?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Dampak dari seringnya menonton film-film horor yang secara tidak langsung
mengajarkan aqidah-aqidah yang batil, membuat sebagian kaum muslimin takut
jika melewati kuburan. Mereka menganggap bahwa kuburan itu tempat keramat,
angker, perlu sikap khusus jika melewatinya. Ini semua tidak lepas dari
aqidah-aqidah batil yang diajarkan oleh film-film horor juga oleh
paham-paham sesat yang beredar, semisal keyakinan bahwa mayat bisa hidup
lagi, bahwa orang mati bisa memberikan mudharat, bahwa roh orang
mati bergentayangan di dunia, dll.
Takut terhadap kuburan ada 2 macam:
Pertama: takut yang terlarang.
Takut yang terlarang jika lewat kuburan, kita bagi menjadi dua:
1. Khaufus Sirr
Khaufus Sirr adalah rasa takut yang dialami seorang hamba terhadap selain Allah bahwa makhluk tersebut, dengan kuasa dan kehendaknya, dapat menyebabkan bahaya pada si hamba walaupun tanpa interaksi (Taisiirul ‘Aziz, 1/23). Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan, “Khaufus sirr adalah takut terhadap selain Allah dan meyakini mereka bisa menimpakan sesuatu yang tidak disukainya. Baik takut terhadap berhala, thaghut, orang mati, makhluk gaib berupa jin maupun manusia yang tidak ada di hadapan. Sebagaimana yang dikisahkan Allah tentang kaum Nabi Huud, mereka berkata:
‘Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah
menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Hud menjawab: “Sesungguhnya aku
jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan Dari
selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan
janganlah kamu memberi tangguh kepadaku‘ (QS. Huud: 54-55)” (Al
Irsyad Ilaa Shahihil I’tiqaad, 1/74)
Lebih jelas lagi, Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizhahullah menuturkan: “Khaufus sirr itu seseorang takut tertimpa keburukan dari selain Allah, tanpa sebab”1.
Khaufus sirr merupakan ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Syaikh Ibnu Baaz berkata: “Khaufus sirr hanya dikhususkan kepada Allah semata karena sesungguhnya kepada-Nya lah manusia patut karena Allah lah memiliki kuasa menimpakan sesuatu secara sirr tanpa bisa dirasa oleh inderawi” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 1/51)
Syaikh Sulaiman At Tamimi berkata, “khauf jenis ini dalam realitanya dialami oleh para penyembah kubur. Mereka takut kepada orang-orang shalih (yang sudah mati) atau bahkan kepada para thaghut sebagaimana takutnya mereka kepada Allah” (Taisiirul ‘Aziz, 1/417). Sebagaimana yang diyakini sebagian orang, mereka takut penghuni kubur ‘marah’ sehingga memberikan berbagai sesaji, atau karena takutnya bila melewati kubur mereka membungkuk sambil permisi.
Oleh karena itu, jika seseorang takut lewat kuburan dengan disertai keyakinan bahwa mayat-mayat di dalam kubur atau jin-jin yang ada disana dapat menyebabkan keburukan secara seketika tanpa sebab sebagaimana Allah yang menakdirkan keburukan pada makhluknya, maka yang demikian tidak diperbolehkan dan dikhawatirkan terjerumus dalam syirik akbar.
2. Takut yang menghalangi ketaatan
Takut yang membuat seseorang meninggalkan kewajibannya atau meninggalkan sebuah ketaatan, atau membuatnya melakukan sesuatu hal yang haram. Dalam kitab Al Irsyad (1/75) Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan: “Takut jenis ini haram hukumnya, bahkan termasuk syirik kecil. Takut jenis inilah yang disinggung oleh firman Allah Ta’ala :
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada
mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung”” (QS. Al Imran: 173)
Takut jenis ini pulalah yang disinggung dalam hadits riwayat Ibnu Maajah dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
“Janganlah seseorang itu menghinakan dirinya sendiri”. Para
sahabat bertanya, wahai Rasulullah bagaimana mungkin seseorang menghinakan
dirinya sendiri?”. Beliau bersabda: “Ia melihat sesuatu dalam urusan
agama Allah yang harus disampaikan, namun ia tidak menyampaikannya. Maka
Allah akan bertanya kepadanya kelak di hari kiamat: ‘Mengapa kamu tidak
berkata demikian dan demikian?’. Ia menjawab, saya takut kepada orang-orang.
Maka Allah berkata kepadanya: ‘Kalo begitu sungguh Aku lebih layak untuk
ditakuti’” (HR. Ibnu Maajah no. 800, namun hadits ini dhaif
karena adanya inqitha’ sebagaimana dijelaskan Syaikh Muqbil dalam
Ahadits Mu’allah 151)
Maka jika seseorang takut melewati kuburan hingga menghalanginya menunaikan kewajiban atau malah membuatnya melakukan hal yang haram, ini terlarang. Contohnya, takut lewat kuburan hingga enggan shalat jama’ah di masjid (bagi laki-laki).
Kedua: Takut yang boleh.
Takut yang dibolehkan jika lewat kuburan, kita bagi menjadi dua:
1. Takut karena ingat kematian dan takut terhadap adzab kubur
Yaitu teringat akan kematian dan ngerinya adzab kubur. Adzab kubur memang sangat mengerikan, jika manusia yang hidup bisa mendengar adzab kubur, niscaya mereka enggan untuk menguburkan saudaranya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan
berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku
dengar.” (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas bin Malik
radhilallahu’anhu)”
Takut terhadap kengerian adzab kubur sampai membuat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sering berdoa agar terhindar dari adzab kubur.
“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua
orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua
berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka.
Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua
keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku
pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau.
Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan
diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara adzab tersebut’. Dan
aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari adzab kubur setiap selesai
shalat” (HR. Bukhari no. 6005)
Bahkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita ingat dan ingat akan kematian serta takut akan binasa di akhirat kelak. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan
kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
dalam riwayat lain :
“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat”
(HR. Ibnu Maajah no.1569)
takut jenis ini justru akan melembutkan hati dan menambah ketaqwaan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun
sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat
melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan
akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul
hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
Orang yang teringat kematian dan takut akan adzab kubur, akan takut kepada Allah. Sehingga ia menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah dan bersegera melakukan kebaikan agar selamat dari adzab kubur. Oleh karena itu Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu pun takut jika lewat kuburan, yaitu takut akan kematian dan adzab kubur. Beliau berkata:
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di
alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil,
maka setelahnya lebih berat’
Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192).
Takut jenis ini merupakan termasuk ibadah yang agung, karena pada hakikatnya adalah takut kepada Allah, bukan kepada kuburannya. Oleh karena itu orang yang mengalami takut jenis tidak menghalanginya untuk berjalan melewati kuburan, hanya saja ketika melewatinya ia takut akan adzab kubur dan takut terhadap Allah serta ingat akan akhirat.
2. Takut yang manusiawi (khauf thabi’i)
Khauf Thabi’i atau rasa takut yang manusiawi tidak terlarang dalam Islam. Bahkan ajaran Islam melarang umatnya menjerumuskan diri dalam kebinasaan dan bahaya. Maka takut terhadap hal-hal yang dapat membahayakan tentu tidak terlarang. Yaitu takut terhadap hal-hal yang jelas membahayakan semisal takut terhadap musuh, takut terhadap binatang buas, takut tertabrak mobil, dll. Syaikh Sulaiman At Tamimi mengatakan: “Khauf Thabi’i semisal takut terhadap musuh, binatang buas, takut, tertimpa reruntuhan, takut tenggelam dan lainnya. Ini tidak tercela” (Taisiirul ‘Aziz, 1/418)
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Musa:
“Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu
dengan khawatir” (Al Qashash: 21)
Juga dalam ayat yang lain:
“Musa berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang
manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku”
(Al Qashash: 33)
Namun Allah tidak mencela rasa takut Nabi Musa karena hal itu merupakan rasa takut yang manusiawi.
Dengan demikian, jika seseorang takut lewat kuburan karena adanya hal-hal yang jelas membahayakan semisal karena tempatnya sepi dan sering terjadi perampokan di sana, atau sering dilewati binatang buas, atau terlalu gelap hingga khawatir terjatuh, dll. Ini semua takut yang dibolehkan.
Jika Karena Takut Jin?
Setelah kita bahas macam-macam takut lewat kuburan yang dibolehkan dan dilarang, ada satu pertanyaan. Bagaimana jika seseorang meyakini orang mati di dalam kubur tidak akan bisa hidup lagi, tidak bisa memberi manfaat ataupun bahaya, namun ia tetap takut lewat kuburan karena takut terhadap jin. Ini termasuk takut yang boleh atau terlarang?
Syaikh Shalih Alu Syaikh menjawab: “Ini perlu dirinci. Khauf thabi’i (takut yang manusiawi) itu boleh saja. Namun jika seseorang itu takut dengan khaufus sirr, yaitu ia takut jin menimpakan keburukan padanya tanpa sebab dengan kuasa mereka, misalnya takut bahwa jin itu dapat mematikannya seketika, serupa seperti Allah Jalla Wa ‘Alaa menakdirkan kematian atas dirinya, ini merupakan kesyirikan.
Adapun khauf thabi’i terhadap suatu hal yang membahayakan, ini bukan kesyirikan. Namun khauf thabi’i itu memiliki sebab-sebab yang zhahir. Khaufus sirr jika sesorang takut padahal tidak ada apa-apa. Maka takut terhadap roh jin tanpa adanya sebab yang zhahir menunjukkan akan hal itu. Oleh karena itu, hal ini (takut terhadap jin) tidak ragu lagi ia termasuk syirik asghar (syirik kecil) dan terkadang termasuk syirik akbar (syirik besar) tergantung kondisinya”2
Semoga bermanfaat.
Takut terhadap kuburan ada 2 macam:
Pertama: takut yang terlarang.
Takut yang terlarang jika lewat kuburan, kita bagi menjadi dua:
1. Khaufus Sirr
Khaufus Sirr adalah rasa takut yang dialami seorang hamba terhadap selain Allah bahwa makhluk tersebut, dengan kuasa dan kehendaknya, dapat menyebabkan bahaya pada si hamba walaupun tanpa interaksi (Taisiirul ‘Aziz, 1/23). Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan, “Khaufus sirr adalah takut terhadap selain Allah dan meyakini mereka bisa menimpakan sesuatu yang tidak disukainya. Baik takut terhadap berhala, thaghut, orang mati, makhluk gaib berupa jin maupun manusia yang tidak ada di hadapan. Sebagaimana yang dikisahkan Allah tentang kaum Nabi Huud, mereka berkata:
إِنْ نَقُولُ إِلَّا اعْتَرَاكَ
بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي
بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا
تُنْظِرُونِ
Lebih jelas lagi, Syaikh Shalih Alu Syaikh hafizhahullah menuturkan: “Khaufus sirr itu seseorang takut tertimpa keburukan dari selain Allah, tanpa sebab”1.
Khaufus sirr merupakan ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Syaikh Ibnu Baaz berkata: “Khaufus sirr hanya dikhususkan kepada Allah semata karena sesungguhnya kepada-Nya lah manusia patut karena Allah lah memiliki kuasa menimpakan sesuatu secara sirr tanpa bisa dirasa oleh inderawi” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 1/51)
Syaikh Sulaiman At Tamimi berkata, “khauf jenis ini dalam realitanya dialami oleh para penyembah kubur. Mereka takut kepada orang-orang shalih (yang sudah mati) atau bahkan kepada para thaghut sebagaimana takutnya mereka kepada Allah” (Taisiirul ‘Aziz, 1/417). Sebagaimana yang diyakini sebagian orang, mereka takut penghuni kubur ‘marah’ sehingga memberikan berbagai sesaji, atau karena takutnya bila melewati kubur mereka membungkuk sambil permisi.
Oleh karena itu, jika seseorang takut lewat kuburan dengan disertai keyakinan bahwa mayat-mayat di dalam kubur atau jin-jin yang ada disana dapat menyebabkan keburukan secara seketika tanpa sebab sebagaimana Allah yang menakdirkan keburukan pada makhluknya, maka yang demikian tidak diperbolehkan dan dikhawatirkan terjerumus dalam syirik akbar.
2. Takut yang menghalangi ketaatan
Takut yang membuat seseorang meninggalkan kewajibannya atau meninggalkan sebuah ketaatan, atau membuatnya melakukan sesuatu hal yang haram. Dalam kitab Al Irsyad (1/75) Syaikh Shalih Fauzan menjelaskan: “Takut jenis ini haram hukumnya, bahkan termasuk syirik kecil. Takut jenis inilah yang disinggung oleh firman Allah Ta’ala :
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً
وَقَالُوا
Takut jenis ini pulalah yang disinggung dalam hadits riwayat Ibnu Maajah dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
لا يحقر أحدكم نفسه. قالوا: يا
رسول الله! كيف يحقر أحدنا نفسه؟ ، قال: يرى أمرًا لله عليه فيه مقال، ثم لا
يقول فيه، فيقول الله – عز وجل – له يوم القيامة: ما منعك أن تقول في كذا وكذا؟
فيقول: خشية الناس. فيقول الله – عز وجل -: فإياي كنت أحق أن تخشى
Maka jika seseorang takut melewati kuburan hingga menghalanginya menunaikan kewajiban atau malah membuatnya melakukan hal yang haram, ini terlarang. Contohnya, takut lewat kuburan hingga enggan shalat jama’ah di masjid (bagi laki-laki).
Kedua: Takut yang boleh.
Takut yang dibolehkan jika lewat kuburan, kita bagi menjadi dua:
1. Takut karena ingat kematian dan takut terhadap adzab kubur
Yaitu teringat akan kematian dan ngerinya adzab kubur. Adzab kubur memang sangat mengerikan, jika manusia yang hidup bisa mendengar adzab kubur, niscaya mereka enggan untuk menguburkan saudaranya. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا
لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما
أسمعني
Takut terhadap kengerian adzab kubur sampai membuat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sering berdoa agar terhindar dari adzab kubur.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ
عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ
أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ
أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى
الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ
وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا
تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ
إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Bahkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita ingat dan ingat akan kematian serta takut akan binasa di akhirat kelak. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا
تُذَكِّرُ الْمَوْتَ
(HR. Muslim no.108, 2/671)
dalam riwayat lain :
زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم
الآخرة
takut jenis ini justru akan melembutkan hati dan menambah ketaqwaan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا
فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
Orang yang teringat kematian dan takut akan adzab kubur, akan takut kepada Allah. Sehingga ia menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah dan bersegera melakukan kebaikan agar selamat dari adzab kubur. Oleh karena itu Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu pun takut jika lewat kuburan, yaitu takut akan kematian dan adzab kubur. Beliau berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم
يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم
ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط
إلا والقبر أفظع منه
Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata: “Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah, 4/192).
Takut jenis ini merupakan termasuk ibadah yang agung, karena pada hakikatnya adalah takut kepada Allah, bukan kepada kuburannya. Oleh karena itu orang yang mengalami takut jenis tidak menghalanginya untuk berjalan melewati kuburan, hanya saja ketika melewatinya ia takut akan adzab kubur dan takut terhadap Allah serta ingat akan akhirat.
2. Takut yang manusiawi (khauf thabi’i)
Khauf Thabi’i atau rasa takut yang manusiawi tidak terlarang dalam Islam. Bahkan ajaran Islam melarang umatnya menjerumuskan diri dalam kebinasaan dan bahaya. Maka takut terhadap hal-hal yang dapat membahayakan tentu tidak terlarang. Yaitu takut terhadap hal-hal yang jelas membahayakan semisal takut terhadap musuh, takut terhadap binatang buas, takut tertabrak mobil, dll. Syaikh Sulaiman At Tamimi mengatakan: “Khauf Thabi’i semisal takut terhadap musuh, binatang buas, takut, tertimpa reruntuhan, takut tenggelam dan lainnya. Ini tidak tercela” (Taisiirul ‘Aziz, 1/418)
Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi Musa:
فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفاً
يَتَرَقَّبُ
Juga dalam ayat yang lain:
قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ
مِنْهُمْ نَفْساً فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ
Namun Allah tidak mencela rasa takut Nabi Musa karena hal itu merupakan rasa takut yang manusiawi.
Dengan demikian, jika seseorang takut lewat kuburan karena adanya hal-hal yang jelas membahayakan semisal karena tempatnya sepi dan sering terjadi perampokan di sana, atau sering dilewati binatang buas, atau terlalu gelap hingga khawatir terjatuh, dll. Ini semua takut yang dibolehkan.
Jika Karena Takut Jin?
Setelah kita bahas macam-macam takut lewat kuburan yang dibolehkan dan dilarang, ada satu pertanyaan. Bagaimana jika seseorang meyakini orang mati di dalam kubur tidak akan bisa hidup lagi, tidak bisa memberi manfaat ataupun bahaya, namun ia tetap takut lewat kuburan karena takut terhadap jin. Ini termasuk takut yang boleh atau terlarang?
Syaikh Shalih Alu Syaikh menjawab: “Ini perlu dirinci. Khauf thabi’i (takut yang manusiawi) itu boleh saja. Namun jika seseorang itu takut dengan khaufus sirr, yaitu ia takut jin menimpakan keburukan padanya tanpa sebab dengan kuasa mereka, misalnya takut bahwa jin itu dapat mematikannya seketika, serupa seperti Allah Jalla Wa ‘Alaa menakdirkan kematian atas dirinya, ini merupakan kesyirikan.
Adapun khauf thabi’i terhadap suatu hal yang membahayakan, ini bukan kesyirikan. Namun khauf thabi’i itu memiliki sebab-sebab yang zhahir. Khaufus sirr jika sesorang takut padahal tidak ada apa-apa. Maka takut terhadap roh jin tanpa adanya sebab yang zhahir menunjukkan akan hal itu. Oleh karena itu, hal ini (takut terhadap jin) tidak ragu lagi ia termasuk syirik asghar (syirik kecil) dan terkadang termasuk syirik akbar (syirik besar) tergantung kondisinya”2
Semoga bermanfaat.
1Dinukil dari
http://ahlalhdeeth.cc/vb/ showthread.php?p=865639
Uleenuha-Koran Tapi Rasa Magazine
Syariat agama Islam adalah syariat yang syarat akan kemuliaan. Kemuliaan tersebut tergambarkan dengan kesempurnaan aturan yang telah Alloh ta’ala ajarkan melalui utusan-Nya yang terbaik, Rosul Muhammad Shalallohu ‘alaihi wasallam. Tak terkecuali kesempurnaan yang terlihat pada penyajian Islam sebagai solusi dalam segala lini kehidupan manusia. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Ma’idah ayat 3, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan Ku-cukupkan atasmu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agamamu”.
Kesempurnaan Islam telah merubah gelapnya peradaban menjadi terang benderang. Sehingga keotentikan ajaran ini wajib dipahami oleh setiap muslim dan wajib pula untuk disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia sehingga dapat mengangkat kembali peradaban. Dan merupakan sebuah kelayakan bila Islam dijadikan jawaban dari segala macam problematika zaman.
Dalam detik zaman yang berjarak, kita dapati bahwa penggalan waktu yang tengah dihadapi adalah babak ‘akhir zaman’. Yang pula, telah dikabarkan akan banyaknya keburukan, cobaan, musibah, dan fitnah yang ditimpakan kepada setiap manusia tak terkecuali diri setiap kaum muslimin baik itu pria, wanita, orang tua, anak anak dan tak luput pula para pemuda.
Kita ketahui bersama bahwa peran pemuda adalah sebagai agent of visioner. Kontribusi pemuda sangatlah berarti dalam membangun kejayaan. Lihatlah pemuda yang juga menjadi sahabat membanjiri tinta tinta keemasan pada lembar sejarah peradaban. Adakah keraguan dalam diri kita akan keutamaan Ali Ibnu Abi Tholib, Khoild Ibnu Walid, dan Usamah Ibnu Zaid? Ya, Merekalah para pemuda yang luar biasa. Tak cukup kata untuk meyakinkan kita bahwa pemuda memang tongkat pergerakan.
Namun pemuda sangatlah rentan sekali tertimpa fitnah. Pengrusakan moral, gaya berfikir dan orientasi hidup menjadi ancaman yang dapat melunturkan fungsi pemuda sebagai penerus peradaban. Diantara kerusakan itu kita temui adanya semboyan yang familiar ditengah pemuda saat ini “muda foya foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Sebagian pemuda menganggap bahwa periode ketaatan beribadah adalah ketika masa tua. Jika para pemuda sadar, bagaimana mungkin waktu yang digunakan untuk foya foya tanpa amal sholeh akan dapat menghantarkannya masuk surga. Sungguh hal ini adalah hal yang mustahil. Masa muda adalah masa keemasan sebuah individu membangun karakter diri. Sebegitu pentingnya masa ini, sehingga nanti ketika di hari pembangkitan tidak akan melangkah kaki kita hingga ditanyai 4 perkara yang diantaranya adalah “untuk apakah masa muda digunakan?”.
Forum Kajian Islam Mahasiswa (FKIM) merasa tergerak untuk menyebarkan pemahaman yang benar tentang bagaimana sikap yang benar yang harus diambil oleh para pemuda untuk menyikapi masa mudanya. FKIM merasa tergerak untuk menerbitkan sebuah media mahasiswa yang nantinya akan dibagikan secara gratis ketika penerimaan mahasiswa baru angkatan 2012/2013. Di dalam media ini, akan ada tema tema menarik yang akan menyinggung seputar masalah kepemudaan, motivasi menuntut ilmu dan topik terhangat dalam kepemudaan yang tentunya dikemas dengan tampilan yang menarik dan bahasa yang mudah untuk dibaca, yang mana nantinya media ini akan dibagikan secara gratis ke beberapa universitas di Yogyakarta pada saat mahasiswa baru sedang melaksanakan OSPEK.
Dengan diterbitkannya media ini kami berharap bisa membuat para pemuda sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya. Hanya pada Allah-lah tempat bersandar dan berserah diri.
Untuk melihat proposal lengkap, dapat mendownload pada link berikut
Proposal Sponsorship Koran Uleenuha
Bagi donatur yang ingin memberikan bantuan dalam kegiatan dakwah, bisa ditransfer ke nomor
Bank Syariah Mandiri 7022602785 Atas nama Romy Raditya Aji
Donatur yang telah menyalurkan bantuan dimohon memberikan sms konfirmasi ke no. 085728167568 (Wahyu Dwi Saputra)
Syariat agama Islam adalah syariat yang syarat akan kemuliaan. Kemuliaan tersebut tergambarkan dengan kesempurnaan aturan yang telah Alloh ta’ala ajarkan melalui utusan-Nya yang terbaik, Rosul Muhammad Shalallohu ‘alaihi wasallam. Tak terkecuali kesempurnaan yang terlihat pada penyajian Islam sebagai solusi dalam segala lini kehidupan manusia. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Ma’idah ayat 3, “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu dan Ku-cukupkan atasmu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu menjadi agamamu”.
Kesempurnaan Islam telah merubah gelapnya peradaban menjadi terang benderang. Sehingga keotentikan ajaran ini wajib dipahami oleh setiap muslim dan wajib pula untuk disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia sehingga dapat mengangkat kembali peradaban. Dan merupakan sebuah kelayakan bila Islam dijadikan jawaban dari segala macam problematika zaman.
Dalam detik zaman yang berjarak, kita dapati bahwa penggalan waktu yang tengah dihadapi adalah babak ‘akhir zaman’. Yang pula, telah dikabarkan akan banyaknya keburukan, cobaan, musibah, dan fitnah yang ditimpakan kepada setiap manusia tak terkecuali diri setiap kaum muslimin baik itu pria, wanita, orang tua, anak anak dan tak luput pula para pemuda.
Kita ketahui bersama bahwa peran pemuda adalah sebagai agent of visioner. Kontribusi pemuda sangatlah berarti dalam membangun kejayaan. Lihatlah pemuda yang juga menjadi sahabat membanjiri tinta tinta keemasan pada lembar sejarah peradaban. Adakah keraguan dalam diri kita akan keutamaan Ali Ibnu Abi Tholib, Khoild Ibnu Walid, dan Usamah Ibnu Zaid? Ya, Merekalah para pemuda yang luar biasa. Tak cukup kata untuk meyakinkan kita bahwa pemuda memang tongkat pergerakan.
Namun pemuda sangatlah rentan sekali tertimpa fitnah. Pengrusakan moral, gaya berfikir dan orientasi hidup menjadi ancaman yang dapat melunturkan fungsi pemuda sebagai penerus peradaban. Diantara kerusakan itu kita temui adanya semboyan yang familiar ditengah pemuda saat ini “muda foya foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Sebagian pemuda menganggap bahwa periode ketaatan beribadah adalah ketika masa tua. Jika para pemuda sadar, bagaimana mungkin waktu yang digunakan untuk foya foya tanpa amal sholeh akan dapat menghantarkannya masuk surga. Sungguh hal ini adalah hal yang mustahil. Masa muda adalah masa keemasan sebuah individu membangun karakter diri. Sebegitu pentingnya masa ini, sehingga nanti ketika di hari pembangkitan tidak akan melangkah kaki kita hingga ditanyai 4 perkara yang diantaranya adalah “untuk apakah masa muda digunakan?”.
Forum Kajian Islam Mahasiswa (FKIM) merasa tergerak untuk menyebarkan pemahaman yang benar tentang bagaimana sikap yang benar yang harus diambil oleh para pemuda untuk menyikapi masa mudanya. FKIM merasa tergerak untuk menerbitkan sebuah media mahasiswa yang nantinya akan dibagikan secara gratis ketika penerimaan mahasiswa baru angkatan 2012/2013. Di dalam media ini, akan ada tema tema menarik yang akan menyinggung seputar masalah kepemudaan, motivasi menuntut ilmu dan topik terhangat dalam kepemudaan yang tentunya dikemas dengan tampilan yang menarik dan bahasa yang mudah untuk dibaca, yang mana nantinya media ini akan dibagikan secara gratis ke beberapa universitas di Yogyakarta pada saat mahasiswa baru sedang melaksanakan OSPEK.
Dengan diterbitkannya media ini kami berharap bisa membuat para pemuda sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya. Hanya pada Allah-lah tempat bersandar dan berserah diri.
Untuk melihat proposal lengkap, dapat mendownload pada link berikut
Proposal Sponsorship Koran Uleenuha
Bagi donatur yang ingin memberikan bantuan dalam kegiatan dakwah, bisa ditransfer ke nomor
Bank Syariah Mandiri 7022602785 Atas nama Romy Raditya Aji
Donatur yang telah menyalurkan bantuan dimohon memberikan sms konfirmasi ke no. 085728167568 (Wahyu Dwi Saputra)
Setelah sebelumnya saya sharing tentang
5 Aplikasi Android Untuk Menyambut Bulan Ramadhan 2012, pada kesempatan
kali ini saya akan berbagi informasi tentang aplikasi di iOS yang dapat Anda
install untuk mendukung ibadah kita kepada Allah di bulan suci ini.
Nah, berikut ini 7 aplikasi yang bisa diinstall di iPhone, iPod Touch, dan iPad yang dapat menemani Anda di bulan yang penuh berkah ini:
1. Quran Majeed
Aplikasi al-Quran di iPhone yang tampilannya bisa diperbesar kecil dengan cara pinch zoom dengan kualitas yang high quality. Aplikasi ini sudah pernah saya direview di artikel Quran Majeed – Aplikasi al-Qur’an Untuk iPhone, iPod Touch, dan iPad yang Ciamik
2. iAzkar
iAzkar adalah aplikasi iPhone yang menampilkan Doa dan Dzikir sehari-hari seperti dzikir pagi petang, dzikir setelah sholat, keutamaan dzikir. Tampilannya yang menawan dengan disertai audio pembacaan setiap doa,
3. MuslimPro (Ramadan Edition)
Saya juga pernah mereview ini pada artikel Muslim Pro – Aplikasi iPhone/iPod Touch Pengingat Sholat Gratis. Namun ada sedikit perbedaan pada versi ini, karena ini adalah edisi/versi spesial untuk bulan Ramadhan, maka UI (User Interface) alias antarmukanya diubah total dari versi sebelumnya.
4. Hisn al-Muslim
Perbedaan Hisn al-Muslim dan iAzkar di atas adalah kalau iAzkar hanya menampilkan beberapa dzikir dan yang diutamakan adalah dzikir pagi petang, sedangkan Hisn al-Muslim menampilkan seluruh doa dan dzikir yang diambil dari kitab Hisnul Muslim karya Syaikh Wahf al-Qahthaniy.
5. Resala Ramadan
Selain untuk Android, aplikasi Resala Ramadan tersedia juga pada iOS, karena memang pada awalnya, aplikasi ini dibuat berbasis iOS oleh tim Yufid Yogyakarta. Aplikasi ini mendukung 3 bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Menurut saya, pada versi iOS ini, Resala Ramadan lebih bagus tampilannya dari pada versi Androidnya.
6. Ramadan Times
Jika Anda ingin ada yang mengingatkan ketika telah masuk waktu sahur dan berbuka, aplikasi ini cocok untuk Anda gunakan. Aplikasi walaupun sederhana mungkin sangat bermanfaat untuk Anda, dengan tampilan yang inovatif, serta mendukung beberapa metode kalkulasi perhitungan waktu sholat, serta sudah support Retina Display. Silakan baca reviewnya pada artikel Ramadan Time – Aplikasi Ramadhan Untuk iPod Touch, iPhone, dan Ipad.
7. Resala Eid
Aplikasi Islami terakhir yang menjadi pilihan Anda untuk diinstal pada iDevice Anda adalah Resala Eid yang juga dibuat oleh Tim Yufid Yogyakarta. Aplikasi ini menampilkan artikel seputar topik 2 Hari Raya umat Islam yaitu Hari Raya Idul Fithri dan Idul Ad-ha. Saya juga pernah mereview aplikasi ini pada artikel Resala Eid – Aplikasi Tuntunan Hari Raya dalam Tiga Bahasa Untuk iPhone.
29 Sya’ban 1433 H, Bintaro, Indonesia.
Sumber Artikel Muslim.Or.Id
Nah, berikut ini 7 aplikasi yang bisa diinstall di iPhone, iPod Touch, dan iPad yang dapat menemani Anda di bulan yang penuh berkah ini:
1. Quran Majeed
Aplikasi al-Quran di iPhone yang tampilannya bisa diperbesar kecil dengan cara pinch zoom dengan kualitas yang high quality. Aplikasi ini sudah pernah saya direview di artikel Quran Majeed – Aplikasi al-Qur’an Untuk iPhone, iPod Touch, dan iPad yang Ciamik
2. iAzkar
iAzkar adalah aplikasi iPhone yang menampilkan Doa dan Dzikir sehari-hari seperti dzikir pagi petang, dzikir setelah sholat, keutamaan dzikir. Tampilannya yang menawan dengan disertai audio pembacaan setiap doa,
3. MuslimPro (Ramadan Edition)
Saya juga pernah mereview ini pada artikel Muslim Pro – Aplikasi iPhone/iPod Touch Pengingat Sholat Gratis. Namun ada sedikit perbedaan pada versi ini, karena ini adalah edisi/versi spesial untuk bulan Ramadhan, maka UI (User Interface) alias antarmukanya diubah total dari versi sebelumnya.
4. Hisn al-Muslim
Perbedaan Hisn al-Muslim dan iAzkar di atas adalah kalau iAzkar hanya menampilkan beberapa dzikir dan yang diutamakan adalah dzikir pagi petang, sedangkan Hisn al-Muslim menampilkan seluruh doa dan dzikir yang diambil dari kitab Hisnul Muslim karya Syaikh Wahf al-Qahthaniy.
5. Resala Ramadan
Selain untuk Android, aplikasi Resala Ramadan tersedia juga pada iOS, karena memang pada awalnya, aplikasi ini dibuat berbasis iOS oleh tim Yufid Yogyakarta. Aplikasi ini mendukung 3 bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Menurut saya, pada versi iOS ini, Resala Ramadan lebih bagus tampilannya dari pada versi Androidnya.
6. Ramadan Times
Jika Anda ingin ada yang mengingatkan ketika telah masuk waktu sahur dan berbuka, aplikasi ini cocok untuk Anda gunakan. Aplikasi walaupun sederhana mungkin sangat bermanfaat untuk Anda, dengan tampilan yang inovatif, serta mendukung beberapa metode kalkulasi perhitungan waktu sholat, serta sudah support Retina Display. Silakan baca reviewnya pada artikel Ramadan Time – Aplikasi Ramadhan Untuk iPod Touch, iPhone, dan Ipad.
7. Resala Eid
Aplikasi Islami terakhir yang menjadi pilihan Anda untuk diinstal pada iDevice Anda adalah Resala Eid yang juga dibuat oleh Tim Yufid Yogyakarta. Aplikasi ini menampilkan artikel seputar topik 2 Hari Raya umat Islam yaitu Hari Raya Idul Fithri dan Idul Ad-ha. Saya juga pernah mereview aplikasi ini pada artikel Resala Eid – Aplikasi Tuntunan Hari Raya dalam Tiga Bahasa Untuk iPhone.
29 Sya’ban 1433 H, Bintaro, Indonesia.
Sumber Artikel Muslim.Or.Id
??ْ?َ?ْ?ُ ?ِ?َّ?ِ ?َ?ِّ
??ْ?َٰ?َ?ِ??
author;
Rachmat Machmud. Flimban
Posting Komentar