Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah

BLOG AL ISLAM

Diberdayakan oleh Blogger.

Doa Kedua Orang Tua dan Saudaranya file:///android_asset/html/index_sholeh2.html I Would like to sha

Arsip Blog

Twitter

twitter
Latest Post

Manhaj, Madrasah Salafus Shalih

Written By sumatrars on Sabtu, 24 Januari 2015 | Januari 24, 2015



Category : Manhaj
Source article: Muslim.Or.Id

Berapa banyak wali murid yang sanggup membayar SPP yang tinggi, namun tak kunjung mendapatkan tingginya iman dan akhlak anak kesayangannya?

Berapa banyak murid yang sekolah di gedung yang besar, namun kerdil jiwa lulusannya?

Berapa banyak sekolah yang berfasilitas mewah semewah hotel, dengan ribuan murid, namun sayangnya semakin megah fisiknya, semakin banyak yang lemah iman, ilmu, dan, amalnya.

Kasus demi kasus melanda, bukan hanya muridnya yang berkasus, namun juga sebagian gurunya pun berkasus! Dari sisi ilmu tidak bisa bersaing, dari sisi amal, akhlaq, dan ibadah memprihatinkan.

Lihatlah Hakikat dan jangan tertipu dengan yang zahir!

Hakikat suatu pendidikan bukan ditentukan berdasarkan banyaknya murid, bukan pula pada megahnya bangunan, dan fasilitas, akan tetapi ditentukan berdasarkan baiknya tujuan dan niat (ikhlas), serta sesuainya bentuk pendidikan itu dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan manhaj salaf (mutaba’ah). Na’am, sarana dan fasilitas fisik memiliki andil besar, namun sifatnya penunjang, bukan yang pertama dan utama.

Memang benar kurikulum pelajaran yang zahir sangat penting. Namun kurikulum khafiy juga tidak bisa disepelekan, keikhlasan guru dan muridnya, semangat, contoh nyata pengamalan sunnah dari guru dan murid seniornya (kakak kelas), pergaulan murid-muridnya, dan lingkungan sekolahnya. Semua itulah hakikatnya. Mengajarkan dan menanamkan “sesuatu” kepada murid-murid tersebut bisa jadi lebih besar pengaruhnya daripada pemahaman, hafalan, pengerjaan soal ujian yang merupakan target kurikulum zahir.

Alangkah indahnya ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah:

“فالعاقل ينظر إلى الحقائق لا إلى الظواهر”

“Ciri khas orang yang berakal sehat adalah suka melihat hakekat dan tidak tertipu dengan perkara yang zahir”.

Madrasah Salaf

Lihatlah bagaimana madrasah Salafush Shalih yang walaupun terkadang sedikit muridnya, walaupun sederhana bangunannya, namun karena taufik dari Allah lalu keikhlasan dan mutaba’ah mereka (gigihnya memegang sunnah), tumbuhlah sebuah madrasah yang mubarakah, keluarlah darinya lulusan-lulusan insan-insan yang bertakwa.

Salah satu Imam Ahlus Sunnah dari kalangan Tabi’ut Tabi’in, Imam Al-Auza’i rahimahullah mengisahkan tentang jumlah orang yang menghadiri majelis guru beliau, Imam Atha’ bin Abi Rabaah rahimahullah (beliau adalah salah seorang imam dari kalangan Tabi’in, murid Ibnu ‘Abbas, Abu Hurairah, dan ‘Aisyah radiyallahu an hum. Imam Auza’i mengatakan tentang hal itu

مات عطاء بن أبي رباح يوم مات , وهو أرضى أهل الأرض عند الناس , وما كان يشهد مجلسه إلا تسعة أو ثمانية. اهـ

Pada hari meninggalnya Atha’ bin Abi Rabaah rahimahullah, beliau menjadi orang yang paling dicintai di muka bumi di zamannya, padahal dulu ketika hidupnya, pernah didapati “tidaklah ada orang yang menghadiri majelisnya kecuali hanya 9 atau 8 orang saja”.

Orang yang paling dicintai di zamannya, seorang imam besar ternyata pernah didapati yang menghadiri majelisnya hanya sembilan atau delapan orang saja. Padahal dengan taufik Allah, muncullah nama-nama besar dari madrasah beliau yang sederhana itu, semisal Imam Abu Hanifah, Al-Auza’i, dan yang lainnya.

Silsilatudz Dzahab

Ada sebuah kisah yang menarik tentang Imam Nafi’ rahimahullah salah satu dari Imam-Imam Tabi’in dan salah seorang yang disebut-sebut ulama termasuk dari Silsilatudz Dzahab (Rangkaian sanad emas) dan dikatakan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah sebagai sanad yang paling shahih.

قال البخاري رحمه الله : أصح الأسانيد كلها : مالك عن نافع عن ابن عمر

Al-Bukhari rahimahullah berkata, “Sanad yang paling shahih adalah jika suatu riwayat diriwayatkan dari Malik, Nafi’, dan Ibnu ‘Umar”.

Di antara kebiasaan beliau adalah menyediakan waktu mengajarkan Ilmu ba’da Shalat Subuh sampai terbit matahari, nah Imam Malik rahimahullah yang merupakan murid beliau berkata,

وكان يجلس بعد الصبح في المسجد لا يكاد يأتيه أحد

Pernah suatu saat beliau duduk di Masjid ba’da Shalat Shubuh, namun hampir-hampir tidak ada seorang pun yang mendatangi beliau”.

Orang yang termasuk Silsilatudz Dzahab dan Ashahhul Asaniid ini pernah didapati hampir-hampir tidak ada seorangpun yang mendatangi beliau.

Apakah karena sedikitnya orang yang menghadiri majelis beliau lalu hakikatnya tidak sukses sekolah yang beliau pimpin? Padahal sekolah tersebut, majelis beliau tersebut telah meluluskan alumnus-alumnus besar sekelas Imam Malik dan Imam Al-Hafidz Ayub As-Sikhtiyani.

Cambuk bagi kita

Semua itu sebagai cambuk bagi kita untuk terus mempelajari mengapa dan bagaimana pendidikan mereka bisa sukses dan berusaha keras untuk berbenah diri. Itulah hakikat bermanhaj salaf, senantiasa mencontoh bagaimana Salafus Shalih berilmu dan mengamalkan Islam.

والله أعلم بالصواب.

[Diolah dari ceramah Ustadzunal Fadhil Abdullah Taslim, Lc., MA. dengan penambahan]

Oleh : Ust. Sa’id Abu Ukkasyah

Disalin 10 Januari 2015

Article : Blog Al-Islam


Back to Top



?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ

Fiqih Shalat, Rajin Shalat Namun Masih Bermaksiat



Category : Fiqih, Fiqih Shalat,
Source article: Rumaysho.Com, Muhammad Abduh Tuasikal

Kita tahu bahwa shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sayangnya, ada yang rajin shalat, namun di luar itu ia masih berjudi. Kami pun mendapatkan cerita seperti itu. Apakah shalatnya yang bermasalah? Coba kita kaji bersama dengan melihat perkataan ulama-ulama salaf di masa silam.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).

Ibnu Mas’ud pernah ditanya mengenai seseorang yang biasa memperlama shalatnya. Maka kata beliau,

إِنَّ الصَّلاَةَ لاَ تَنْفَعُ إِلاَّ مَنْ أَطَاعَهَا

Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat.” (HR. Ahmad dalam Az Zuhd, hal. 159 dengan sanad shahih dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 13: 298 dengan sanad hasan dari jalur Syaqiq dari Ibnu Mas’ud).

Al Hasan berkata,

مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا

Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan)

Abul ‘Aliyah pernah berkata,

إِنَّ الصَّلاَةَ فِيْهَا ثَلاَثُ خِصَالٍ فَكُلُّ صَلاَةٍ لاَ يَكُوْنُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الخَلاَل فَلَيْسَتْ بِصَلاَةٍ: الإِخْلاَصُ، وَالْخَشْيَةُ، وَذِكْرُ اللهِ. فَالإِخْلاَصُ يَأْمُرُهُ بِاْلمعْرُوْفِ، وَالخَشْيَةُ تَنْهَاهُ عَنِ المنْكَرِ، وَذِكْرُ القُرْآنِ يَأْمُرُهُ وَيَنْهَاهُ.

Dalam shalat ada tiga hal di mana jika tiga hal ini tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga hal tersebut adalah ikhlas, rasa takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah yang memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah dari kemungkaran. Sedangkan dzikir melalui Al Qur’an yang memerintah dan melarang sesuatu.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 65).

Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali hafizhohullah berkata, “Siapa yang merutinkan shalat dan mengerjakannya di waktunya, maka ia akan selamat dari kesesatan.” (Bahjatun Nazhirin, 2: 232).

Jika ada yang sampai berbuat kemungkaran, maka shalat pun bisa mencegahnya dari perbuatan tersebut.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِّي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّيْ بِاللَّيْلِ فَإِذَا أَصْبَحَ سَرِقَ؟ فَقَالَ: “إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ

Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia lakukan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Nah berarti shalat yang baik adalah shalat yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Inilah shalat yang mesti dibentuk. Jadi kalau ia rajin shalat, malah masih terus melakukan dosa besar, maka shalatnya lah yang mesti diperbaiki. Wallahu a’lam.

Disalin pada, 27 Rajab 1435 H


Article : Blog Al-Islam


Back to Top

?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ

Sejarah, Kemungkaran-kemungkaran dalam maulid nabi (1/2)

Category : Sejarah,Tarikh,Aqidah,Manhaj Source article: Abunamirah.Wordpress.com Oleh: al Ustadz Abu Mu’awiyyah Hammad Hafizhahullahu ...

Translate

 
Support : Blog author | Rachmat.M,MA | Duta Asri Palem 3
Copyright © 2013. BLOG AL ISLAM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger