BLOG AL ISLAM
Diberdayakan oleh Blogger.
Kontributor
Doa Kedua Orang Tua dan Saudaranya file:///android_asset/html/index_sholeh2.html I Would like to sha
Arsip Blog
-
►
2011
(33)
- ► Januari 2011 (22)
- ► September 2011 (1)
-
►
2012
(132)
- ► April 2012 (1)
- ► Agustus 2012 (40)
- ► Oktober 2012 (54)
- ► November 2012 (4)
- ► Desember 2012 (3)
-
►
2013
(15)
- ► Maret 2013 (1)
-
►
2015
(53)
- ► Januari 2015 (45)
- ► April 2015 (1)
-
►
2023
(2)
- ► Februari 2023 (1)
- ► Desember 2023 (1)
twitter
Live Traffic
Latest Post
Oktober 26, 2012
Fiqih Mencacah Daging Qurban di dalam masjid
Written By sumatrars on Jumat, 26 Oktober 2012 | Oktober 26, 2012
Mencacah Daging Qurban di dalam Masjid
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,
Satu tradisi yang banyak tersebar di masyarakat kita, menyembelih
qurban di lingkungan masjid dan
mencacah daging untuk pembagian yang dilakukan di dalam masjid. Bagi masyarakat
yang kurang perhatian dengan kebersihan, fenomena ini dianggap sebagai masalah
biasa. Apalagi ketika mereka kurang terdidik untuk memuliakan masjid.
Ada beberapa catatan penting yang bisa kita kupas terkait kasus mencacah daging qurban di
dalam masjid:
Pertama, selaku orang yang beriman, kita diwajibkan menghormati tempat ibadah kita, yaitu masjid. Karena masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah. Hanya mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang sanggup memakmurkan dan memuliakan masjid Allah,
Pertama, selaku orang yang beriman, kita diwajibkan menghormati tempat ibadah kita, yaitu masjid. Karena masjid adalah tempat yang dimuliakan Allah. Hanya mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang sanggup memakmurkan dan memuliakan masjid Allah,
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ الله مَنْ آمَنَ بِالله وَالْيَوْمِ الآخِرِ
“Orang yang memakmurkan masjid Allah, hanyalah orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir.” (QS. At-Taubah:
18).
Dalam rangka memuliakan masjid, Allah perintahkan seluruh umat manusia agar
menggunakan pakaian sopan
ketika masuk masjid.
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
“Wahai anak Adam
(manusia), pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid..” (QS.
Al-A’raf: 31)
Dalam hadis, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ البلاد إلى الله مساجدها، وأبغض البلاد إلى الله أسواقها
“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci
Allah adalah pasar.” (HR. Muslim
no. 671).
Termasuk bukti kita mencintai Allah adalah mencintai sesuatu yang Allah cintai,
diantaranya adalah masjid.
Diantara contoh penerapan menghormati masjid, telah dinyatakan dalam hadis yang
diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, tentang kedatangan orang
badui pelosok, yang nyelonong masuk masjid nabawi kemudian kencing di dalam
masjid. Para sahabat yang geram karena ingin memukuli orang ini, dicegah oleh
sang Nabi yang sangat penyantun. Setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpesan kepada si badui:
إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لاَ تَصْلُحُ لِشَىْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ وَلاَ
الْقَذَرِ إِنَّمَا هِىَ لِذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالصَّلاَةِ وَقِرَاءَةِ
الْقُرْآنِ
“Sesungguhnya masjid tidak selayaknya digunakan untuk kencing atau kotoran.
Masjid hanya untuk dzikrullah, shalat,
dan membaca Al-Quran.” (HR.
Muslim no. 285).
Hadis ini memberi pelajaran bagi kita, semua kegiatan yang bertentangan atau
mengganggu berlangsungnya fungsi utama masjid, seperti dzikrullah, kajian islam, shalat,
atau membaca Al-Quran, tidak selayaknya dilakukan di dalam masjid. Tak
terkecuali kegiatan yang menimbulkan sesuatu yang berbau, yang bisa mengganggu
orang yang melakukan fungsi utama masjid.
Kedua, dalam kegiatan
penyembelihan hewan qurban, kita
tidak akan lepas dari kotoran, darah, bau daging, dst. Tentu saja, semua ini
bisa menjadi sebab ketidak-nyamanan bagi orang yang butuh konsentrasi, baik
ketika ibadah maupun
kegiatan lainnya. Lebih dari itu, mayoritas ulama menyatakan bahwa darah yang
memancar ketika proses penyembelihan, hukumnya najis. Allah berfirman:
قُل لاَّ أَجِدُ فِيمَا أُوْحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلاَّ
أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَّسْفُوحاً أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ
أَوْ فِسْقاً أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ
Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah
yang mengalir atau daging
babi karena sesungguhnya semua itu najis atau binatang haram yang disembelih
atas nama selain Allah. (QS. Al-Anam:
145).
Bahkan sebagian ulama, semacam imam Ahmad, menyatakan bahwa ulama sepakat, bahwa
darah memancar dari binatang hukumnya najis. (Simak Syarh Umdatul Fiqh, 1/105).
Karena alasan di atas, sebagian ulama melarang keras penyembelihan yang
dilakukan di lingkungan masjid. Apalagi jika dagingnya dicacah di serambi masjid.
Berikut keterangan Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi – rahimahullah –
Mufti KSA Bagian Selatan, ketika beliau ditanya oleh salah seorang pelajar
indonesia, tentang hukum menyembelih
di masjid atau halaman masjid yang bisa mengotori masjid.
ذبح الأضحية إما في المجزرة أو في الفضاء وإلا فكل واحد يذبح أضحيته في بيته. اتقوا
الله يا أهل أندونسيا لا تنجسوا المساجد بالدم المسفوح الذي هو نجس بصريح القرآن
وبإجماع العلماء من زمن الصحابة إلى الآن.
“Menyembelih hewan qurban seharus dilakukan di tempat penyembelihan, atau tanah
lapang. Atau kalau tidak, masing-masing orang menyembelih hewan qurbannya di
rumahnya. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah wahai penduduk indonesia, jangan
menajisi masjid dengan
darah yang memancar, yang hukumnya najis berdasarkan dalil tegas Al-Quran dan
sepakat ulama dari zaman sahabat hingga saat ini.
(dikutip dari Artikel KonsultasiSyariah.com).
Allahu a’lam
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 23, 2012
Anas bin Malik pernah mengatakan, “Hari Arafah lebih utama dari 10.000 hari-hari lainnya."[1] Siapa saja yang berpuasa ketika itu akan mendapatkan ampunan dosa (yaitu dosa kecil) untuk dua tahun.
Mengenai hari Arafah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” [2]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arafah adalah hari pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arafah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arafah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari Arafah.” [3]
Ibnu Rajab selanjutnya menjelaskan bahwa siapa yang ingin mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa pada hari Arafah, maka lakukanlah hal-hal berikut. [4]
PERTAMA :
Melaksanakan puasa Arafah (bagi yang tidak berhaji). Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” [5]
KEDUA :
Menjaga anggota badan dari hal-hal yang diharamkan pada hari tersebut.
KETIGA :
Memperbanyak syahadat tauhid, keikhlasan dan kejujuran pada hari tersebut karena semuanya tadi adalah asas agama ini yang Allah sempurnakan pada hari Arafah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri sering memperbanyak hal-hal tadi dan beliau menyebutkannya setelah menyebutkan bahwa do’a pada hari Arafah adalah sebaik-baik do’a. Disebutkan dalam hadits,
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)”. [6]
KEEMPAT :
Memerdekakan seorang budak jika mampu. Karena barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukmin, maka Allah akan membebaskan anggota tubuhnya dari api neraka karena anggota tubuh budak yang ia merdekakan.
KELIMA :
Memperbanyak do’a ampunan dan pembebasan dari api neraka ketika itu karena hari Arafah adalah hari terkabulnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” [7]
Dan untuk mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa, hendaklah pula dijauhi segala dosa yang dapat menghalangi dari mendapatkan ampunan. Di antara yang harus dijauhi adalah:
Itulah yang dinasehatkan oleh Ibnu Rajab agar seseorang bisa mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari Arafah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari tersebut.
Ya Allah, terimalah setiap amalan kami di hari Arafah yang mulia ini dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapatkan pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka. Sesungguhnya engkau Maha Mengijabahi setiap do’a-do’a kami.
Segala puji bagi Allah yang dengan setiap nikmat-Nya segala kebaikan menjadisempurna.
Sumber Penulis :Muhammad Abduh Tuasikal Sumber Artikel : Muslim.or.id
[1]Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 489, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.
[2] HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.
[3] Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 482.
[4] Ini adalah penjelasan yang kami olah dari pemaparan Ibnu Rajab dengan sedikit penambahan dari kami.
[5] HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.
[6] HR. Tirmidzi no. 3585, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[7] Idem
[8] HR. Bukhari no. 5783, dari Ibnu ‘Umar.
[9] Lihat Latho-if Al Ma’arif , 493-496.
Haji - Sebab Mendapatkan Ampunan di Hari Arafah
Written By sumatrars on Selasa, 23 Oktober 2012 | Oktober 23, 2012
Sebab Mendapatkan Ampunan di Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari di mana Allah menyempurnakan Islam dan menyempurnakan nikmat-Nya ketika itu. Hari Arafah adalah hari haji Akbar menurut mayoritas
salaf. Hari Arafah juga adalah hari istimewa bagi umat ini.
Anas bin Malik pernah mengatakan, “Hari Arafah lebih utama dari 10.000 hari-hari lainnya."[1] Siapa saja yang berpuasa ketika itu akan mendapatkan ampunan dosa (yaitu dosa kecil) untuk dua tahun.
Mengenai hari Arafah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” [2]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arafah adalah hari pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arafah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arafah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari Arafah.” [3]
Ibnu Rajab selanjutnya menjelaskan bahwa siapa yang ingin mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa pada hari Arafah, maka lakukanlah hal-hal berikut. [4]
PERTAMA :
Melaksanakan puasa Arafah (bagi yang tidak berhaji). Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” [5]
KEDUA :
Menjaga anggota badan dari hal-hal yang diharamkan pada hari tersebut.
KETIGA :
Memperbanyak syahadat tauhid, keikhlasan dan kejujuran pada hari tersebut karena semuanya tadi adalah asas agama ini yang Allah sempurnakan pada hari Arafah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri sering memperbanyak hal-hal tadi dan beliau menyebutkannya setelah menyebutkan bahwa do’a pada hari Arafah adalah sebaik-baik do’a. Disebutkan dalam hadits,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)”. [6]
KEEMPAT :
Memerdekakan seorang budak jika mampu. Karena barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukmin, maka Allah akan membebaskan anggota tubuhnya dari api neraka karena anggota tubuh budak yang ia merdekakan.
KELIMA :
Memperbanyak do’a ampunan dan pembebasan dari api neraka ketika itu karena hari Arafah adalah hari terkabulnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” [7]
Dan untuk mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa, hendaklah pula dijauhi segala dosa yang dapat menghalangi dari mendapatkan ampunan. Di antara yang harus dijauhi adalah:
PERTAMA :
Sifat sombong dan takabbur. Allah Ta’ala berfirman,
وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.(QS. Al Hadid: 23)
Sebagaimana pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ
“Allah tidak akan memandang siapa saja yang menjulurkan celananya (di bawah mata kaki) dengan sombong.” [8]
KEDUA :
Tidak terus menerus dalam melakukan dosa-dosa besar (al kaba-ir).[9]
Itulah yang dinasehatkan oleh Ibnu Rajab agar seseorang bisa mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari Arafah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari tersebut.
Ya Allah, terimalah setiap amalan kami di hari Arafah yang mulia ini dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapatkan pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka. Sesungguhnya engkau Maha Mengijabahi setiap do’a-do’a kami.
Segala puji bagi Allah yang dengan setiap nikmat-Nya segala kebaikan menjadisempurna.
Sumber Penulis :Muhammad Abduh Tuasikal Sumber Artikel : Muslim.or.id
[1]Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 489, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.
[2] HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah.
[3] Latho-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 482.
[4] Ini adalah penjelasan yang kami olah dari pemaparan Ibnu Rajab dengan sedikit penambahan dari kami.
[5] HR. Muslim no. 1162, dari Abu Qotadah.
[6] HR. Tirmidzi no. 3585, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[7] Idem
[8] HR. Bukhari no. 5783, dari Ibnu ‘Umar.
[9] Lihat Latho-if Al Ma’arif , 493-496.
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
haji dan umrah,
index
Oktober 23, 2012
Haji Mabrur (3): Benarkah Dianjurkan Tinggal 8 Hari di Kota Madinah?
Haji Mabrur (3): Benarkah Dianjurkan Tinggal 8 Hari di Kota Madinah?
Hadits ini adalah hadits yang lemah,
karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Nubaith. Dan dia
adalah seorang perawi yang majhul, majhul
‘ain (tidak
diketahui orangnya) dan juga majhul
hal (keadaannya).
Dan keutamaan yang di dapat atas hadits ini menyeluruh di setiap
masjid yang didirikan shalat berjama’ah, di daerah manapun dan tidak
khusus hanya di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Wallahu a’lam.
Sabtu, 26 Syawwal 1432H Dammam KSA
Sumber Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Pertanyaan: “Saya
pernah mendengar bahwa barangsiapa yang shalat di Masjid Nabawi
sebanyak 40 kali shalat dituliskan baginya keterlepasan dari sifat
munafik, Apakah hadits ini shahih (benar)?”
Jawaban: “Segala
puji hanya bagi Allah Ta’ala, semoga shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, no hadits: 12173, dari Anas
bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِي أَرْبَعِينَ صَلاةً لا يَفُوتُهُ صَلاةٌ
كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ ، وَنَجَاةٌ مِنْ الْعَذَابِ ،
وَبَرِئَ مِنْ النِّفَاقِ
Artinya: “Barangsiapa yang shalat di Masjidku sebanyak 40 kali
shalat, ia tidak ketinggalan shalat maka niscaya dituliskan baginya
kelepasan dari api neraka dan keselamatan dari adzab dan terlepas
dari kemunafikan.”
Nubaith adalah seorang perawi yang majhul
hal, karena tidak
ada seorangpun dari para ahli hadits yang menyatakan dia adalah
perawi yang tsiqah (terpercaya),
kecuali Ibnu Hibban dan Al Haitsamy serta Al Mundziry.
Adapun Ibnu Hibban menyatakan tsiqah (terpercaya) karena sebagaimana
yang diketahui oleh para ahli hadits bahwa Ibnu Hibban sering
menjadikan perawi-perawi yang majhul menjadi
perawi tsiqah (terpercaya).
Adapun Al Haitsamy, pendapatnya berdasarkan pendapat Ibnu Hibban.
Sedangkan Al Mundziry tidak terlalu jelas penyebutannya tentang
Nubaith, bahwa dia adalah perawi yang tsiqah, dan Al Mundziry
sendiri telah keliru dalam pernyataannya, karena Nubaith bukanlah
seorang perawi dari perawi-perawi yang ada di dalam kitab Shahih
Bukhari dan Muslim bahkan bukan perawi yang ada di dalam kitab-kitab
hadits yang enam, yaitu Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan An Nasai.
Dan Nubaith adalah perawi yang majhul
‘ain karena tidak
ada yang meriwayatkan haditsnya kecuali dari jalan Abdurrahman bin
Abi Laila dan Nubaith sendiri hanya meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, lalu kapan wafatnya Nubaith juga tidak diketahui,
sehingga memungkinkan dengannya, kita mengetahui apakah ia
benar-benar bertemu dengan Anas bin Malik atau tidak. Lihat kitab Silsilat
Al Ahadits Adh Dha’ifah, no. 364.
Oleh sebab inilah Al Albani di dalam kitab Silsilat
Al Ahadits Adh dha’ifah, no. 364 menyatakan hadits ini “Lemah”
bahkan dalam kitab Dha’ifut
Targhib, no hadits: 755 bahwa hadits tersebut mungkar (istilah
di dalam ilmu hadits yang maksudnya adalah: hadits yang lemah
menyelisihi hadits yang shahih).
Beliau juga mengatakan di dalam kitab beliau “Hajjatun Nabiyyi
shallallahu ‘alaihi wasallam”, hal: 185:
“أن من بدع زيارة المدينة النبوية التزام زوار المدينة الإقامة فيها
أسبوعا حتى يتمكنوا من الصلاة في المسجد النبوي أربعين صلاة ، لتكتب
لهم براءة من النفاق وبراءة من النار”
Termasuk perbuatan bid’ah saat ziarah ke kota Madinah Nabawiyyah
adalah keharusan para penziarah untuk menetap di sana selama
seminggu sehingga memungkinkan bagi mereka untuk shalat di masjid
Nabawi 40 kali shalat, agar dituliskan bagi mereka keterlepasan dari
sifat munafik dan siksa neraka
Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata:
“Adapun apa yang tersebar di masyarakat bahwa seorang penziarah (kota
Madinah) hendaklah ia berdiam (maksudnya di kota Madinah-pent)
selama 8 hari sehingga dapat shalat 40 kali, maka seperti ini
meskipun diriwayatkan di dalamnya sebagian hadits: “Barangsiapa yang
shalat didalamnya sebanyak 40 kali shalat, maka niscaya dituliskan
baginya lepas dari api neraka dan keselamatan dari adzab dan
terlepas dari kemunafikan”, akan tetapi hadits ini adalah hadits
yang lemah menurut para pakar peneliti hadits, tidak bisa dijadikan
sandaran, karena di dalam hadits ini telah menyendiri seorang perawi
yang tidak dikenal dengan hadits dan periwayatan, dan telah
dikuatkan oleh orang yang tidak disandarkan penguatannya jika ia
menyendiri periwayatannya, jadi yang jelas bahwa hadits yang di
dalamnya ada keutamaan 40 shalat di dalam masjid nabawi adalah
hadits yang lemah tidak bisa dijadikan sandaran, dan berziarah tidak
mempunyai batasan yang tertentu dan jika menziarahinya selama 1 jam
atau dua jam atau sehari atau dua hari atau lebih banyak daripada
itu maka tidak mengapa”. Lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, juz
17/hal:406.
Dan hadits yang lemah ini sudah ditutupi oleh sebuah hadits yang
derajatnya hasan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, no hadits: 241,
tentang keutamaan selalu menjaga akan takbiratul ihram bersama
jama’ah, dari shahabat Anas bin Malikradhiyallahu ‘anhu,
beliau berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ
التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ
النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ”.
Artinya: “Barangsiapa
yang shalat untuk Allah selama 40 hari di dalam jama’ah, ia
mendapati takbir yang pertama, maka niscaya dituliskan baginya dua
keterlepasan, lepas dari neraka dan lepas dari kemunafikan”. Dihasankan
oleh Imam Al Albani di dalam kitab Shahihut Tirmidzi, no hadits:
200.
Dan berdasarkan atas ini maka barangsiapa yang selalu menjaga shalat
selama 40 hari, ia mendapati takbiratul ihram bersama jama’ah maka
niscya dituliskan baginya dua keterlepasan,lepas dari neraka dan
lepas dari kemunafikan, baik itu di masjid Nabawi atau Mekkah atau
selain keduanya dari masjid-masjid yang ada.
Sebelum diakhiri tulisan ini, perlu diingatkan akan beberapa keadaan
yang semestinya tidak terjadi, yaitu sebagian para penziarah kota
Madinah yang berkeyakinan bahwa selama di kota Madinah mengerjakan
40 kali shalat di Masjid Nabawi, setelah merampungkan jumlah
shalatnya sebanyak 40 kali shalat, maka sebagian mereka tidak mau
lagi menghadiri shalat berjamaah di Masjid Nabawi dengan keyakinan
di atas tadi, yaitu sudah selesai 40 kali shalat!
Padahal shalat di masjid Nabawi mendapatkan pahala 1000 shalat
dibandingkan masjid lain selain masjid Al Haram Mekkah.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم-
قَالَ « صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ
فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu meriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallambersabda: “Satu
shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 shalat dari masjid
lainnya kecuali masjid Al Haram”. HR.
Bukhari dan Muslim.
Akibat keyakinan diatas, sebagian para penziarah kota Madinah yang
notabenenya kebanyakan mereka adalah para jamaah haji baik sebelum
atau sesudah pelaksanaan ibadah haji, telah melewatkan keutamaan
yang tidak di dapatkan kecuali di Masjid Nabawi.
Sabtu, 26 Syawwal 1432H Dammam KSA
Sumber Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
haji dan umrah,
index
Oktober 23, 2012
13 Perkara Yang Wanita Islam Perlu Jaga
13 Perkara Yang Wanita Islam Perlu Jaga
1.
Bulu kening
Menurut Bukhari, Rasullulah
melaknat perempuan yang mencukur atau menipiskan bulu kening atau meminta
supaya dicukurkan bulu kening – Petikan dari Hadis Riwayat Abu Daud Fi Fathil
Bari.
2.
Kaki (tumit kaki)
Dan janganlah mereka (perempuan)
membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan – Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.
Keterangan : Menampakkan kaki dan
menghayunkan/ melenggokkan badan mengikut hentakan kaki terutamanya pada mereka
yang mengikatnya dengan loceng…sama juga seperti pelacur dizaman jahiliyyah ….
3.
Wangian
Siapa sahaja wanita yang memakai
wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya,
maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zinanya
terutamanya hidung yang berserombong kapal kata orang sekarang hidong belang –
Petikan dari Hadis Riwayat Nasaii, Ibn Khuzaimah dan Hibban.
4.
Dada
Hendaklah mereka (perempuan)
melabuhkan kain tudung hingga menutupi bahagian hadapan dada-dada mereka –
Petikan dari Surah An-Nur Ayat 31.
5.
Gigi
Rasullulah melaknat perempuan yang
mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya – Petikan dari Hadis
Riwayat At-Thabrani, Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya
menjadi cantik, yang merubah ciptaan Allah – Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari
dan Muslim.
6.
Muka dan leher
Dan tinggallah kamu (perempuan) di
rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasan mu seperti orang jahilliah
yang dahulu. Keterangan : Bersolek (make-up) dan menurut Maqatil sengaja
membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang Jahilliyah.
7.
Muka dan Tangan
Asma Binti Abu Bakar telah menemui
Rasullulah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasullulah: Wahai Asma!
Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan
anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah sahaja – Petikan dari Hadis
Riwayat Muslim dan Bukhari.
8.
Tangan
Sesungguhnya kepala yang ditusuk
dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang
tidak halal baginya – Petikan dari Hadis Riwayat At Tabrani dan Baihaqi.
9.
Mata
Dan katakanlah kepada perempuan
mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pemandangannya – Petikan
dari Surah An Nur Ayat 31.
Sabda Nabi Muhamad SAW, Jangan
sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan
yang pertama sahaja manakala pandangan seterusnya tidak dibenarkan, hukumnya
haram – Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.
10.
Mulut (suara)
Janganlah perempuan-perempuan itu
terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan
serong dalam hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik – Petikan
dari Surah Al Ahzab Ayat 32.
Sabda Nabi Muhammad SAW,
Sesungguhnya akan ada umatku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang
lain, iaitu kepala mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi
perempuan, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi – Petikan dari
Hadis Riwayat Ibn Majah.
11.
Kemaluan
Dan katakanlah kepada
perempuan-perempuan mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan
menjaga kehormatan mereka – Petikan dari Surah An Nur Ayat 31.
Apabila seorang perempuan itu
solat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kehormatannya dan mentaati
suaminya, maka masuklah ia ke dalam Syurga daripada pintu-pintu yang ia
kehendakinya – Hadis Riwayat Riwayat Al Bazzar.
Tiada seorang perempuan pun yang
membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya, melainkan dia telah membinasakan
tabir antaranya dengan Allah – Petikan dari Hadis Riwayat Tirmidzi, Abu Daud
dan Ibn Majah.
12.
Pakaian
Barangsiapa memakai pakaian yang
berlebih-lebihan terutama yang menjolok mata , maka Allah akan memberikan
pakaian kehinaan di hari akhirat nanti – Petikan dari Hadis Riwayat Ahmad, Abu
D , An Nasaii dan Ibn Majah.
Petikan dari Surah Al Ahzab Ayat
59. Bermaksud : Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka memakai baju
jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah diken ali
. Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Sesungguhnya sebilangan ahli
Neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang yang condong
pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat. Mereka tidak akan
masuk Syurga dan tidak akan mencium baunya – Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari
dan Muslim. Keterangan : Wanita yang berpakaian tipis/jarang, ketat/ membentuk
dan berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu.
13.
Rambut
Wahai anakku Fatimah! Adapun
perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam
Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat
oleh lelaki yang bukan mahramnya – Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan
Muslim.
Sumber Artikel : CahayaIslam.net dan kisahwanita.com
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 22, 2012
Namun, lumrah ketika belayar sesekali badai tetap datang melanda. Teringat sebuah lagu dalam filem lakonan Allahyarham P-Ramlee..
” Wahai puteriku, aku ingin memberitahumu sepuluh perkara sebagai pedoman dan panduanmu dalam melayari alam rumahtangga nanti”
Kata-kata di atas merupakan kata-kata yang diucapkan oleh Umamah binti Harith kepada anak perempuannya yang bakal melangsungkan pernikahan dengan seorang Raja Yaman iaitu Al-Harith bin Amru.
Sama-sama kita renungkan dan ambil iktibar..
10 Petua Untuk Menjadi Isteri Solehah
Written By sumatrars on Senin, 22 Oktober 2012 | Oktober 22, 2012
10 Petua Untuk Menjadi Isteri Solehah
Fitrah seorang insan untuk hidup berpasang-pasangan yakni bernikah. Haiwan juga mempunyai naluri untuk hidup berpasangan inikan pula manusia yang lengkap dikurniakan dengan akal, hati dan perasaan.
Dalam surah Al-Hujurat:“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”Pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah tetapi ia merupakan permulaan kepada sebuah hidup yang dipenuhi dengan tanggungjawab sebagai suami isteri dan juga tanggungjawab sebagai ibu dan bapa. Andai kita bijak melayari bahtera rumahtangga, kita akan balayar di lautan yang tenang dan tidak berombak.
Namun, lumrah ketika belayar sesekali badai tetap datang melanda. Teringat sebuah lagu dalam filem lakonan Allahyarham P-Ramlee..
“Sedangkan lidah lagi tergigit, ini pula suami isteri”Bukan badai yang berupa ombak besar atau ribut taufan yang kita harapkan, tetapi cukuplah sekadar ombak kecil yang akan lebih merapatkan hubungan dan meningkatkan kefahaman antara pasangan.
” Wahai puteriku, aku ingin memberitahumu sepuluh perkara sebagai pedoman dan panduanmu dalam melayari alam rumahtangga nanti”
Kata-kata di atas merupakan kata-kata yang diucapkan oleh Umamah binti Harith kepada anak perempuannya yang bakal melangsungkan pernikahan dengan seorang Raja Yaman iaitu Al-Harith bin Amru.
Sama-sama kita renungkan dan ambil iktibar..
- Jalinkan hubungan dengan suamimu penuh ketaatan, perhatikan tempat menjadi kesenangannya dan jangan sampai dia melihat kepada sesuatu yang buruk atau tercium sesuatu yang busuk.
Jangan melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh suami. Malaikat akan melaknat si isteri sehingga waktu subuh seandainya si suami tidur dalam keadaan marah terhadap isteri. - Hendaklah kamu sentiasa membanggakannya kerana ini akan membuatkannya bertambah kasih padamu..
Selalulah melakukan perkara yang disukainya, pasti si suami akan bertambah sayang. Kalau suami suka makan asam pedas, masaklah asam pedas, jangan masak gulai tempoyak pula. Kalau suami suka warana biru, berhiaslah dengan warna biru, jangan berhias dengan warna kelabu pula. - Benarkanlah segala pendapat dan sikapnya nescaya dia akan bersikap lembut terhadapmu.
Berlembutlah dengan suami. Kalau berlaku pertengkaran, selesaikan dengan berhemah. Jangan sampai periuk belanga di dapur itu yang menjadi mangsa. Kalau suami terkhilaf, tegurlah dengan hikmah kerana lelaki mempunyai ego. Tidak mahu dilihat lemah dihadapan perempuan. Maka, berlembutlah. - Kamu hendaklah menguruskan hal ehwal rumah tangga dengan sempurna dan baik.
Kerana itulah seorang isteri itu lebih digalakkan untuk berada di rumah. Rumah merupakan tanggungjawab isteri. Dialah yang akan menjadikan suasana sesebuah rumah itu seperti syurga dunia atau neraka dunia. Bayangkan, jika si isteri bekerja sehingga lewat malam, pasti dia tidak akan mempunyai masa untuk menguruskan rumahtangga dengan baik dan ini boleh menimbulkan perbalahan. - Sentiasalah memelihara diri, keluarga dan kehormatannya.
Wanita (isteri) solehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikeranakan Allah telah memelihara mereka. (al-Nisa’: 34)Ketika si suami keluar bekerja, peliharalah maruah dirimu. Jangan menjemput orang asing ke rumah sesuka hati. Kata orang, apabila kita berkahwin, kita bukan hanya berkahwin dengan pasangan kita tetapi juga berkahwin dengan keluarganya. Peliharalah maruah diri suami dan keluarganya. Jangan menceritakan aib mereka kepada orang lain. - 6- Simpankan segala rahsianya dengan baik, jangan kamu sesekali membantah suruhannya kerana ini akan melukakan hatinya.
Orang perempuan ni memang suka bercerita tetapi hati-hati jangan sesekali menceritakan tentang suami kita kepada orang lain. Khuatir ada yang jatuh cinta dengan suami kita pula. Kalau suami kita menyuruh kita melakukan sesuatu, taatilah dia selagi mana permintaannya itu tidak melanggar hukum syarak. - Jagalah waktu makannya dan waktu beristirahat kerana apabila perut lapar akan membuatkan darah cepat naik. Begitulah juga dengan tidur yang tidak cukup akan menyebabkan keletihan.
- Andainya suamimu nanti sedang bergembira, janganlah kamu menunjukkan kesedihan pula, tetapi kamu hendaklah pandai menyesuaikan keadaan dan bijak mengikut suasana hatinya.
- Kamu hendaklah sentiasa menghiasi dirimu selalu supaya suamimu nanti berasa senang apabila menatap wajahmu.
- Jadikanlah dirimu sebagai amah kepadanya, nescaya nanti suami akan menjadi penolong pula pada dirimu.
Syurga seorang isteri dibawah tapak kaki suami. Teringat kisah ketika zaman Rasulullah, terdapat seorang wanita pada zaman itu yang dikatakan akan mendahului puteri nabi, Fatimah ketika masuk ke syurga. Wanita itu akan berjalan dihadapan Fatimah kerana beliau yang akan memegang tali kuda yang ditunggangi puteri Nabi itu. Ia merupakan ganjaran baginya kerana menghambakan hidupnya hanya untuk suaminya. Demikianlah 10 petua daripada Umamah untuk anaknya yang boleh kita jadikan panduan untuk menjadi isteri solehah.
Air tangan seorang isteri mampu memikat hati suami. Jagalah makan minumnya, jangan sampai dia keluar mencari makan di kedai mamak.
Bersama-samalah suami dalam senang dan susah. Jika dia bergembira, anda perlulah menunjukkan anada juga gembira. Dan jika dia bersedih, pujuklah hatinya agar tenang semula supaya dia tahu anda akan selalu bersamanya.
Isteri yang baik adalah isteri yang berhias dan bersolek cantik ketika berada di rumah. Bukannya bersolek dan berhias sakan ketika berada di luar rumah. Ada isteri yang kurang prihatin, apabila dia berada di rumah, badan berbau bawang dan rambut kusut-masai. Suami yang penat bekerja, bertambah penat melihat sikap si isteri. Anehnya, bila keluar ke pasar, amboi..cantik mengalahkan Miss Universe.Hihi..
Sabda nabi:“Apabila seorang wanita menjaga solat lima waktu, berpuasa sebulan (Ramadan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka ketika berada di akhirat dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam syurga dari pintu mana saja yang engkau sukai”.
Apa yang penting, suami isteri tahu peranan masing-masing dalam hidup berumah tangga. Sikap tolak ansur dan saling memahami akan mewujudkan sebuah keluarga yang mawaddah dan penuh rahmah. InsyaALLAH..
Sumber Artikel : http://www.kisahwanita.com
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 22, 2012
Orang yang saling mencintai karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku, orang yang saling menyambung kekerabatannya karena-Ku pasti diberikan cintaKu dan orang yang saling menasehati karena-Ku pasti diberikan cintaKu serta orang yang saling berkorban karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku. Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku (nanti di akhirat) berada di mimbar-mimbar dari cahaya.
Para Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid merasa iri dengan kedudukan mereka ini., "(HR. Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad dan dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih Jami’ ash-Shaghir no. 4198)
Penjelasan Hadits
Semua orang merasa mencintai Allah, tidak terkecuali pengikut agama Yahudi ataupun Nashrani. Semua merasa telah mencintai Allah dan beragama pun karena ingin mencintai Allah. Orang Nashrani ingin menciptakan kecintaan kepada Allah kadang ada dengan sesuai kehendak Allah dan bisa juga menyelisihi kehendak Allah. Orang Yahudi mencintai Allah dan muslimin yang jahil juga mencintai Allah namun mereka tidak dicintai Allah kecuali bila mereka berada diatas perkataan dan amalan yang membuat Allah cinta dan ridha kepadanya.
Sebagian salaf menyatakan: "yang penting bukan mencintai namun yang sangat penting sekali adalah bagaimana dicintai". Kalau demikian, seorang akan berusaha mencapai dan mendapat kecintaan Allah. Kecintaan Allah kepada manusia adalah sesuatu yang diinginkan oleh semua orang. Namun hal ini hanya dapat tercapai dengan semangat mencari ilmu dan mengenal amalan dan perkataan yang Allah cintai dan ridhai. Sebab bila kamu mengetahui bagaimana Allah mencintai hambanya atau mengetahui sebab-sebab Allah mencitai hambaNya maka akan muncul usaha untuk mendapatkan kecintaan Allah.
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjelaskan amalan yang dapat mendatangkan kecintaan dari Allah yang langsung dengan ungkapan firman Allah Ta'ala . Hadits demikian dinamakan para ulama dengan hadits qudsi.
Dalam hadits qudsi ini Allah l memerintahkan kita untuk mewujudkan empat hal yang menjadi sebab kita menjadi hamba-Nya yang dicintai.
Diantara langkah-langkah mewujudkannya adalah:
Beberapa Pelajaran dari Hadits ini
Sumber Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. Sumber Artike Muslim.Or.Id
Amalan Menggapai Cinta Ilahi
4 Amalan Menggapai Cinta Ilahi
عَنْ مُعَاذ بْنِ جَبَلٍ رَِضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْ لُ الله صلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْْمُتَوَاصِلِين فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَنَاصِحِيْنَ فِيَّ وَ حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ ;الْمُتَحَابُّوْنَ فِيَّ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهُمْ بِمَكَانِهِمُ النَّبِيُّوْنَ وَ الصِّدِّيْقُوْنَ وَ الشُّهَدَاءُ .
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata:
Sabbda Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam "Allah Ta'ala berfirman" : Orang yang saling mencintai karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku, orang yang saling menyambung kekerabatannya karena-Ku pasti diberikan cintaKu dan orang yang saling menasehati karena-Ku pasti diberikan cintaKu serta orang yang saling berkorban karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku. Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku (nanti di akhirat) berada di mimbar-mimbar dari cahaya.
Para Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid merasa iri dengan kedudukan mereka ini., "(HR. Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad dan dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih Jami’ ash-Shaghir no. 4198)
Penjelasan Hadits
Semua orang merasa mencintai Allah, tidak terkecuali pengikut agama Yahudi ataupun Nashrani. Semua merasa telah mencintai Allah dan beragama pun karena ingin mencintai Allah. Orang Nashrani ingin menciptakan kecintaan kepada Allah kadang ada dengan sesuai kehendak Allah dan bisa juga menyelisihi kehendak Allah. Orang Yahudi mencintai Allah dan muslimin yang jahil juga mencintai Allah namun mereka tidak dicintai Allah kecuali bila mereka berada diatas perkataan dan amalan yang membuat Allah cinta dan ridha kepadanya.
Sebagian salaf menyatakan: "yang penting bukan mencintai namun yang sangat penting sekali adalah bagaimana dicintai". Kalau demikian, seorang akan berusaha mencapai dan mendapat kecintaan Allah. Kecintaan Allah kepada manusia adalah sesuatu yang diinginkan oleh semua orang. Namun hal ini hanya dapat tercapai dengan semangat mencari ilmu dan mengenal amalan dan perkataan yang Allah cintai dan ridhai. Sebab bila kamu mengetahui bagaimana Allah mencintai hambanya atau mengetahui sebab-sebab Allah mencitai hambaNya maka akan muncul usaha untuk mendapatkan kecintaan Allah.
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjelaskan amalan yang dapat mendatangkan kecintaan dari Allah yang langsung dengan ungkapan firman Allah Ta'ala . Hadits demikian dinamakan para ulama dengan hadits qudsi.
Dalam hadits qudsi ini Allah l memerintahkan kita untuk mewujudkan empat hal yang menjadi sebab kita menjadi hamba-Nya yang dicintai.
- Perintah saling mencintai karena Allah
- Perintah saling menasehati karena Allah
- Perintah saling menyambung persaudaraan karena Allah
- Perintah saling berkorban karena Allah.
Diantara langkah-langkah mewujudkannya adalah:
- Memperbaiki aqidah dan iman hingga menjadi sempurna
- Mengingat keempat amalan ini dicintai dan diridhai Allah
- Menelaah benar sirah (sejarah kehidupan) Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan para salaf ash-shalih dan mempraktekkannya. Caranya dengan mengetahui konsep dan tuntunan ajaran mereka sehingga akan muncul keinginan dan kecintaan untuk meniti dan mengikuti jejak langkah mereka.
- Mengingat akibat baik dan pahala yang didapatkan dari empat amalan ini.
Beberapa Pelajaran dari Hadits ini
- Saling mencintai, menasehati, menyambung persaudaraan dab berkorban karena Allah adalah 4 amalan menggapai cinta ilahi
- Urgensi empat amalan ini yang akan memperkokoh barisan, menyatukan langkah dan mempertautkan hati.
Sumber Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. Sumber Artike Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 22, 2012
Nama dan Nasab Rasulullah S.A.W
Nama
dan Nasab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memiliki
beberapa nama, yaitu:
- Muhammad
- Ahmad
- Al Mahi
- Al ‘Aqib
- Al Hasyir
- Al Muqaffi
- Nabiyyur Rahmah
- Nabiyyut Taubah
- Khataman Nabiyyin
- Abdullah
Dalilnya, Allah Ta’ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ
اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمًا
“Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al Ahzab: 40)
Allah Ta’ala juga
berfirman:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ
عَلَيْهِ لِبَدًا
“Dan bahwasanya tatkala Abdullah (Muhammad)
berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu
desak mendesak mengerumuninya” (QS. Maryam: 30)
Hadits Jabir bin Math’am,
إن لي أسماء : أنا محمد ، وأنا أحمد ، وأنا الماحي الذي يمحو الله بي
الكفر ، وأنا الحاشر الذي يحشر الناس على قدمي ، وأنا العاقب
“Aku memiliki beberapa nama: Muhammad, Ahmad, Al
Mahi (penghapus)
karena denganku Allah menghapus kekufuran, Al
Hasyir karena
manusia di kumpulkan di atas telapak kakiku, dan Al
‘Aqib” (HR. Bukhari 4896, Muslim 2354)
Juga hadits Abu Musa Al ‘Asy-ari,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يسمي لنا أسماء . فقال ” أنا محمد ،
وأحمد ، والمقفي ، والحاشر ، ونبي التوبة ، ونبي الرحمة “
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberitahu kepada kami
nama-nama beliau. Beliau bersabda: ‘AkuMuhammad, Ahmad, Al
Muqaffi, Al
Hasyir, Nabiyyur
Rahmah, Nabiyyut
Taubah‘” (HR. Muslim 2355).
Adapun kun-yah beliau adalah Abul Qasim, karena salah satu anak
beliau bernama Al Qasim. Ini ditunjukkan oleh banyak hadits
diantaranya:
سَمُّوْا باسمي ولا تَكَنَّوْا بكنيتي ، فإني أنا أبو القاسمِ
“Silakan memberi nama dengan namaku, namun jangan ber-kun-yah
dengan kun-yah-ku. Kun-yah-ku adalah Abul Qasim” (HR. Bukhari
3114, Muslim 2133)
Ini adalah nama-nama beliau yang ditunjukkan secara sharih (lugas)
oleh dalil-dalil. Namun banyak diantara para ulama juga menambahkan
nama-nama lain untuk beliau, yang diambil dari setiap sifat yang
dinisbatkan kepada beliau. Sebagaimana perkataan Imam Al Baihaqi :
“Sebagian ulama menambahkan, mereka mengatakan bahwa Allah telah
menyebut beliau dengan sebutan:
- Rasul
- Nabi
- Ummiy
- Syaahid
- Mubasyir
- Da’i ilallah bi idznihi
- Sirajun Munir
- Ra’ufur Rahim
- Mudzakkir
- Allah juga menjadikannya sebagai Rahmah, Ni’mah, dan Haadi“
Dan sebenarnya masih banyak lagi sifat-sifat beliau jika kita ingin
memasukkannya ke dalam deretan nama beliau, diantaranya ash
shadiq, al
mashduq, sayyidu
waladi adam, sayyidul
mursalin, al
amin, al
musthafa, dan banyak lagi. Oleh karena itu para ulama
berselisih pendapat mengenai jumlah nama beliau.
Adapun pendapat sebagian ulama bahwa Yaasin dan Thaha adalah
termasuk nama beliau, ini dilandasi oleh sebuah riwayat:
إِنَّ لِي عِنْدَ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَشْرَةَ أَسْمَاءٍ» قَالَ:
أَبُو الطُّفَيْلِ: قَدْ حَفِظْتُ مِنْهَا ثَمَانِيَةً: مُحَمَّدٌ ,
وَأَحْمَدُ , وَأَبُو الْقَاسِمِ , وَالْفَاتِحُ , وَالْخَاتَمُ ,
وَالْمَاحِي , وَالْعَاقِبُ , وَالْحَاشِرُ قَالَ أَبُو يَحْيَى
التَّيْمِيُّ: وَزَعَمَ سَيْفٌ أَنَّ أَبَا جَعْفَرٍ قَالَ لَهُ: إِنَّ
الِاسْمَيْنِ الْبَاقِيَيْنِ: طَهْ , وَيَاسِينُ
“Di sisi Rabb-ku Azza Wa Jall aku memiliki 10 nama (Abu Thufail
-rawi hadits- mengatakan, aku hanya hafal 8) yaitu, Muhammad, Ahmad,
Abul Qasim, Al Fatih, Al Khatam, Al Mahi, Al ‘Aqib, Al Hasyir.
Abu Yahya At Taimi berkata: Saif (bin Wahb) mengklaim bahwa Abu
Ja’far berkata kepadanya: ‘Dua nama yang tersisa adalah Thaha dan
Yasin’”
(Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Al Ajurri dalam kitab Asy
Syari’ah no.1015)
Sanad hadits ini lemah karena ada perawi bernama Saif bin Wahb dan
Abu Yahya At Taimi (Isma’il bin Ibrahim) yang keduanya berstatus dhaif (Al
Mizan 3645, At
Tahdzib 518).
Sehingga status hadits ini adalah lemah. Sebagaimana Ibnu ‘Adi
mendhaifkan hadits ini dalam Al
Kamil (4/509), Al
‘Iraqi mendhaifkan hadits ini dalamTakhrij Al Ihya (2/471).
Dengan demikian kita tidak bisa mengatakan bahwa Yaasin dan Thaha
adalah termasuk nama beliau.
Adapun nasab, beliau adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib
bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin
Adnan. Sampai disini, tidak ada perbedaan diantara para ulama. Adnan
dipastikan merupakan keturunan Nabi Isma’il, namun para ulama
berselisih pendapat mengenai silsilah nasab dari Adnan hingga Nabi
Isma’il.
Seluruh orang arab dari negeri Hijaz memiliki keterkaitan dengan
nasab beliau tersebut. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ
قَوْلِهِ: {إِلَّا المَوَدَّةَ فِي القُرْبَى} [الشورى: 23]- فَقَالَ
سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: قُرْبَى آلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ – فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: عَجِلْتَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ بَطْنٌ مِنْ قُرَيْشٍ، إِلَّا
كَانَ لَهُ فِيهِمْ قَرَابَةٌ، فَقَالَ: «إِلَّا أَنْ تَصِلُوا مَا
بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ مِنَ القَرَابَةِ»
“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhuma, ketika beliau ditanya mengenai
ayat ‘kecuali kasih sayang dalam qurbaa (kekerabatan)‘.
Sa’id bin Jubair menafsirkan qurbaa maknanya
‘keluarga Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam‘. Ibnu Abbas berkata: ‘Engkau terburu-buru dalam
menafsirkan. Karena sesungguhnya antara tidak ada keturunan orang
quraisy kecuali ia memiliki kekerabatan dengan beliau. Maknanya
adalah: ‘kecuali adanya keterkaitan antara aku dan kalian dalam
kekerabatan‘” (HR. Bukhari 4818)
Nasab beliau tersebut adalah nasab yang baik, dari awal hingga
akhirnya, tidak ada sedikitpun terdapat kebejatan padanya.
Sebagaimana diriwayatkan secara mursal dari Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam :
خرجت من نكاح ، و لم أخرج من سفاح ، من لدن آدم إلى أن ولدني أبي و أمي
، لم يصبني من سفاح الجاهلية شيء
“Aku lahir dari pernikahan dan tidaklah Aku dilahirkan dari
perzinaan. Mulai dari Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Tidak ada
kebejatan Jahiliyah sedikitpun dalam nasabku” (HR. Ath Thabrani
4728, dalam Shahih
Sirah Nabawiyah(1/10) Al Albani mengatakan sanadnya mursal
jayyid)
Oleh karena itulah kita katakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
Wasallam lahir dari
nasab terbaik. Beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
بعثت من خير قرون ابن آدم ، قرنا فقرنا ، حتى كنت من القرن الذي كنت
فيه
“Aku diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap
kurunnya, hingga sampai pada kurun dimana aku dilahirkan” (HR.
Bukhari 3557)
Beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam juga
bersabda:
إنَّ اللهَ اصطفَى كِنانةَ من ولدِ إسماعيلَ . واصطفَى قريشًا من كنانةَ
. واصطفَى من قريشٍ بني هاشمَ . واصطفاني من بني هاشمَ
“Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih
Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari
keturunan Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim”
(HR. Muslim 2276)
Demikian paparan yang sedikit ini, Semoga shalawat serta salam
senantiasa terlimpah kepada Nabi MuhammadShallallahu’alaihi
Wasallam keluarga,
para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti sunnahnya hingga
hari akhir.
Rujukan utama: Shahih
Sirah Nabawiyah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
Sumber Penulis: Yulian
Purnama dan Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Oktober 22, 2012
Haji - Menunaikan Hadyu Sebelum Idul Adha
Hadyu adalah hewan yang disembelih sebagai kewajiban haji tamattu’ dan
qiron. Apa yang kita bahas kali ini adalah yang terjadi pada
sebagian jama’ah haji kita. Mereka menunaikan hadyu lebih awal.
Setelah selesai menunaikan umroh dan sambil menunggu hari tarwiyah,
mereka sudah menunaikan hadyu meski jauh hari sebelum masuk bulan
Dzulhijjah. Sepertinya ini pun jadi sindikat bisnis oleh orang-orang
Indo yang ada di Mekkah.
Karena jika hadyu diambil sebelum hari Idul
Adha, pasti harganya jatuh murah. Jadinya sebagian orang ini
menjadikan hal ini sebagai bisnis biar cepat mengais rizki padahal
tidak mengetahui akan hukumnya.
Mufti Saudi Arabia di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abdillah bin Baz -semoga Allah merahmati beliau- ditanya,
“Kami berihram dan kami mengambil manasik tamattu’.
Kami telah
menunaikan umrah dan kami pun telah bertahallul. Sebagian ada yang
menyarankan untuk segera menunaikan hadyu dan segera disebar di
Mekkah, jadinya berarti kita sudah melakukan sembelihan di Mekkah.
Kemudian kami ketahui setelah itu bahwa penyembelihan hadyu itu sah
setelah melempar jumroh ‘aqobah. Aku sebenarnya telah mengetahui hal
tersebut sebelumnya.
Aku pun katakan pada mereka untuk menunda
penyembelihan hingga hari Nahr (Idul Adha) atau setelah itu (pada
hari tasyriq). Namun ada yang menyarankan untuk segera menunaikan
sembelihan hadyu ketika kami sampai dan telah menunaikan umroh.
Setelah satu hari dari umroh, kami pun menunaikan hadyu.
Apa hukum
masalah ini? Apa kewajiban kami dalam kondisi seperti ini?”
Syaikh rahimahullah menjawab,
“Barangsiapa yang menyembelih hadyu sebagai damm tamattu’ sebelum
hari ‘ied, hadyunya tidaklah sah. Karena Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya tidaklah pernah menyembelih hadyu kecuali telah
masuk hari Nahr (Idul Adha).
Mereka pernah tiba untuk menunaikan
haji dan mereka mengambil manasik tamattu’ pada hari keempat
Dzulhijjah. Mereka membawa hewan ternak dan unta, hewan-hewan
tersebut tetap masih bersama mereka dan mereka baru menyembelihnya
setelah datang hari Nahr (Idul Adha).
Jika penyembelihan hadyu dibolehkan sebelum Idul Adha, maka tentu
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan
para sahabat segera melakukannya pada hari keempat Dzulhijjah (ketika
mereka tiba) sebelum mereka bertolak menuju ‘Arofah.
Karena manusia
sudah butuh untuk menyantap daging saat itu.
Jika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan
para sahabat tidak menunaikannya saat itu namun baru menunaikan
ketika datang hari Idul Adha, ini menunjukkan tidak
sahnya.
Sehingga yang menyembelih sebelum hari Idul Adha,
maka ia telah menyelisihi ajaran Nabi -shallallahu ‘alaihi wa
sallam-.
Jika kita melakukan syari’at baru, maka tentu tidak
sah sebagaimana orang yang shalat atau puasa sebelum waktunya. Tidak
puasa Ramadhan yang dilakukan sebelum waktunya. Tidak sah pula
shalat yang dikerjakan sebelum waktunya, dan semacam itu.
Intinya, ibadah yang dilakukan sebelum waktunya tidaklah sah. Ia
punya kewajiban untuk mengulangi sembelihan tersebut jika ia mampu.
Jika tidak mampu, maka ia bisa memilih puasa selama tiga hari pada
hari haji dan tujuh hari ketika kembali ke negerinya. Jadinya,
total puasa tersebut adalah sepuluh hari sebagai ganti dari
sembelihan tadi. Karena Allah Ta’ala berfirman,
فَمَن
تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ
الْهَدْيِ فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ
وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ
“Bagi siapa yang ingin melakukan haji tamattu’ (mengerjakan
‘umrah sebelum haji di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih)
korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang
korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa
haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna.” (QS. Al Baqarah: 196).”
[Fatawa
Tata’allaq bi Ahkamil Hajj wal ‘Umroh waz Ziyaroh, hal. 83. Link
fatwa]
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ath Thorifiy -semoga Allah memberkahi
umur beliau- berkata, “Tidak boleh menyembelih hadyu sebelum
hari nahr (Idul Adha). Demikian pendapat jumhur (mayoritas) ulama, berbeda
dengan pendapat Imam Syafi’i.
Imam Syafi’i menilai bolehnya
menunaikan hadyu setelah seseorang masuk berihram untuk menunaikan
haji. Perkataan beliau -rahimahullah- telah menyelisihi praktek Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan tidak diketahui dari para sahabat
menyelisihi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam
hal ini untuk melepas kewajiban.” (Shifat Hajjatin Nabi -shallallahu
‘alaihi wa sallam-, hal. 192)
Wallahu waliyyut taufiq.
@ Jami’ah Malik Su’ud Riyadh-KSA, 3/12/1433 H
Sumber Penulis: Muhammad
Abduh Tuasikal dan Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Artikel
?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Label:
haji dan umrah,
index
KISAH NABI ADAM ALAIHI SALAM
BUAH TEEN Kisah Nabi Adam: Dari Awal Penciptaan Hingga Turun ke Bumi Kisah Nabi Adam menceritakan terciptanya manusia pertama y...