Sya’ban pada Hari Sabtu

Written By sumatrars on Selasa, 03 Juni 2014 | Juni 03, 2014

Category : Bahasan Utama, amalan sya'ban, puasa sya'ban
Source article: Muslim.Or.Id, Muhammad Abduh Tuasikal

Transcribed on : 2 June 2014 M, 4 Sya’ban 1435 H

Kita sudah tahu bahwa puasa pada hari Sabtu adalah suatu yang disunnahkan, bahkan kita diperintahkan memperbanyak puasa pada bulan tersebut. Apakah puasa hari Sabtu masih dibolehkan di bulan Sya’ban?

Larangan Puasa pada Hari Sabtu

Mengenai larangan berpuasa pada hari Sabtu disebutkan dalam hadits,

لاَ تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلاَّ فِيمَا افْتُرِضَ عَلَيْكُمْ

Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali untuk puasa yang wajib bagi kalian.” (HR. Ibnu Majah no. 1726, Abu Daud no. 2421, Tirmidzi no. 744).

Abu Daud mengatakan bahwa hadits ini mansukh, yaitu telah dihapus. (Sunan Abi Daud, hal. 490)

Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. (Jaami’ At Tirmidzi, hal. 247)

Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Takhrij Jaami’ At Tirmidzi, idem)

‘Abdul Qodir Al Arnauth dan Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy atau kuat. Mereka berdua berkata: Cacat hadits ini karena dikatakan mudhthorib tidaklah mencacati hadits ini karena hadits ini selamat jika dilihat dari jalur lainnya. (Tahqiq Zaadul Ma’ad, 2: 75).

Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits di atas adalah hadits shahih.(As Silsilah Ash Shahihah no. 3101, 7: 274)

Intinya, para ulama masih berselisih pendapat mengenai keshahihan hadits larangan puasa pada hari Sabtu.

Pendapat Ulama tentang Puasa Hari Sabtu

Abu ‘Isa At Tirmidzi rahimahullah berkata,

وَمَعْنَى كَرَاهَتِهِ فِى هَذَا أَنْ يَخُصَّ الرَّجُلُ يَوْمَ السَّبْتِ بِصِيَامٍ لأَنَّ الْيَهُودَ تُعَظِّمُ يَوْمَ السَّبْتِ

Makna hadits larangan puasa hari Sabtu menunjukkan makna makruh jika seseorang mengkhususkan puasa pada hari tersebut karena orang Yahudi mengagungkan hari Sabtu tersebut.” (Lihat Jaami’ At Tirmidzi, hal. 247-248).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Larangan puasa pada hari Sabtu adalah larangan menyendirikan berpuasa pada hari tersebut. Sehingga Imam Abu Daud membuat judul Bab “Larangan mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa“.” (Zaadul Ma’ad, 2: 75).

Guru dari Ibnul Qayyim yaitu Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Kebanyakan ulama madzhab Hambali memahami perakataan Imam Ahmad dalam mengamalkan hadits tersebut dan dipahami bahwa maksud larangan adalah jika mengkhususkan puasa pada hari Sabtu.

Ibnu Taimiyah rahimahullah sebelumnya mengatakan, “Menurut mayoritas ulama, tidak dianggap makruh berpuasa pada hari sabtu.” (Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim, 2: 76).

Puasa Sya’ban pada Hari Sabtu

Kita telah mengetahui bersama bahwa salah satu amalan yang dianjurkan di bulan Sya’ban adalah memperbanyak puasa. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Lantas apakah anjuran tersebut juga termasuk berpuasa pada hari Sabtu? Jawabnya, hadits menunjukkan makna umum, puasa hari Sabtu pun masih dibolehkan. Makna memperbanyak puasa berarti mencakup pula hari Sabtu.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dalam Fatawa Nur ‘Ala Darb (16: 444) ketika ditanya mengenai hukum puasa 6 hari di bulan Syawal pada hari Sabtu, mereka menjawab, “Puasa Syawal yang lebih afdhal adalah dilakukan secara berturut-turut. Puasa hari Sabtu secara bersendirian tidaklah masalah. Karena hadits yang membicarakan larangan puasa pada hari Sabtu kecuali puasa wajib tidaklah shahih (dhaif) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maksud dari fatwa tersebut berarti berpuasa Sya’ban itu bebas dilakukan tidak ada larangan pada hari-hari tertentu karena kita diperintahkan memperbanyak puasa kala itu.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Article : Blog Al-Islam


Ingin mendapatkan Artikel/Posting dari kami /Berlangganan, Silahkan kirimkan Alamat eMail  Anda pada kolom dibawah, demgan demikian anda akan mendapatkan setiap ada artikel yang terbit dari kami.
Want to get article / post from our / Subscribe, Please send your eMail address in the fields below, so you will get every article published from us.

Delivered by FeedBurner

Back to Top
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ

Biografi Imam At Tirmidzi

Category : Biografi, at tirmidzi, biografi, Hadits, ilmu hadits, sunan tirmidzi, ulama
Source article: Muslim.Or.Id

Transcribed on : 02 Jun 2014 M

Allah subhanahu wa ta’ala menakdirkan segala kejadian yang ada di alam semesta ini dengan perantara sebab akibat. Seperti halnya jika kita meminta rezeki dari Allah, kita tidak bisa meminta agar Allah ta’ala menurunkan uang atau pun emas langsung turun dari langit. Akan tetapi, kita harus mengambil sebab agar Allah ta’ala memberikan rezekinya untuk kita, yaitu dengan bekerja.

Begitu pula dengan ilmu. Allah ta’ala ingin menghidupkan dan menyebarkan ilmu agama ini untuk seluruh umat manusia dengan dihidupkannya para ulama. Mereka adalah orang-orang pilihan yang telah Allah ta’ala pilih di antara milyaran manusia di muka bumi ini yang bertugas sebagai pewaris para nabi.

Dan di antara para ulama tersebut, yang telah banyak berjasa untuk kaum muslimin adalah Imam Tirmidzi rahimahullahu ta’ala. Beliau adalah salah satu Imam Ahli Hadis terkenal yang memiliki kitab hadis yang monumental yaitu Kitab “Al-Jami’” atau Sunan at-Tirmidzi.

Bagaimanakah biografi beliau? Mari kita simak kisah perjalanan hidup beliau yang mulia. Semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran hidup darinya.

Nama Beliau

Salah satu ulama besar yang dimiliki kaum muslimin ini bernama lengkap Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi. Dan beliau memiliki nama kunyah Abu ‘Isa.1

Kelahiran Beliau

Imam ahli hadis ini dilahirkan pada tahun 209 Hijriyah di sebuah daerah bernama Tirmidz. Dan nama beliau tersebut dinisbatkan kepada sebuah sungai yang ada di daerah tersebut yang sering dikenal dengan nama Jaihun. Para ulama berbeda pendapat akan kebutaan yang beliau alami pada waktu itu. Ada yang mengatakan bahwa beliau mengalami kebutaan sejak beliau lahir. Akan tetapi yang benar adalah beliau mengalami kebutaan pada masa tua beliau, yaitu masa setelah beliau banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu.2

Kisah perjalanan beliau dalam menuntut ilmu

Pada zaman kita saat ini, sangat jarang kita temukan ada seorang anak muda yang sudah semangat menuntut ilmu agama di umurnya yang masih belia. Biasanya, pada usia yang masih belia, mereka lebih menyukai kebebasan bermain dan beraktivitas. Akan tetapi, dahulu para ulama kita memiliki semangat untuk menuntut ilmu agama sejak usia mereka yang masih muda. Termasuk di antaranya adalah Imam Tirmidzi. Beliau memulai jihadnya dengan belajar agama sejak beliau masih muda. Beliau mengambil ilmu dari para syekh yang ada di negara beliau.3

Kemudian beliau memulai melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu ke berbagai negara yang ada di muka bumi ini. Yang mana perjalanan beliau itu hanya ditujukan untuk menimba ilmu agama. Beberapa daerah yang pernah beliau datangi pada saat itu adalah Khurasan, Iraq, Madinah, Mekkah, dan yang lainnya. 4

Guru Beliau

Bagi seorang penuntut ilmu, tidak bisa hanya mencukupkan diri dengan membaca buku-buku dalam rangka menimba ilmu agama. Karena jika hal tersebut dilakukan, maka kesalahanlah yang akan banyak dia dapat daripada kebenaran. Oleh karena itu para penuntut ilmu itu sangat membutuhkan kehadiran seorang guru dalam perjalanannya menuntut ilmu.

Begitu pula apa yang telah dilakukan oleh Imam Ahli Hadis ini. Berbagai negara telah beliau singgahi, sehingga beliau telah banyak menimba ilmu dari para gurunya. Di antara para guru beliau adalah:

  1. Ishaq bin Rahawaih, yang merupakan guru pertama bagi Imam Tirmidzi.

  2. Imam Bukhari. Imamnya para ahli hadis ini adalah termasuk salah satu imam besar yang mana Imam Tirmidzi mengambil ilmu darinya. Beliau adalah guru yang paling berpengaruh bagi Imam Tirmidzi. Dari beliaulah Imam Tirmidzi mengambil ilmu ‘ilalul hadits.

  3. Imam Muslim. Beliau dan Imam Bukhari adalah dua imam ahli hadis terkenal yang ada di muka bumi ini. Kitab hadis karya mereka berdua adalah kitab yang paling benar setelah Alquran.

  4. Imam Abu Dawud.

  5. Qutaibah bin Sa’id.

Dan masih banyak lagi yang lainnya. 5

Murid-murid beliau

Suatu keutamaan bagi orang yang berilmu adalah dia akan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak dan keberadaannya sangat dibutuhkan bagi orang-orang yang sadar akan pentingnya ilmu. Setelah beliau menimba ilmu sekian lama dari para gurunya, beliau mengajarkan dan menyebarkan ilmu-ilmunya kepada manusia. Dan di antara muridnya adalah:

  1. Abu Bakar Ahmad bin Isma’il as Samarqand

  2. Abu Hamid al Marwazi

  3. Ar Rabi’ bin Hayyan al Bahiliy

Dan masih banyak lagi yang lainnya. 6

Karya-karya emas beliau

Salah satu hal yang menyebabkan orang berilmu akan selalu terkenang namanya dan terus mengalir pahalanya adalah apabila dia menulis ilmu-ilmunya dalam suatu buku yang akan dibaca oleh manusia hingga akhir zaman. Dan di antara karya-karya beliau yang sampai saat ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin terutama para ulama adalah:

  1. Al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi). Kitab yang satu ini adalah kitab beliau yang paling monumental dan paling bermanfaat.

  2. Al-‘Ilal.

  3. Al-‘Ilal al-Kabir

  4. Syamail an-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kitab ini termasuk kitab yang paling bagus yang membahas tentang sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

  5. At Tarikh

  6. Az Zuhd

  7. Al-Asma’ wal-Kuna.7 Dll

Keutamaan beliau dan pujian ulama’ terhadap beliau

Beliau adalah seorang ulama yang memiliki banyak keutamaan sehingga para ulama banyak memberikan pujian kepada beliau. Di antara keutamaan beliau dan pujian ulama kepadanya adalah sebagai berikut:

  • Kitab beliau yang berjudul “Al-Jami’” menunjukkan akan luasnya pengetahuan beliau dalam ilmu hadis, kefaqihan beliau dalam permasalahan fikih, dan juga luasnya wawasan beliau terhadap permasalahan khilafiyah di kalangan para ulama fikih. Akan tetapi beliau cenderung bermudah-mudahan dalam menilai sahih dan hasan suatu hadis.8

  • Abu Ahmad al-Hakim berkata bahwa beliau pernah mendengar ‘Umar bin ‘Allak berkata, “Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi Imam Bukhari sepeninggal beliau kecuali Abu ‘Isa (Imam Tirmidzi) dalam masalah ilmu, kuatnya hafalan, sifat zuhud dan wara’-nya. Beliau menangis hingga matanya mengalami kebutaan, dan hal tersebut terus berlangsung beberapa tahun hingga beliau wafat.9

  • Imam Abu Isma’il ‘Abdullah bin Muhammad al-Anshoriy10 memberikan sebuah rekomendasi yang luar biasa terhadap beliau, di mana beliau pernah mengatakan bahwa Kitab ‘Al-Jami’ milik Imam Tirmidzi lebih besar manfaatnya daripada kitab hadis yang dimiliki Imam Bukhari dan Imam Muslim. Karena kedua kitab tersebut hanya bisa dimanfaatkan oleh orang yang alim yang tinggi ilmunya, sedangkan kitab Al-Jami’ milik beliau bisa dimanfaatkan oleh setiap orang yang membacanya.11 Akan tetapi hal ini semata-mata hanyalah pendapat seorang ulama’ yang mungkin beliau memandangnya dari sudut tertentu.

  • Abu Sa’d al-Idris mengatakan bahwa beliau adalah seorang imam hadis yang dijadikan teladan dalam masalah hafalan.12

  • Imam adz-Dzahabi mengatakan dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala’, “Di dalam kitab tersebut (Al-Jami’), terdapat banyak sekali ilmu yang bermanfaat, faedah yang melimpah, dan juga terdapat pokok-pokok permasalahan dalam Islam. Seandainya saja kitab tersebut tidak dinodai dengan adanya hadis-hadis yang lemah, yang di antaranya adalah hadis palsu dalam permasalahan keutamaan-keutamaan amalan saleh.13

Jasa-jasa beliau

Sesungguhnya jasa-jasa yang telah beliau berikan untuk kaum muslimin sangatlah banyak. Dan di antara jasa yang pernah beliau lakukan untuk kaum muslimin adalah pembelaan beliau untuk ahlussunnah wal jama’ah terhadap kelompok-kelompok sesat yang ada pada zaman beliau. Di antara pembelaan tersebut adalah:

  • Beliau telah menulis sebuah kitab yang monumental yaitu Al-Jami’ yang di dalamnya beliau susun hadis-hadis yang dikhususkan untuk membantah para ahli bid’ah.

  • Beliau telah menulis sebuah pembahasan yang luas dalam kitab tersebut yang dikhususkan untuk membantah kelompok sesat “Al-Qadariyyah” dan juga bantahan terhadap “Al-Murji’ah” yang beliau beri nama “Kitab al-Iman”.

  • Beliau juga membuat pembahasan di akhir kitab beliau tersebut yang khusus membahas tentang keutamaan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan dua Imam ahli hadis kita, Imam Bukhari dan Imam Muslim, untuk membantah kaum Syi’ah Rafidhah laknatullahi ‘alaihim.

  • Di dalam kitab Al-Jami’ tersebut juga terdapat banyak sekali hadis yang membantah pemahaman Khawarij, Murji’ah, dan Qadariyyah. Dan beliau mengkhususkan pada “Kitab al-Qadr” untuk membantah pemahaman Qadariyyah yang mendustakan takdir Allah.14

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah perjalanan hidup beliau

  1. Jihad itu tidak hanya identik dengan pedang, akan tetapi jihad itu bisa dilakukan dengan ilmu, yaitu berjihad memerangi kebodohan. Seperti apa yang dilakukan oleh para ulama.

  2. Lahirkan penerus generasi pembela Islam dan bangsa ini dengan mendidik anak-anak kita untuk semangat menuntut ilmu agama sejak kecil.

  3. Hargailah, hormatilah, dan doakanlah kebaikan untuk para ulama kita yang telah berjuang dalam mendapatkan ilmu agama dan memberikannya untuk kaum muslimin dalam rangka membela agama ini dan meneruskan perjuangan-perjuangan para nabi dalam menyebarkan ilmu agama.

  4. Mempelajari suatu ilmu terutama ilmu agama membutuhkan adanya seorang guru yang bisa memahamkan penuntut ilmu tersebut. Karena apabila hanya mencukupkan diri dengan membaca buku maka hal itu dapat menyebabkan orang yang melakukannya terjatuh dalam kesalahan karena salahnya pemahaman mereka ketika mengkaji ilmu itu secara autodidak.

  5. Belajar agama adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita dan sangat menentukan masa depan kita di kampung yang kekal nanti. Maka dari itu, kita harus mempelajarinya dari seseorang yang benar-benar berilmu. Sehingga kita tidak boleh sembarangan mengambil ilmu agama dari seseorang. Patokannya adalah ketakwaannya dan kapasitas ilmu agamanya, bukan kemahirannya dalam menyampaikan dan melawak.

  6. Jadilah orang yang bermanfaat untuk manusia, dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat untuk mereka melalui lisan dan tulisan.

  7. Berhati-hatilah dengan aliran-aliran menyimpang yang selalu gencar memberikan syubhat dan doktrinnya kepada masyarakat awam. Oleh karena itu, Mari kita bentengi diri kita dari pengaruh-pengaruh tersebut dengan pemahaman akidah yang benar dan lurus. Tidak ada cara lain kecuali dengan terus membekali diri kita dengan ilmu agama yang benar, yang bersumber dari Alquran dan sunah yang dipahami oleh para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ajma’in.

Dan tentunya, masih banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik dari biografi beliau tersebut, yang diharapkan bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Demikianlah, biografi singkat salah satu ulama kita, Imam Tirmidzi, yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kami pribadi dan para pembaca sekalian. Dan semoga Allah ‘azza wa jalla senantiasa memberikan kita taufik agar kita bisa mengilmui apa yang akan kita amalkan dan mengamalkan apa yang telah kita ilmui. Amin.

Wallahu a’lam bish shawab.


Catatan kaki:

  1. Lihat Jami’ al-Ushul, hal. 193

  2. Lihat Siyar, hal. 271/25

  3. Lihat Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi, hal. 43/1

  4. Lihat Siyar, hal 271/25

  5. Lihat Siyar, hal 272/25

  6. Lihat Siyar, hal 273/25

  7. Lihat Juhud al-Imam al-Mubarakfuri, hal. 38/1

  8. Lihat Tarikh, hal. 617/6

  9. Lihat Tarikh, hal. 617/6 dan Siyar, hal. 274/25

  10. Biografi beliau bisa dilihat di kitab Thabaqat al-Hanabilah, hal. 245/2

  11. Lihat Tarikh, hal. 617/6

  12. Lihat Siyar, hal. 274/25

  13. Lihat Siyar, hal. 275/25

  14. Lihat Mausu’ah, hal. 388-392/4

Referensi:

  1. Jami’ al-Ushul fi Ahadits ar-Rasul, Ibnul Atsir. Tahqiq: Syekh Abdul Qadir al-Arnauth. Maktabah Syamilah.

  2. Juhudul Imam al-Mubarakfuri fi ad-Dirasah al-Qur’aniyyah min Khilal Kitabihi Tuhfah al-Ahwadz, Syekh Muhsin Abdul Adzim as-Syadzili. Maktabah Syamilah.

  3. Mausu’ah Mawaqif as-Salaf fi al-Aqidah wa al-Manhaj wa at-Tarbiyyah, Abu Sahl Muhammad bin Abdirrahman al-Maghrawy. Maktabah Syamilah.

  4. Siyar A’lam an-Nubala’, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi. Tahqiq: Syekh Syua’ib al-Arnauth. Maktabah Syamilah.

  5. Syarhu ‘Ilal at-Tirmidzi, Ibnu Rajab al-Hambali. Tahqiq: Dr. Hammam Abdurrahim Sa’id. Maktabah Syamilah.

  6. Tarikh al-Islam wa Wafayah al-Masyahiri wa al-A’lam, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad adz-Dzahabi. Tahqiq: Dr. Basyar ‘Awwad Ma’ruf. Maktabah Syamilah

  7. Thabaqah al-Hanabilah, Abul Husein bin Abi Ya’la. Tahqiq: Syekh Muhammad Hamid al-Fiqqi. Maktabah Syamilah.

Article : Blog Al-Islam


Ingin mendapatkan Artikel/Posting dari kami /Berlangganan, Silahkan kirimkan Alamat eMail  Anda pada kolom dibawah, demgan demikian anda akan mendapatkan setiap ada artikel yang terbit dari kami.
Want to get article / post from our / Subscribe, Please send your eMail address in the fields below, so you will get every article published from us.

Delivered by FeedBurner

Back to Top
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ

Penjelasan Hadits Jibril (3) : Makna Ihsan

Category : Aqidah, ihsan, iman, rukun iman
Source article: Muslim.Or.Id

written on : 2 Juni 2014 M

Ihsan

Sabda Beliau tentang ihsan, “Jika kamu tidak merasa begitu (ketahuilah) bahwa Dia melihatmu” yakni tetaplah untuk memperbagus ibadah, karena dia senantiasa melihatmu. Dengan merasakan pengawasan Allah, seseorang dapat memperbagus ibadahnya, seperti mengerjakannya dengan sempurna syarat dan rukunnya, serta memperhatikan sunnah-sunnah dan adabnya.

Penjelasan Beliau tentang ihsan sangat bagus dan tepat sekali. Beliau tidak menerangkan ihsan adalah memperbagus dan memperbaiki ibadah, tetapi cukup mengatakan, “Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak merasa begitu, ketahuilah bahwa Dia melihat-Mu”. Karena dengan adanya rasa dilihat, diawasi dan diperhatikan oleh Allah, seseorang dengan sendirinya akan memperbagus dan memperbaiki ibadahnya. Ibarat seorang pembantu yang bekerja dengan serius, telaten, dan rapi karena merasa diawasi majikannya. Berbeda jika tidak adanya perasaan demikian, tentu akan membuat seseorang bermalas-malasan dan tidak sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan.

Sabda Beliau, “Yang ditanya tidaklah lebih mengetahui dari yang bertanya”, maksudnya adalah sama-sama tidak mengetahui kapan kiamat, hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Sabda Beliau, “Jika seorang budak melahirkan tuannya” ada beberapa tafsiran, yaitu: (1) Akan banyaknya budak-budak wanita yang melahirkan anak, seakan-akan budak-budak wanita itu adalah budak milik si anak, karena budak-budak itu milik bapak si anak. Di sini terdapat isyarat akan banyaknya penaklukkan negeri. (2) Budak-budak wanita melahirkan anak yang akan menjadi raja-raja, hingga akhirnya si budak wanita selaku ibu menjadi rakyatnya, (3) Menunjukkan sudah rusaknya zaman, di mana ummahaatul aulaad (budak-budak yang melahirkan anak) banyak yang dijual, lalu ada seorang anak yang membeli ibunya sedangkan ia tidak tahu kalau itu ibunya, (4) Banyaknya pembangkangan/durhaka anak terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan budaknya. Wallahu a’lam.

Perbedaan antara Islam dan Iman

Islam apabila disebutkan secara terpisah, maka masuk juga ke dalamnya iman, sebagaimana iman apabila disebutkan secara sendiri, maka masuk juga ke dalamnya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa iman tidak sebatas dalam hati dan diucapkan oleh lisan, namun harus adanya amal. Oleh karena itu, seseorang yang mengakui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka pada prakteknya dia harus beribadah kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya.
Islam dan iman apabila disebutkan secara bersamaan, maka maksud iman adalah amalan batin seperti beriman kepada Allah, malaikat, kitab dst. sedangkan Islam maksudnya adalah amalan yang tampak seperti mengucapkan syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dst.

Faedah hadits di atas

Di antara faedah hadits di atas adalah sebagai berikut:

  1. Hadits ini menunjukkan bahwa jika seseorang tidak tahu, hendaknya menjawab “tidak tahu” dan hal ini bukanlah cela baginya.

  2. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.

  3. Dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’ala.

  4. Isyarat agar seseorang duduk yang sopan di majlis ilmu.

  5. Penyebab sesuatu dihukumi sebagai pelaku. Hal ini sebagaimana Jibril ‘alaihis salam dikatakan

  6. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam “datang hendak mengajarkan agama kepada kalian”و padahal yang mengajarkan adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

  7. Beraneka ragamnya cara mengajar.

  8. Membaguskan pakaian dan sikap serta memperhatikan kebersihan ketika masuk menemui orang-orang utama, karena malaikat Jibril datang mengajarkan ilmu kepada manusia dengan sikap dan ucapannya (yang bagus).

  9. Bersikap lembut kepada penanya dan mendekatkan dirinya kepadanya agar ia dapat bertanya tanpa rasa sempit dan takut.

  10. Bergaul dengan manusia lebih utama daripada beruzlah (mengasingkan diri) selama ia tidak mengkhawatirkan bahaya terhadap agamanya. Jika ia khawatir terhadap agamanya, maka uzlah lebih utama.

  11. Bahwa di antara tanda Kiamat adalah berbaliknya keadaan, sehingga yang diasuh menjadi pengasuh, dan orang yang hina menjadi orang besar.

[selesai]

Article : Blog Al-Islam


Daftar Artikel

Ingin mendapatkan Artikel/Posting dari kami /Berlangganan, Silahkan kirimkan Alamat eMail  Anda pada kolom dibawah, demgan demikian anda akan mendapatkan setiap ada artikel yang terbit dari kami.
Want to get article / post from our / Subscribe, Please send your eMail address in the fields below, so you will get every article published from us.

Delivered by FeedBurner

Back to Top
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ

Sejarah, Kemungkaran-kemungkaran dalam maulid nabi (1/2)

Category : Sejarah,Tarikh,Aqidah,Manhaj Source article: Abunamirah.Wordpress.com Oleh: al Ustadz Abu Mu’awiyyah Hammad Hafizhahullahu ...

Translate

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. BLOG AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger