BLOG AL ISLAM
Diberdayakan oleh Blogger.
Kontributor
Doa Kedua Orang Tua dan Saudaranya file:///android_asset/html/index_sholeh2.html I Would like to sha
Arsip Blog
-
►
2011
(33)
- ► Januari 2011 (22)
- ► September 2011 (1)
-
►
2012
(132)
- ► April 2012 (1)
- ► Agustus 2012 (40)
- ► Oktober 2012 (54)
- ► November 2012 (4)
- ► Desember 2012 (3)
-
►
2013
(15)
- ► Maret 2013 (1)
-
►
2015
(53)
- ► Januari 2015 (45)
- ► April 2015 (1)
-
►
2023
(2)
- ► Februari 2023 (1)
- ► Desember 2023 (1)
twitter
Live Traffic
Latest Post
Tampilkan postingan dengan label doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label doa. Tampilkan semua postingan
Februari 21, 2014
Nabi صلي الله عليه وسلم telah bersabda:
Wahai manusia, hendaklah kamu menyayangi diri kamu sendiri, karena sesungguhnya kamu tidaklah menyeru Dzat Yang tuli dan jauh, bahkan kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia itu bersama kalian (dengan ilmu serta pengawasan-Nya)."1
HADITS KEDUA:
Nabi صلي الله عليه وسلم juga telah bersabda:
Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim
[1] Muttafaq 'Alaihi: Bukhari no: 2992, Muslim no: 2704, dan Abu Dawud no: 1526,1527,1528
[2]Shahih: Abu Dawud no: 1332, Ibnu Khuzaimah no: 1162, Ahmad di dalam kitab Musnadnya no: 11913, dan telah dishahihkan oleh Imam al Albani di dalam kitab Shahih Abi Dawud (I: 365), dalam kitab Shahih Ja-mi' ash Shaghir no: 2639 dan ash Shahihah (IV: 134)
Bersambung ; BAB III { Sikap Para Shahabat Terhadap Mereka yang Berdzikir Dengan Suara Keras dan Berjama'ah & Sekilas Tentang Sejarahnya }
Dzikir Berjama'ah setelah Shalat Wajib BAB II
Written By sumatrars on Jumat, 21 Februari 2014 | Februari 21, 2014
Bab: II
Beberapa Hadits Nabi yang Melarang Dari Berdzikir dan Berdo'a Dengan Suara Keras
HADITS PERTAMA:Nabi صلي الله عليه وسلم telah bersabda:
عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ ، كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَجْهَرُونَ بِالتَّكْبِيْرِ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:أَيُّهَا النَّاسُ اِرْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا، إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا، وَهُوَ مَعَكُم
Dari Abu Musa al Asy'ariy, ia berkata: Kami pernah pergi safar bersama Nabi صلي الله عليه وسلم kemudian para Shahabatpun me<ninggikan suara mereka pada saat bertakbir,laku Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda kepada mereka:Wahai manusia, hendaklah kamu menyayangi diri kamu sendiri, karena sesungguhnya kamu tidaklah menyeru Dzat Yang tuli dan jauh, bahkan kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia itu bersama kalian (dengan ilmu serta pengawasan-Nya)."1
HADITS KEDUA:
Nabi صلي الله عليه وسلم juga telah bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَالَ: اِعْتَكَفَ رسول الله صلي الله عليه وسلم فِيْ الـــمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ، فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ: أَلاَ إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ، فَلاَ يُــؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلاَ يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَيْ بَعْضٍ فِيْ القِرَاءَةِ
Dari Abu Said, ia berkata, "Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah i'tikaf di masjid, lalu beliau mendengar (sebagian Shahabat) mengeraskan bacaan (mereka), maka beliau membuka tabir (kemahnya yang berada di masjid) dan bersabda, 'Ketahuilah! Sesungguhnya tiap-tiap kamu itu bermunajah (berbisik) kepada Rabb-nya, oleh karena itu janganlah sebagian kamu mengganggu sebagian yang lain, dan janganlah sebahagian kamu mengeraskan bacaannya kepada sebagian yang lain"2Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim
[1] Muttafaq 'Alaihi: Bukhari no: 2992, Muslim no: 2704, dan Abu Dawud no: 1526,1527,1528
[2]Shahih: Abu Dawud no: 1332, Ibnu Khuzaimah no: 1162, Ahmad di dalam kitab Musnadnya no: 11913, dan telah dishahihkan oleh Imam al Albani di dalam kitab Shahih Abi Dawud (I: 365), dalam kitab Shahih Ja-mi' ash Shaghir no: 2639 dan ash Shahihah (IV: 134)
Bersambung ; BAB III { Sikap Para Shahabat Terhadap Mereka yang Berdzikir Dengan Suara Keras dan Berjama'ah & Sekilas Tentang Sejarahnya }
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Februari 21, 2014
Pandangan Madzhab Syafii Dzikir Berjamaah BAB IV
Bab: IV
Pernyataan Dari
Para Ulama Madzhab Imam Syafi'i Tentang
Berdzikir Setelah Selesai Shalat Dengan Suara Keras & Berjama'ah
Setelah ini saya akan membawakan per¬nyataan dalam masalah
berdzikir setelah shalat wajib dan juga berdzikir serta berdo'a secara umum
dari para ulama kita dari kalangan madzhab Imam Syafi'I رحمه الله bahkan juga dari
perkataan Imam Syafi'inya رحمه الله sendiri:
PERTAMA:
Imam Syafi'I رحمه الله sendiri telah berkata di dalam kitabnya yang
tersohor "al Umm" (1/127):1
Dan aku (Imam Syafi'i) lebih memilih bagi para imam dan
makmum untuk berdzikir sete-lah shalat (yang lima waktu) dengan cara
me¬nyembunyikannya (yakni tidak mengeraskan suaranya), kecuali bila imam harus
mengajar¬kannya kepada makmum, maka ia (boleh) untuk mengeraskannya sampai
mereka bisa mengikutinya, tetapi
kemudian ia (imam) kembali
menyembunyikannya (lagi seperti semula), karena sesungguhnya Allah سبحانه و تعالي telah berfirman:
وَلاَ تَجْهَرْ
بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا
"dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu
dan janganlah pula merendahkannya..."[QS. Al Isra': 110]; maksudnya adalah
wallahu Ta'ala a'lam (ketika) berdo'a; "...dan janganlah kamu mengeraskannya.."
(maksudnya adalah: janganlah) kamu mengangkat (suaramu ketika berdo'a), " dan
janganlah pula kamu merendahkannya" sehingga tidak terdengar oleh dirimu
sendiri.2
KEDUA:lmam Nawawi
Imam Nawawi telah menyatakan di il.iliim kitab al Majm’
Syarah Muhadzdzab (III: 484-488)3 sebagai berikut:
Telah terjadi kesepakatan antara Imam Syafi'i dan para ulama
pengikut madzhab Syafi'I rahimahumullahul Jami' tentang disunnahkannya dzikir
setelah selesai dari Salam, dan hal itu berlaku bagi imam maupun makmum (shalat
berjama'ah), dan bagi seorang yang shalat sendirian, baik dia adalah seorang
laki-laki maupun wanita, ataupun dia seorang yang sedang safar ataupun tidak...
Imam Syafi'i mengatakan: (kemudian Imam
Nawawi membawakan pernyataan Imam Syafi'i di atas). Dan demikianlah juga apa
yang telah dinyatakan oleh para ulama dari kalangan madzhab Syafi'i: Bahwa
dzikir dan do'a yang dilakukan setelah shalat itu disunnahkan untuk disembunyikan,
kecuali bila seorang imam yang hendak mengajarkannya kepada orang-orang, maka
dia boleh untuk mengeraskannya, agar mereka dapat belajar (lafazhlafazh dzikir
tersebut darinya), dan mereka telah dapat belajar darinya, maka hendaklah ia
tidak mengeraskannya lagi, adapun yang
biasa dilakukan oleh kebanyakan orang dengan menugaskan imam untuk khusus
(berdzikir dan) berdo'a (untuk sekalian jama'ahnya) pada shalat Shubuh dan
Ashar, maka hal itu tidak ada dasarnya (dalam Agama). Bahkan yang disunnahkan bagi imam untuk
menghadap kepada jema'ahnya (setelah selesai shalat). Wallahu a'lam.
KETIGA:
Imam Nawawi juga telah berkata di tempat yang lainnya di
dalam kitabnya Syarah Muslim (V/84)4:
Dalam sebuah riwayat: "Bahwa meninggikan suara di saat
berdzikir ketika manusia baru sa-ja menyelesaikan shalat wajib itu adalah hal
yang biasa terjadi pada masa Nabi صلي الله عليه وسلم
" dan Ibnu Abbas رضي الله عنهما pernah mengatakan:
كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا
سَمِعْتُهُ
"Dahulu aku mengetahui selesainya (Nabi صلي الله عليه وسلم dan para Shahabatnya رضي الله عنهم)
dari shalat wajib dengannya (mendengar
suara dzikir mereka).[5]
Sedangkan (Para ulama) yang lainnya, mereka semuanya
sepakat, bahwa mengeraskan suara di saat berdzikir dan bertakbir itu tidaklah
disukai. Dan Imam Syafi'i telah memahami bahwa hadits-hadits ini dimaksudkan
untuk dilakukan pada batas waktu yang singkat, sehingga sang imam dapat
mengajarkan lafazh dzikir itu kepada makmumnya. Dan tidak berarti bahwa mereka
mengeraskannya secara terus menerus.
Ia berkata: Bahwa Imam Syafi'i lebih memilih, bagi Imam dan
makmum untuk menyembunyikan bacaan dzikir mereka (setelah shalat wajib, yakni;
sendiri-sendiri dan tidak dengan suara yang keras .-pen), kecuali bila sang
imam hendak mengajarkan bacaan dzikir itu kepada makmumnya, maka dia boleh
untuk mengeraskannya, sehingga dia melihat bahwa para makmumnya telah mampu
untuk berdzikir (sendiri-sendiri). Bila demikian, maka hendaknya dia (imam)
menyembunyikan (lagi seperti semula).
Beginilah caranya Imam Syafi'i memahami hadits-hadits di
atas (dan yang semisalnya).
KEEMPAT:
Ia juga telah menyatakan di dalam kitab at Tahqiq (hal. 219)
sebagai berikut:
Dan telah disunnahkan untuk berdikir dan berdo'a setiap
setelah selesai dari salam; dengan cara menyembunyikan (tidak mengeraskan)
bacaan (dzikir dan do'anya itu), terkecuali bila seorang imam yang hendak
mengajarkan bacaan-bacaan dzikir tersebut, maka dia boleh untuk mengeraskan
bacaannya tersebut. Namun, bila dia melihat bahwa orang-orang (makmum) telah
belajar darinya bacaan-bacaan tersebut, maka hendaklah dia kembali untuk
menyembunyikan kembali.6
KELIMA:
Kemudian Imam Diyaa-uddin al Azdra'i (w. 731 H) [7]
pernah menyatakan:
Imam Syafi'I رحمه الله memahami hadits-hadits yang menunjukkan bahwa berdzikir
(setelah shalat itu) dengan suara yang keras, bahwa hal itu dimaksudkan bagi
orang yang hendak mengajarkan (lafazh dzikir-dzikir tersebut). [8 ]
KEENAM: Al Hafizh Ibnu Hajar:
Al Hafizh Ibnu Hajar telah berkata di dalam kitabnya
Fath-hul Bari (II/326)9:
Dan di dalam redaksi hadits di atas ada isyarat bahwa para
Shahabat, tidaklah meninggikan suara mereka di dalam berdzikir, di saat yang
telah disebutkan oleh Ibnu Abbas di atas.
Saya (Ibnu Hajar) katakan: Bahwa mengkaitkan perbuatan
tersebut kepada para Shahabat, perlu diteliti kembali, sebab pada saat Itu
tidak tertinggal dari para Shahabat kecuali sedikit.
Imam Nawawi mengatakan: Dan Imam Syafi'i telah memahami
bahwa hadits-hadits ini dimaksudkan dilakukan pada batas waktu yang singkat,
sehingga sang imam dapat mengajarkan lafazh dzikir itu kepada makmumnya, dan tidak
berarti bahwa mereka mengeraskannya secara terus menerus. Ia berkata: Bahwa
Imam Syafi'i lebih memilih bagi Imam dan makmum untuk menyembunyikan bacaan
dzikir mereka (setelah shalat wajib sendiri-sendiri dan tidak dengan suara yang
tinggi), kecuali bila imam hendak mengajarkan bacaan dzikir itu kepada
makmumnya.
KETUJUH:
Syaikh Zainuddin bin Abdil Aziz al Malibari di dalam
kitabnya Fat-hul Mu'in (III: 185-186)10 setelah membawakan pernyataan Imam
Syafi'i di atas secara lengkap dari kitab al Umm, maka ia mengatakan:
Faidah: Syaikh kami mengatakan: Adapun (berdzikir atau
berdo'a) dengan suara yang sangat keras di dalam masjid, sehingga mengganggu
orang yang sedang shalat, maka sudah selayaknya hal seperti ini untuk DIHARAMKAN.
KEDELAPAN:
Lihat juga nukilan di atas beserta sedikit keterangannya di
kitab Hasyiyah I'anatith Thalibin (1:185), karya Sayyid al Bakriy bin Sayyid
Muhammad Syatha' ad Dimyathiy.
Setelah kita mengetahui pernyataan Imam Syafi'i di atas,
jelaslah bagi kita bahwa madzhab beliau dalam masalah berdzikir setelah shalat
yang lima waktu adalah dengan sendiri-sendiri, tidak berjama'ah/beramai-ramai,
serta tidak dengan mengeraskan suara, sedangkan yang biasa diamalkan oleh
saudara-saudara kita kaum muslimin di negeri ini khususnya, maka saya tidak
mengetahui, dalil apa serta madzhab siapa yang mereka ikuti itu!!
Kemudian, di bawah ini akan saya bawakan juga sebagian
keterangan dari para ulama madzhab Syafi'i yang lainnya tentang sifat (cara)
berdzikir yang benar, apakah dengan suara yang keras atau bagaimana?
KESEMBILAN: Imam Ghazaliy
Imam Abu Hamid al Gazaliy asy Syafi'I رحمه الله telah berkata di
dalam kitabnya Ihya' 'Ulumuddin (I/358)11 ketika menerangkan adab-adab dalam
berdo'a, ia menyebutkan:
Keempat: Dengan merendahkan suara, antara diam dan keras
(seperti seorang yang sedang berbisik) dengan dalil yang diriwayatkan dari Abu
Musa al Asy'ari [12 ]
'Aisyah رضي الله عنها pernah berkata ketika menafsirkan
firman Allah:
وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya... [QS. al Isra': 110] Maksudnya "dalam
shalatmu" adalah "dalam do'amu (kepada Allah)."
Allah juga telah memuji Nabi-Nya Zakariya عليه السلام dengan
firman-Nya:
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاء خَفِيّاً
Yaitu tatkala la berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang
lembut. [Maryam: 3]
Allah سبحانه و تعالي juga telah berfirman:
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
[QS. Al A'raf: 55].
KESEPULUH: Imam Nawawi
Kemudian Imam Nawawi juga telah menukil pernyataan Imam al
Ghazaliy di atas dengan ringkas di kitabnya al Adzkar hal. 470.
KESEBELAS:
Imam Nawawi رحمه الله juga telah berkata di dalam kitab
Syarah Muslim (III/ 308)13:
Bab (yang di dalamnya terdapat pembahasan tentang)
disukainya kita untuk merendahkan suara pada saat berdzikir, kecuali pada tempat-tempat
yang diperintahkan oleh Agama untuk dikeraskan, seperti pada saat bertalbiyah,
dan lain-lain. Serta (bab) tentang sabda beliau kepada para shahabatnya, ketika
mereka mengeraskan suara dalam bertakbir: Wahai manusia, hendaklah kamu
menyayangi diri kalian sendiri, karena sesungguhnya kamu tidaklah menyeru Dzat
Yang tuli dan jauh, bahkan kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha
Dekat, dan Dia itu bersama kalian (dengan ilmu serta pengawasan-Nya)."
Makna kata "( اِرْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ)"
adalah: Kasihanilah diri kalian sendiri dengan cara
merendahkan suara kalian (di dalam berdzikir), karena meninggikan suara itu
hanyalah dilakukan oleh seseorang yang sedang memanggil orang yang berada jauh
darinya, agar orang yang berada jauh darinya itu dapat mendengarnya. Sedangkan kalian saat ini sedang menyeru Allah
Ta'ala, dan Dia tidak tuli dan tidak juga jauh, bahkan Dia itu Maha Mendengar
dan Dekat. Dan Dia selalu berserta kalian dengan Ilmu dan pengawasan-Nya. Maka
dalam hadits ini ada (faidah): Disunnahkannya
kita untuk merendahkan suara di saat berdzikir, bila tidak ada manfaatnya bagi
kita untuk meninggikan suara. Karena sesungguhnya bila seseorang itu
merendahkan suaranya di saat berdzikir, maka hal itu dapat membuat dia lebih
mengagungkan dan meninggikan Allah. Dan bila memang diperlukan untuk meninggikan
suara di saat berdzikir, maka boleh untuk meninggikannya sebagaimana yang telah
disebutkan di dalam beberapa hadits. Sabda beliau yang disebutkan di dalam
riwayat yang lain dari hadits ini: "Bahwa Dzat Yang kalian serukan itu
lebih dekat kepada kalian daripada leher hewan tunggangan kalian," maka
lafazh itu haruslah difahami seperti yang telah lalu (yakni Allah itu sangat
dekat kepada hamba-hamba-Nya, sehingga tidak perlu untuk mengeraskan suara di
dalam berdzikir -pen).
KEDUA BELAS: Imam Baihaqiy
(Imam) Baihaqi—salah seorang pembesar ula¬ma madzhab Syafi'i
(w. 458 H) berdalil dengan hadits ini dan yang lainnya dalam hal menyembunyikan
bacaan dzikir dan do'a (artinya: Tidak mengeraskannya).14
KETIGA BELAS: Al 'Izz bin Abdis Salam
Imam al 'Izz bin 'Abdis Salam asy Syafi'iy (w. 660 H) telah
menjawab sebuah pertanyaan yang diajukan kepadanya, sebagaimana yang tercantum
di dalam Fatawanya hal. 46-47 no: 15 sebagai berikut:
Soal: Apakah disunnahkan bagi
kita untuk berjabatan tangan setelah shalat Shubuh dan Ashar? Dan apakah juga
disunnahkan bagi imam untuk berdo'a setelah selesai salam (shalat) atau tidak?
Dan bila engkau mengatakan bahwa hal itu disunnahkan, maka apakah imam itu juga
harus menghadap ke kiblat atau tidak? Kemudian apakah boleh untuk mengeraskan
suaranya atau justru menyembunyikannya? Kemudian, apakah seorang yang berdo'a
(saat) itu juga boleh untuk mengangkat kedua tangannya atau tidak? Karena ini
bukan merupakan tempat-tempat yang di situ Nabi صلي الله عليه وسلم mengangkat kedua
tangannya.
Jawab: Berjabatan tangan
setelah selesai dari shalat Shubuh dan Ashar termasuk perbuatan bid'ah [15]
Dan Nabi it biasa membaca beberapa dzikir/wirid setelah shalat, dan mengucapkan
istigfar tiga kali, kemudian beliau pergi (dari tempatnya) Dan kebaikan itu
hanyalah kita dapati dengan cara meneladani Rasuli. Imam Syafi'i pun menyukai
agar seorang imam itu segera meninggalkan tempatnya setelah selesai salam
(pastinya, setelah membaca beberapa wirid/dzikir yang disyari'atkan Nabi صلي الله عليه وسلم)
Dan tidaklah disukai bagi seorang pun
untuk mengangkat kedua tangannya di saat berdo'a, kecuali pada saat-saat dan
tempat yang di situ Rasulullah صلي الله عليه وسلم, mengangkat kedua tangannya, dan juga tidak
diperbolehkan untuk mengusapkan kedua tangannya itu ke mukanya setelah selesai
dia berdo'a, karena tidak ada yang melakukannya, kecuali orang-orang yang jahil
(bodoh).
KEEMPAT BELAS: Imam Ibnu Katsir
Imam Ibnu Katsir asy Syafi'I رحمه الله berkata di dalam
kitab Tafsirnya (III/307-308)16:
Maka Dia berfirman: "Berdoalah kepada Tu¬hanmu... [QS.
Al A'raf: 205].
Ibnu Juraij mengatakan dari 'Atha al Khurasani dari Ibnu
Abbas, ia berkata dalam rangka menafsirkan ayat di atas: Maksudnya adalah
(berdo'a) dengan tersembunyi. Imam Ibnu Jarir berkata menafsirkan ayat di atas:
Maksudnya adalah dengan merendahkan diri dalam rangka menta'ati Allah, dan
berdo'a dengan penuh kekhusyuan hati dan keyakinan akan ke-Esaan-Nya dan
ke-Mahakuasaan-Nya hanya antara kalian dan Dia semata dengan tidak mengeraskan
suara dan riya... Ibnu Juraij mengatakan: Dimakruhkan untuk mengeraskan suara
di dalam berdzikir dan berdo'a, begitu juga dimakruhkan untuk berteriak ketika
berdo'a, akan tetapi justru kita diperintahkan untuk melakukannya dalam keadaan
merendah diri dan tenang.
Al Hafizh Ibnu Katsir juga berkata di tempat yang lainnya
(III/389)17:
Adapun Firman-Nya: "dengan merendahkan diri dan rasa
takut" maksudnya adalah: Ingatlah akan Tuhanmu di dalam hatimu dengan
penuh rasa harap dan takut (yang berpadu), dan dengan bisikan lisan bukanlah
dengan suara yang tinggi, untuk itulah Dia (lebih menegaskannya lagi dengan) firman-Nya: "Dan dengan
tidak mengeraskan suara," begitulah seharusnya cara seseorang berdzikir kepada
Allah, dan bukannya dengan suara yang tinggi dan sangat keras.
KELIMA BELAS: Al Hafizh Ibnu Hajar:
Imam Ibnu Hajar al 'Asqalani , seorang ulama yang dikenal
menganut madzhab Syafi'i telah berkata di dalam kitabnya Fat-hul Baari
(VI/240)18:
Maksud dari sabda beliau di dalam hadits: (اِرْبَعُوا)
adalah: "kasihanilah (dirimu
sendiri)." Imam ath Thabari mengatakan: Di dalam hadits ini ada larangan
untuk mengeraskan suara di dalam berdo'a dan berdzikir, dan seperti itulah
pendapat umumnya kaum Salaf dari kalangan para Shahabat dan Tabi'in.
Semua ini adalah pendapat dari para ulama kalangan madzhab
Imam Syafi'iy رحمهم الله. Dan begitulah juga pendapat para ulama
dari madzhab yang empat lainnya.19
Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim
1 Dalam buku aslinya Penulis (Ibnu Saini) mencantumkan
perkataan para ulama dari Madzhab Syafi’Ii dalam teks arab, bagi yang
menginginkannya silahkan beli bukunya (Ibnu Majjah)
2 Bagi yang mampu untuk berbahasa Arab; silahkan merujuk ke
kitab al Umm di bagian akhir pembahasan masalah shalat bab:
كَلَامُ الإِمَامِ وَجُلُوسِهِ بَعْد السَّلَامِ
Atau bagi mereka yang belum mampu untuk berbahasa Arab, bisa
juga untuk merujuk ke kitab al Umm edisi terjemahan jilid: I hal: 296, pada
Bab: "Berkata-katanya imam dan duduknya sesudah memberi salam,"
disebutkan sebagai berikut:
"Saya memandang baik bagi imam dan makmum. Bahwa
berdzikir kepada Allah, sesudah keluar dari shalat. Keduanya itu menyembunyikan
dzikir. Kecuali bahwa dia itu (adalah seorang) imam yang harus orang belajar
dari padanya. Maka ia (boleh untuk) mengeraskan suaranya. Sehingga ia melihat
bahwa orang (lain) telah mempelajari (lafazh dzikir itu) dari padanya, (maka)
kemudian ia (kembali) mengecilkan suaranya. Allah 'azza wa Jalla berfirman:
وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا
'Dan janganlah engkau sembahyang dengan suara keras dan
jangan pula diam saja.' Yakni Allah Yang maha Tahu. Ialah: Do'a. Tidak engkau
keraskan: Artinya: Tidak engkau tinggikan suara. Dan tidak diam saja: Artinya:
Sehingga tidak dapat engkau dengar sendiri."
Alhamdulillah kitab terjemahan ini telah lama dan banyak
beredar di negeri kita ini. Dengan demikian saya tidak akan dituduh mengada-ada
dalam hal ini
3 Tepatnya di Kitabush Shalah setelah pembahasan salam.
4 Tepatnya di kitab: الــمَسَاجِدِ وَمَوَاضِع الصَّلَاةِ,
bab: الذِّكْرُ بَعْدَ الصَّلَاةِ
, ketika mensyarah hadits no: 583
5 Shahih: Diriwayatkan oleh Bukhari no: 841 dan Abu Dawud
no: 1002 & 1003
6 Lihat: adz Dzikrul Jama'iy, Bainal Ittiba' Wal lbtida hal.
46, karya DR. Muhammad al Khumais
7 Lihat: riwayat hidupnya di kitab al A'lam karya az Zerikli
(IV: 291)
8 Lihat: kitab Ishlahul Masajid hal. 111 oleh Syaikh
Jamaluddin al Qasimi, dan kitab adz Dzikir al jama'i Bainal Ittiba' wal Ibtida'
hal. 14, oleh DR. Muhammad bin 'Abdirrahman al Khumais.
9 Tepatnya di kitab: (الأَذَان),
bab:الذِّكْرُ بَعْدَ الصَّلَاة,
Ketika mensyarahkan hadits no: 841.
10 Tepatnya di kitab: Shalat, pada pembahasan dzikir dan
do'a setelah shalat.
11 Tepatnya di kitab: (الأَذْكَرُ والدَّعَوَاتُ)
bab:
(فِيْ أَدَبِ الدُّعَاءِ وَفَضْلِهِ وَفَضْلِ بَعْدِ الأَدْعِيَةِ الــمَأْثُوْرَةِ وَفَضِيْلَةِ الاِسْتِغْفَارِ(
Kitab ini juga banyak beredar di negeri kita ini,
walhamdulillah.
12 Muttafaq 'Alaihi: Al Bukhari no: 2992, Muslim no: 2704,
akan tetapi lofazh yang disebutkan di atas merupakan lafazh hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud no: 1526, 1527
13 Tepatnya ketika beliau mensyarah hadits no: 2704
14 Lihat nukilannya di kitab Majmu’ Syarah Muhadzdzab (III:
452) dan kitab Fat-hul Mu’in (I: 185), bersama kitab I’anatuth Thalibin
15 Dan saya telah terangkan tentang kesepakatan para ulama
madzhab untuk membid’ahkan berjabatan tangan setelah shalat wajib, di risalah
saya Hukum Berjabatan Tangan di dalam Islam, Pustaka al ‘Ilmu. Silahkan merujuk
ke risalah tersebut bagi siapa yang menginginkannya
16 Tepatnya ketika beliau menafsirkan ayat ke-205 dari surat
al A'raf, silahkan merujuk ke kitab Tafsir Ibnu Katsir yang juga telah banyak
beredar di negeri kita ini, walhamdulillah
17 Tepatnya ketika beliau menafsirkan ayat ke-55 dari surat
al A'raf, silahkan merujuk ke kitab Tafsir Ibnu Katsir yang juga telah banyak
beredar di negeri kita ini, walhamdulillah
18 Tepatnya ketika beliau mensyarah hadits no: 2992
19 Lihat keterangannya di kitab al Hawadits Wal Bida’ hal.66
dan adz Dzikirul Jama’i hal.43-51.
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Februari 21, 2014
Dzikir Berjama'ah Pandangan Madzhab Syafi'i BAB V
Bab: V
Pengganti yang Disunnahkan
Kalau ada di antara sidang pembaca yang terhormat bertanya:
"Jadi sebenarnya, bagaimanakah cara berdzikir yang benar menurut petunjuk
al Qur'an dan Sunnah?"
Maka saya jawab dengan mengharap petunjuk dan bimbingan dari
Allah سبحانه و تعالي bahwa berdzikir yang
dicontohkan oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم
adalah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Syafi'i di atas, yakni
dengan cara berdzikir secara tersembunyi, tidak dengan suara yang keras,
sendiri-sendiri dan tidak beramai-ramai serta dipimpin atau dikomandoi oleh
seseorang.
Hal seperti itu juga akan membuat orang-orang awam tidak mau
berusaha untuk menghafalkan dzikir-dzikir setelah shalat wajib, seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم
dan lebih dari itu, mereka juga menyerahkan urusan do'a mereka kepada imam
shalat, tanpa diketahui apa isi do'a yang dipanjatkan imamnya itu kepada Allah سبحانه و تعالي, dan ini merupakan
bentuk kebodohan,1 Allahul musta'an.
Kemudian, bila ada di antara sidang pembaca yang terhormat
bertanya lagi: "Bagaimanakah lafazh dzikir yang disunnahkan itu?"
Saya katakan: Bahwa risalah ini bukanlah maksudnya untuk
menurunkan lafazh dzikir setelah selesai shalat yang lima waktu, karena
keterangan tentang hal itu cukup panjang dan beragam cukup banyak, sedangkan
risalah ini bukan dimaksudkan untuk menerangkan hal itu.
Saya persilahkan kepada para sidang pembaca yang terhormat
untuk merujuk ke kitab-kitab Hadits yang mu'tabar.
Dan alhamdulilah semua itu
telah dikumpulkan oleh banyak ulama kita, diantaranya oleh: Imam Nawawi di
dalam kitab al Adzkar dan Majmu' Syarah Muhadzdzab (III: 447-452),2
Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah di kitab Majmu' Fatawtaya (XXII: 493-494), atau
Syaikhul Islam Ibnul Qayyim di kitabnya Zadul Ma'ad (I: 285-295), atau bisa
membaca risalah Sifat Dzikir Nabi صلي الله عليه وسلم
Sesudah Shalat Yang Fardhu/Wajib, yang ditulis oleh guru kami Ustadz Abdul
Hakim bin 'Amir Abdat.3 Atau juga yang ditulis secara ringkas oleh
Guru kami Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas di kitabnya Kumpulan Do'a dari al
Qur'an dan as Sunnah yang shahih hal. 80-85. Silahkan sidang pembaca yang
terhormat merujuk ke kitab-kitab tersebut, karena di dalamnya ada keterangan
yang mencukupi sekali, insya Allahu Ta'ala.4
1 Adapun menetapkan adanya dzikir dan do'a di setiap selesai
shalat yang lima waktu dengan mengangkat kedua tangan, secara berjama'ah,
dipimpin dan dikomandoi oleh seorang imam, maka hal ini telah dibid'ahkan oleh
para ulama. Lihat: Majmu' Fatawa (XXII: 495-dst) di kitab itu ada bantahan
terhadap syubhat dalam masalah ini, Zadul Ma'ad (II: 249-250), al I'tisham
hal. 455-456, Majmu' Fatawa Bin Bazz (IV: 256-258), Fatawa Lajnah Daa-imah
(VII: 103-105), al Qaulul Mubin Fil Akhtaa-il Mushallin hal. 304-306, Risalah
Bid'ah hal. 189 no: 111, Kumpulan Do'a Dan Wirid hal. 86
2 Awalnya saya hendak mencantumkan di risalah ini apa yang
tercantum di dua kitab tersebut secara ringkas, akan tetapi saya melihat
terlalu panjang untuk dicantumkan di sini, maka saya biarkan di dalam kitab
aslinya: Bukti-bukti Penyelisikan Kaum Muslimin... .
3 Atau juga yang tercantum di dalam kitabnya al Masaa-il war
Rasaa-il jilid pertama, masalah ke-11
4 Kami tambahkan dalam ebook ini Dzikir Setelah Shalat
Fardhu dan Peringatan Penting Seputar Kesalahan Dalam [Setelah] Shalat, buah
karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam Buku Beliau yang berjudul Dzikir Pagi
Petang dan Sesudah Shalat Fardhu Menurut al-Qur’an dan as Sunnah yang Shahih,
alhamdulillah buku tersebut juga tersedia ebooknya pada Blog Kami di http://ibnumajjah.wordpress.com/
Untuk Mendownload dari Blog ini silahkan Klik Ebook
Komlet Pandangan Madzhab Syafi'i Terhadap Dzikir Berjama'ah Setelah Shalat
Fardhu.chm
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Februari 21, 2014
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً
قُلِ ادْعُواْ اللّهَ أَوِ ادْعُواْ الرَّحْمَـنَ أَيّاً مَّا تَدْعُواْ فَلَهُ الأَسْمَاء الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا.
Dzikir Berjama'ah Setelah Shalat Wajib BAB I
"Apa kata imam syafi'i tentang dzikir berjama'ah setelah shalat wajib dengan suara keras"
Bab: I
Ayat-ayat Al Qur'an yang Menerangkan Bahwa Berdzikir dan Berdo'a Tidaklah Dengan Suara Keras
AYAT PERTAMA:
Telah berfirman: سبحانه و تعالي
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut, Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.[QS. Al A'raf: 55]
AYAT KEDUA:
Kemudian Allah سبحانه و تعالي ulangi lagi dengan lebih memperinci untuk memberikan penekanan di dalam permasalahan ini:
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً
وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن
مِّنَ الْغَافِلِينَ
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, di waktu pagi dan petang,dan dengan tidak mengeraskan suara,dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [QS. Al A'raf: 205]
AYAT KETIGA:
Allah سبحانه و تعالي juga telah berfirman di dalam al Qur'an:
قُلِ ادْعُواْ اللّهَ أَوِ ادْعُواْ الرَّحْمَـنَ أَيّاً مَّا تَدْعُواْ فَلَهُ الأَسْمَاء الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ
بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً
Katakanlah: "Serulah (berdo'alah kepada) Allah atau serulah Ar Rahman [1] Dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul-husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu,[2] dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". [QS. Al Isra': 110]
AYAT KEEMPAT:
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا.
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاء خَفِيّاً
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria. Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. [QS. Maryam: 2-3].
Keempat ayat al Qur'an di atas sangatlah jelas melarang kita dari berdo'a atau berdzikir kepada Allah dengan suara yang keras, tanpa perlu keterangan lagi, walhamdulillah.
Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim
[1] Sebutan "Ar Rahman" merupakan salah satu Nama dari Nama-nama Allah yang indah dan sempurna
[2] Maksud shalat di sini adalah: do'a, sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Februari 02, 2014
Saat Banjir Melanda, Amalkan Do’a Ketika Terjadi Hujan Deras
Written By sumatrars on Minggu, 02 Februari 2014 | Februari 02, 2014
Banjir dapat terjadi karena hujan yang terus menerus turun atau karena adanya hujan deras, bisa juga karena banjir kiriman. Jika yang terjadi adalah hujan yang begitu deras di tempat kita atau hujan yang tidak kunjung berhenti, maka kita bisa meminta pada Allah untuk memalingkan hujan tersebut pada tempat yang lebih manfaat dengan mengamalkan do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Do’a yang dimaksud adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami. Ya, Allah! turunkanlah hujan di dataran tinggi, di bukit-bukit, di perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” 1
Do’a di atas disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, ketika hujan tak kunjung berhenti (dalam sepekan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memohon pada Allah agar cuaca kembali cerah. Lalu beliau membaca do’a di atas. (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897).
Do’a tersebut berisi permintaan agar cuaca yang jelek beralih cerah dan hujan yang ada berpindah pada tempat yang lebih membutuhkan air. [ed]
Atau untuk ringkasnya membaca:
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata menjelaskan hadits, “Maksud hadits ini adalah memalingkan hujan dari pusat kehidupan, al-aakaam adalah jamak dari akmah dengan memfathahkan hamzah, yaitu gunung kecil atau apa yang tinggi di bumi (dataran tinggi). Adz dziraf maknanya adalah bukit yang kecil. Adapun penyebutan lembah karena di situlah tempat berkumpulnya air dalam waktu yang lama sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia dan binatang ternak.”2
Ibnu Daqiq Al-‘Ied rahimahullah berkata, “Hadits ini merupakan dalil doa memohon dihentikan dampak buruk hujan, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa agar turun hujan, ketika lama tidak turun. Karena semuanya membahayakan (baik lama tidak hujan atau hujan yang sangat lama, pent).”3
Syaikh Abdul Aziz bin Biz rahimahullah berkata, “Selama hujan tidak membawa bahaya maka –alhamdulillah- ucapkan doa:
Jika hujan ini memberatkan, maka berdoalah:
Jadi, bagi saudara-saudara kami yang merasakan hujan yang begitu deras, amalkanlah do’a di atas. Moga hujan tersebut turun tidak membawa musibah banjir. Moga dengan diberikannya ujian, kita sadar untuk bertaubat pada Allah. Moga kita pun terus diberi kesabaran. [ed]
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Editor: M. Abduh Tuasikal
Sumber Artikel : Muslim.Or.Id
Artikel :Blog Al Islam
اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
(Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa. Allahumma ‘alal aakaami wadz dzirabi wa buthuunil awdiyati wa manabitis syajari)
Do’a di atas disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, ketika hujan tak kunjung berhenti (dalam sepekan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memohon pada Allah agar cuaca kembali cerah. Lalu beliau membaca do’a di atas. (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897).
Do’a tersebut berisi permintaan agar cuaca yang jelek beralih cerah dan hujan yang ada berpindah pada tempat yang lebih membutuhkan air. [ed]
Atau untuk ringkasnya membaca:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا، وَلاَ عَلَيْنَا
“Allahumma hawaalainaa wa laa ‘alainaa” [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, jangan yang merusak kami]Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata menjelaskan hadits, “Maksud hadits ini adalah memalingkan hujan dari pusat kehidupan, al-aakaam adalah jamak dari akmah dengan memfathahkan hamzah, yaitu gunung kecil atau apa yang tinggi di bumi (dataran tinggi). Adz dziraf maknanya adalah bukit yang kecil. Adapun penyebutan lembah karena di situlah tempat berkumpulnya air dalam waktu yang lama sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia dan binatang ternak.”2
Ibnu Daqiq Al-‘Ied rahimahullah berkata, “Hadits ini merupakan dalil doa memohon dihentikan dampak buruk hujan, sebagaimana dianjurkan untuk berdoa agar turun hujan, ketika lama tidak turun. Karena semuanya membahayakan (baik lama tidak hujan atau hujan yang sangat lama, pent).”3
Syaikh Abdul Aziz bin Biz rahimahullah berkata, “Selama hujan tidak membawa bahaya maka –alhamdulillah- ucapkan doa:
اللهم صيّباً نافعاً، مطرنا بفضل الله ورحمته
Allahumma shayyiban nafi’a, muthirna bifadhlillahi wa rahmatihi, Allahummaj’alhu mubarakanJika hujan ini memberatkan, maka berdoalah:
اللهم حوالينا ولا علينا
Allahumma hawalaina wa laa ‘alaina”4Jadi, bagi saudara-saudara kami yang merasakan hujan yang begitu deras, amalkanlah do’a di atas. Moga hujan tersebut turun tidak membawa musibah banjir. Moga dengan diberikannya ujian, kita sadar untuk bertaubat pada Allah. Moga kita pun terus diberi kesabaran. [ed]
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Editor: M. Abduh Tuasikal
Sumber Artikel : Muslim.Or.Id
- HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/614
- Fathul Baari 2/505, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
- Ihkam Al-Ahkam, 1/358. Mathba’ah As-Sunnah Muhammadiyyah, syamilah
- Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/4123
Artikel :Blog Al Islam
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Mei 05, 2013
12 Golongan yang Didoakan Para Malaikat
Written By sumatrars on Minggu, 05 Mei 2013 | Mei 05, 2013
12 Golongan yang Didoakan Para Malaikat
Inilah 12 golongan manusia yang akan didoakan olah para malaikat.
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.” (HR. Imam Abu Dawud -dan Ibnu Khuzaimah- dari Barra’ bin ‘Azib)
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah)
5. Para malaikat mengucapkan ‘aamiin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al-Fatihah
“Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.” (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat
“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106)
7. Orang-orang yang melakukan shalat Shubuh dan ‘Ashar secara berjama’ah
“Para malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘Ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’ Mereka menjawab: Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 9140)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan
“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.” (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda’, Shahih Muslim 2733)
9. Orang-orang yang berinfak
“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur. Insya Allah termasuk di saat sahur untuk puasa sunnah.” (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari Abdullah bin Umar)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit
“Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga Shubuh.” (HR. Imam Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib, Al Musnad 754)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain
“Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily)
Sumber dari Artikel : http://fadhlihsan.wordpress.com
Artikel :Blog Al Islam
Oleh: al-Akh Moegrand Tomu Gubali
Inilah 12 golongan manusia yang akan didoakan olah para malaikat.
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
“Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.” (HR. Imam Abu Dawud -dan Ibnu Khuzaimah- dari Barra’ bin ‘Azib)
4. Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah)
5. Para malaikat mengucapkan ‘aamiin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al-Fatihah
“Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu.” (HR. Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat
“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106)
7. Orang-orang yang melakukan shalat Shubuh dan ‘Ashar secara berjama’ah
“Para malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘Ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’ Mereka menjawab: Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 9140)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan
“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.” (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda’, Shahih Muslim 2733)
9. Orang-orang yang berinfak
“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa) kepada orang-orang yang sedang makan sahur. Insya Allah termasuk di saat sahur untuk puasa sunnah.” (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari Abdullah bin Umar)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit
“Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga Shubuh.” (HR. Imam Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib, Al Musnad 754)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain
“Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily)
Sumber dari Artikel : http://fadhlihsan.wordpress.com
Artikel :Blog Al Islam
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
April 20, 2013
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu tentang perpecahan ummat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda :
“Sesunggunya agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)
“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.”
(Al-Maaidah: 3)
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".
(QS. At-tahrim [66]:8)
Dalam hadits Abu Hurairah, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )
______________
Mutiara Do'a : Wahai Dzat Yang Membolak-Balikkan Hati (Yaa Muqollibal quluubi)
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,
'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.
Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du
Do'a-do'a Yang Disunahkah
Berikut adalah do'a-do'a yang sahih dari Rasulallohu صلى ا لله عليه وسلم :
Do'a-do'a ini dapat dibaca kapan saja,terutama pada sujud dalam shalat maupun dalam duduk tasyahud (baca syarat-syarat mebaca do'a dalam duduk tasyahud pent-)
Do'a dibawah ini adalah do'a yang dimintakan untuk agar kita tetap tegar dan istiqomah diatas agama yang benar.
'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]
'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Ta'atik'
Artinya: “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu”
[HR. Muslim (no. 2654)]
'Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Tho'atika'
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
'Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab'
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(QS. Ali Imran: 7)
__________
Penjelasan Hadits
1.Hadits pertama
Nawwas bin Sam’an Al Kilabi berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidak ada satu hati pun kecuali ia berada di antara dua jari dari Jari-Jemari Rabb semesta alam.
Jika Dia ingin memberikannya keistiqamahan niscaya Ia akan berikan keistiqamahan padanya. Dan jika Dia ingin memalingkannya (dari Islam) niscaya akan dipalingkan-Nya dari Islam.
Dan beliau berdo’a:
Wahai Dzat yang membulak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu
Dan Al Mizan juga berada di Jari Ar Rahman ‘azza wajalla Dia lah yang meringankan dan mengangkatnya.
(HR. Ahmad; dishahiihkan syaikh muqbil dalam shahiihul musnad)
2.Hadits kedua
dari Anas ia berkata; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak mengucapkan doa:
Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu
Anas berkata; Maka kami (PARA SHAHABAT) berkata;
Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada wahyu yang engkau bawa, maka apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?
Beliau menjawab:
Ya, sesungguhnya hati itu berada di antara jari-jari Allah ‘azza wajalla, Dialah yang membolak-balikkannya.
(HR. Ahmad; Ibnu ‘Adiy berkata didalamnya terdapat perawi yang bernama Abu Sufyan dan dia tidak mengapa.)
Dalam riwayat at-Tirmidziy dengan lafazh:
Benar, sesungguhnya hati itu berada diantara jari-jari Allah, Ia membolak-balikannya sekehendakNya.
(HR.at Tirmidizy dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at Tirmidziy)
3.Hadits ketiga
dari ‘Aa-isyah radhiyallahu ‘anhaa berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak mengucapkan;
Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu
Lalu dikatakan kepada beliau, wahai Rasulullah! Affan telah berkata; Aisyah telah berkata kepadanya, sesungguhnya engkau memperbanyak membaca;
Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu
Beliau bersabda:
“Apa yang membuatku aman, sesungguhnya hati hamba berada diantara dua ujung jari-jemari Arrahman, apabila Ia berkehendak untuk memabalikkan hati seorang hamba maka Ia akan membalikkannya.”
(HR. Ahmad; dalam hadits ini terdapat perawi yang MAJHULAH yaitu: AMANAH BINTI ABDILLAH; dan juga terdapat perawi yang LEMAH yaitu: ‘ali bin zaid)
Namun dalam riwayat lain yang berbunyi:
dari ‘Aa-isyah radhiyallahu ‘anhaa berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak mengucapkan;
Yaa mutsabbital quluub tsabbit qalbiy ‘ala diinik
Bersabda Rasulullah:
Benar, akan tetapi siapakah yang merasa aman wahai ‘aa-isyah; sedangkan hati seorang hamba berada diantara jari-jemari ar-rahmaan?!
(Maka hadits ini DISHAHIIHKAN oleh Syaikh al-albaaniy dalam takhrij kitaabus sunan)
4.Hadits keempat
Ditanyakan kepada Ummu Salamah;
“Wahai Ummul mukminin! Do’a apakah yang paling banyak Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam baca ketika bersamamu?”
ia menjawab;
“Do’a beliau yang paling banyak adalah:
Wahai yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agamamu
Ia berkata;
“Lalu aku bertanya kepada beliau, Wahai Rasulullah! Kenapa do’a yang paling banyak engkau baca:
Wahai yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agamaMu?
beliau menjawab;
“Wahai Ummu Salamah! Tidaklah anak keturunan Adam kecuali hatinya berada di antara dua jari dari-jari Allah Azzawajalla. Bila Ia berkehendak akan meluruskannya dan bila Ia berkehendak maka akan menyesatkannya.”
(HR. Ahmad; dalam sanadnya terdapat “Syahar bin Hawsyab” dan dia didhaifkan para ulama)
Namun dalam riwayat lain, dengan lafazh
“Wahai Ummu Salamah! Tidaklah anak keturunan Adam kecuali hatinya berada di antara dua jari dari-jari ar Rahmaan. Bila Ia berkehendak akan meluruskannya dan bila Ia berkehendak maka akan menyesatkannya.”
(maka hadits ini diSHAHIIHkan syaikh al Albaaniy dalam takhrij kitabus sunan)
Dalam riwayat lain:
Ummu Salamah meceritakan bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam memperbanyak dalam do’anya:
Ya Allah, yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu
Ia berkata; saya berkata;
“Wahai Rasululah! Apakah hati itu berbolak balik?”
beliau menjawab:
“Ya, tidaklah ciptaan Allah dari manusia anak keturunan Adam kecuali hatinya berada di antara dua jari dari jari-jari Allah.
Bila Allah Azzawajalla berkehendak, Ia akan meluruskannya, dan jiwka Allah berkehendak, Ia akan menyesatkannya.
“Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu).”
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.
Artikel :Blog Al Islam
Mutiara Do'a dan Hadits
Written By sumatrars on Sabtu, 20 April 2013 | April 20, 2013
Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu tentang perpecahan ummat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda :
وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)
عن العرباض بن سارية قال: صلى بنا رسول الله ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا (٣)
(Al-Maaidah: 3)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
(QS. At-tahrim [66]:8)
Dalam hadits Abu Hurairah, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ
______________
Mutiara Do'a : Wahai Dzat Yang Membolak-Balikkan Hati (Yaa Muqollibal quluubi)
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
'Innalhamdalillaah, nahmaduhu wanasta’inuhu, wanastaghfiruh. Wana’udzubillaahiminsyururi anfusina waminsyay yiati a’malina, may yahdihillahu fala mudzillalah, wamay yut’lil fala hadziyalah. Asyhadu alailahaillallahu wah dahula syarikalah wa assyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluh.Salallahu'alaihi wa 'ala alihi wa sahbihi wa man tabi'ahum bi ihsanin illa yaumiddiin'.
Fainna ashdaqal hadits kitabaLLAH wa khairal hadyi hadyu Muhammad Salallahu'alaihiwassalam, wa syarral ‘umuri muhdatsatuha, Wa kullu muhdatsatin bid’ah wa kullu bid’atin dhalalah wa kullu dhalalatin fin nar… Ammaba’du
Do'a-do'a Yang Disunahkah
Berikut adalah do'a-do'a yang sahih dari Rasulallohu صلى ا لله عليه وسلم :
Do'a-do'a ini dapat dibaca kapan saja,terutama pada sujud dalam shalat maupun dalam duduk tasyahud (baca syarat-syarat mebaca do'a dalam duduk tasyahud pent-)
Do'a dibawah ini adalah do'a yang dimintakan untuk agar kita tetap tegar dan istiqomah diatas agama yang benar.
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]
يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
Artinya: “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu”
[HR. Muslim (no. 2654)]
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(QS. Ali Imran: 7)
__________
Penjelasan Hadits
1.Hadits pertama
Nawwas bin Sam’an Al Kilabi berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ قَلْبٍ إِلَّا وَهُوَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Tidak ada satu hati pun kecuali ia berada di antara dua jari dari Jari-Jemari Rabb semesta alam.
إِنْ شَاءَ أَنْ يُقِيمَهُ أَقَامَهُ وَإِنْ شَاءَ أَنْ يُزِيغَهُ أَزَاغَهُ
Jika Dia ingin memberikannya keistiqamahan niscaya Ia akan berikan keistiqamahan padanya. Dan jika Dia ingin memalingkannya (dari Islam) niscaya akan dipalingkan-Nya dari Islam.
Dan beliau berdo’a:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ
Wahai Dzat yang membulak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu
وَالْمِيزَانُ بِيَدِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ يَخْفِضُهُ وَيَرْفَعُهُ
Dan Al Mizan juga berada di Jari Ar Rahman ‘azza wajalla Dia lah yang meringankan dan mengangkatnya.
(HR. Ahmad; dishahiihkan syaikh muqbil dalam shahiihul musnad)
2.Hadits kedua
dari Anas ia berkata; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak mengucapkan doa:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Anas berkata; Maka kami (PARA SHAHABAT) berkata;
Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada wahyu yang engkau bawa, maka apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?
Beliau menjawab:
نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
Ya, sesungguhnya hati itu berada di antara jari-jari Allah ‘azza wajalla, Dialah yang membolak-balikkannya.
(HR. Ahmad; Ibnu ‘Adiy berkata didalamnya terdapat perawi yang bernama Abu Sufyan dan dia tidak mengapa.)
Dalam riwayat at-Tirmidziy dengan lafazh:
نعم إن القلوب بين إصبعين من أصابع الله يقلبها كيف شاء
Benar, sesungguhnya hati itu berada diantara jari-jari Allah, Ia membolak-balikannya sekehendakNya.
(HR.at Tirmidizy dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at Tirmidziy)
3.Hadits ketiga
dari ‘Aa-isyah radhiyallahu ‘anhaa berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak mengucapkan;
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَطَاعَتِكَ
Lalu dikatakan kepada beliau, wahai Rasulullah! Affan telah berkata; Aisyah telah berkata kepadanya, sesungguhnya engkau memperbanyak membaca;
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَطَاعَتِكَ
Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu
Beliau bersabda:
وَمَا يُؤْمِنُنِي وَإِنَّمَا قُلُوبُ الْعِبَادِ بَيْنَ أُصْبُعَيْ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُقَلِّبَ قَلْبَ عَبْدٍ قَلَّبَهُ قَالَ عَفَّانُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Apa yang membuatku aman, sesungguhnya hati hamba berada diantara dua ujung jari-jemari Arrahman, apabila Ia berkehendak untuk memabalikkan hati seorang hamba maka Ia akan membalikkannya.”
(HR. Ahmad; dalam hadits ini terdapat perawi yang MAJHULAH yaitu: AMANAH BINTI ABDILLAH; dan juga terdapat perawi yang LEMAH yaitu: ‘ali bin zaid)
Namun dalam riwayat lain yang berbunyi:
dari ‘Aa-isyah radhiyallahu ‘anhaa berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak mengucapkan;
يامثبت القلوب ثبت قلبي على دينك
Yaa mutsabbital quluub tsabbit qalbiy ‘ala diinik
Bersabda Rasulullah:
نعم و ما يؤمني أي عائشة و قلوب العباد بين إصبعين من أصابع الرحمن ؟
Benar, akan tetapi siapakah yang merasa aman wahai ‘aa-isyah; sedangkan hati seorang hamba berada diantara jari-jemari ar-rahmaan?!
(Maka hadits ini DISHAHIIHKAN oleh Syaikh al-albaaniy dalam takhrij kitaabus sunan)
4.Hadits keempat
Ditanyakan kepada Ummu Salamah;
“Wahai Ummul mukminin! Do’a apakah yang paling banyak Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam baca ketika bersamamu?”
ia menjawab;
“Do’a beliau yang paling banyak adalah:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Wahai yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hatiku senantiasa di atas agamamu
Ia berkata;
“Lalu aku bertanya kepada beliau, Wahai Rasulullah! Kenapa do’a yang paling banyak engkau baca:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
beliau menjawab;
يَا أُمَّ سَلَمَةَ مَا مِنْ آدَمِيٍّ إِلَّا وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا شَاءَ أَقَامَ وَمَا شَاءَ أَزَاغَ
(HR. Ahmad; dalam sanadnya terdapat “Syahar bin Hawsyab” dan dia didhaifkan para ulama)
Namun dalam riwayat lain, dengan lafazh
يا أم سلمة ما من آدمي إلا قلبه بين إصبعين من أصابع الرحمن ، ما شاء أقامه ، و ما شاء أزاغه
“Wahai Ummu Salamah! Tidaklah anak keturunan Adam kecuali hatinya berada di antara dua jari dari-jari ar Rahmaan. Bila Ia berkehendak akan meluruskannya dan bila Ia berkehendak maka akan menyesatkannya.”
(maka hadits ini diSHAHIIHkan syaikh al Albaaniy dalam takhrij kitabus sunan)
Dalam riwayat lain:
Ummu Salamah meceritakan bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam memperbanyak dalam do’anya:
اللَّهُمَّ مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Ya Allah, yang membolak balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu
Ia berkata; saya berkata;
“Wahai Rasululah! Apakah hati itu berbolak balik?”
beliau menjawab:
نَعَمْ مَا مِنْ خَلْقِ اللَّهِ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ بَشَرٍ إِلَّا أَنَّ قَلْبَهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ
“Ya, tidaklah ciptaan Allah dari manusia anak keturunan Adam kecuali hatinya berada di antara dua jari dari jari-jari Allah.
فَإِنْ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَقَامَهُ وَإِنْ شَاءَ اللَّهُ أَزَاغَهُ
Bila Allah Azzawajalla berkehendak, Ia akan meluruskannya, dan jiwka Allah berkehendak, Ia akan menyesatkannya.
Wallahu a’lam
(artinya: “Dan Allah lebih tahu atau Yang Maha tahu atau Maha Mengetahui)
"Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,.
Artikel :Blog Al Islam
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 22, 2012
Kesalahan Dalam Setelah Shalat
Written By sumatrars on Senin, 22 Oktober 2012 | Oktober 22, 2012
Peringatan Penting Seputar Kesalahan Dalam Setelah Shalat
Beberapa hal biasa dilakukan oleh banyak orang setelah
shalat fardhu (wajib) yang lima waktu, tapi tidak ada contoh dan dalil dari
Rasulullah
صلي الله عليه وسلم dan para Sahabat ridhwaanullaah 'alaihim ajma'iin.
Di antara kesalahan dan bid'ah tersebut ialah:
Mengusap muka setelah salam.1
Berdo'a dan berdzikir secara berjama'ah yang di pimpin oleh
imam shalat.2
Berdzikir dengan bacaan yang tidak ada nash/ dalilnya, baik
lafazh maupun bilangannya, atau berdzikir dengan dasar hadits yang dha'if (lemah)
atau maudhu' (palsu).
Contoh:
Sesudah salam membaca: "Alhamdulillaah."
Membaca surat al-Faatihah setelah salam.
Membaca beberapa ayat terakhir surat al-Hasyr dan lainnya.
Menghitung dzikir dengan memakai biji-bijian tasbih atau
yang serupa dengannya. Tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang menghitung
dzikir dengan biji-bijian tasbih, bahkan sebagiannya maudhu' (palsu).3
Syaikh al-lbani رَحِم الله mengatakan: "Berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid'ah."4
Syaikh al-lbani رَحِم الله mengatakan: "Berdzikir dengan biji-bijian tasbih adalah bid'ah."4
Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa berdzikir dengan
menggunakan biji-bijian tasbih menyerupai orang-orang Yahudi, Nasrani, Budha,
dan perbuatan ini adalah bid'ah dha-laalah.5
Yang disunnahkan dalam berdzikir adalah dengan menggunakan
jari-jari tangan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍ رَضِيَ اللهُ قَلَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيْحَ بِيَمِيْنِهِ
"Dari Abdullah bin Amr
رضي الله عنه
, ia berkata: Aku melihat Rasulullah
صلي الله عليه
وسلم menghitung bacaan tasbih dengan jari-jari tangan kanannya."6
Bahkan, Nabi
صلي الله عليه
وسلم memerintahkan para Sahabat wanita menghitung; Subhaanallaah,
alhamdulillaah, dan mensucikan Allah dengan jari-jari, karena jari-jari akan
ditanya dan diminta untuk berbicara (pada hari Kiamat).7
Berdzikir dengan suara keras dan beramai-ramai (bersamaan/
berjama'ah).
Allah
سبحانه و
تعاليmemerintahkan kita berdzikir dengan suara yang tidak keras (QS. Al-A'raaf
ayat 55 dan 205, lihat Tafsiir Ibni Katsir tentang ayat ini).
Nabi
صلي الله عليه
وسلم melarang berdzikir dengan suara keras sebagaimana diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari, Muslim dan lain-lain.
Imam asy-Syafi'i menganjurkan agar imam atau makmum tidak
mengeraskan bacaan dzikir.8
Membiasakan/merutinkan do'a setelah shalat fardhu (wajib)
dan mengangkat tangan pada do'a tersebut, (perbuatan ini) tidak ada contohnya
dari Rasulullah
صلي الله عليه
وسلم.9
Saling berjabat tangan seusai shalat fardhu (bersalam-salaman).
Tidak ada seorang pun dari Sahabat atau Salafush Shalih yang berjabat tangan (bersalam-salaman)
kepada orang disebelah kanan atau kiri, depan atau belakangnya apabila mereka
selesai melaksanakan shalat. Jika seandainya perbuatan itu baik, maka akan
sampai (kabar) kepada kita, dan ulama akan menukil serta menyampaikannya kepada
kita (riwayat yang shahih.Pen).
Para ulama mengatakan: "Perbuatan tersebut adalah bid'ah."10
Berjabat tangan dianjurkan, akan tetapi menetapkannya di
setiap selesai shalat fardhu tidak ada contohnya, atau setelah shalat Shubuh dan
'Ashar, maka perbuatan ini adalah bid'ah.11 Wallaahu a'lam bish Shawaab.
Ibnu Majjah 4 Ummat Muslim
--------------------------------------------------------------------------------
1 Lihat, Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha'iifah wal Maudhuu'ah
no. 660 oleh Imam al-Albani
2 Al-I'tishaam, Imam asy-Syathibi hal. 455456 tahqiq Syaikh
Salim al-Hilali, Fataawa al-Lajnah ad-Daa-imah VII/104-105, Fataawa Syaikh bin
Baaz XI/188-189, as-Sunan wal Mub-tada'aat hal. 70. Perbuatan ini bid'ah, (al-Qaulul
Mubiin fii Akhthaa-il Mushalliin hal. 304-305).
3 Lihat, Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha'iifah wal Maudhuu'ah
no. 83 dan 1002
4 Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha'iifah I/185
5 As-Subbah Taariikhuha wa Hukmuha hal. 101 cet. I Daarul 'Ashimah
1419 H - Syaikh Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid.
6 Hadits shahih, riwayat Abu Dawud no. 1502, dan at-Tirmidzi
no. 3486, Shahiih at-Tirmidzi IH/146 no. 2714, Shahiih Abi Dawud 1/280 no. 1330,
al-Hakim 1/547, al- Baihaqi 11/253
7 Hadits hasan, riwayat Abu Dawud no. 1501, dan at-Tirmidzi.
Dihasankan oleh Imam an-Nawawi dan Ibnu Hajar al-Asqalani
8 Lihat Zaadul Ma'aad 1/357 tahqiq al-Arna'uth. Majmuu'
Fataawa, Syaikh bin Baaz XI/167-168
9 Tamaamul Kalaam fi bid'iyyatil Mushaafahah ba'das Salaam-
DR. Muhammad Musa Alu Nashr
10 Al-Qaulul Mubiin fii Akhtbaa-il Mushalliin hal. 293-294
-Syaikh Masyhur Hasan Salman
11 Al-Qaulul Mubiin fii Akhthaa-il Mushalliin hal. 294-295 dan Silsilah al-Ahaadiits
ash-Shahiihah 1
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
KISAH NABI ADAM ALAIHI SALAM
BUAH TEEN Kisah Nabi Adam: Dari Awal Penciptaan Hingga Turun ke Bumi Kisah Nabi Adam menceritakan terciptanya manusia pertama y...