BLOG AL ISLAM
Kontributor
Cari Blog Ini
Arsip Blog
-
►
2011
(33)
- ► Januari 2011 (22)
- ► September 2011 (1)
-
►
2012
(132)
- ► April 2012 (1)
- ► Agustus 2012 (40)
- ► Oktober 2012 (54)
- ► November 2012 (4)
- ► Desember 2012 (3)
-
►
2013
(15)
- ► Maret 2013 (1)
-
►
2015
(53)
- ► Januari 2015 (45)
- ► April 2015 (1)
-
▼
2023
(2)
- ► Februari 2023 (1)
Live Traffic
Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Keluarga
Written By sumatrars on Rabu, 28 Mei 2014 | Mei 28, 2014
Category : Keluarga
Mungkin semua kita sudah memahami bahwa setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung-jawabannya. Termasuk juga seorang suami dalam keluarga, adalah pemimpin dalam keluarga yang akan dimintai pertanggung-jawabannya terhadap keluarganya. Allah Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisaa: 34)
Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam juga bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Setiap kalian adalah orang yang bertanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang imam adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang wanita bertanggung jawab terhadap urusan di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya” (HR. Bukhari 893, Muslim 1829).
Namun banyak yang belum memahami bentuk kepemimpinan seorang suami dalam keluarga. Sehingga ketika terjadi kesalahan yang penyimpangan yang terjadi di dalam keluarga, sebagian suami mentoleransi hal tersebut dan tidak merasa itu bagian dari tugasnya sebagai pemimpin. Misalnya ketika seorang istri atau anak perempuannya tidak berjilbab, suami berkata: “saya sebenarnya ingin mereka berjilbab, tetapi saya tidak memerintahkan mereka, biarlah kesadaran berjilbab datang dari diri mereka sendiri“. Atau ada juga suami yang merasa tugas kepemimpinannya hanyalah sekedar “memberi tahu”, semisal ketika anaknya berpacaran (dan pacaran adalah maksiat), ia berkata: “sebenarnya saya sudah sampaikan kepadanya bahwa pacaran itu tidak baik, namun ia sudah dewasa, biarlah ia memilih apa yang menurutnya baik“. Secara common sense saja sebetulnya kita mengakui bahwa yang demikian itu bukanlah pemimpin, atau kalau mau dikatakan pemimpin pun maka pemimpin yang lemah.
Wajibnya Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Keluarga
Ketahuilah amar ma’ruf nahi mungkar sejatinya wajib bagi semua individu muslim, entah ia sebagai anak, istri ataupun belum berkeluarga. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama adalah nasehat”. Para sahabat bertanya: “Untuk siapa?”. Beliau menjawab: “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para imam kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya” (HR. Muslim, 55)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kita beramar-ma’ruf nahi-mungkar kepada semua Muslim, dengan tangan jika mampu, apabila tidak mampu maka menasehati dengan lisan atau minimal dengan hati:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده . فإن لم يستطع فبلسانه . فإن لم يستطع فبقلبه .وذلك أضعف الإيمان
“Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR. Muslim, 49)
Dan amar ma’ruf nahi mungkar dalam ruang lingkup keluarga itu lebih ditekankan lagi wajibnya, Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriiman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan” (QS. At Tahrim: 6)
Dan bagi seorang suami di dalam keluarga yang ia pimpin, kewajiban ini menjadi lebih wajib lagi. Mengapa demikian? Karena sudah atau belumnya ia mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar dalam keluarganya akan dimintai pertanggung-jawaban di akhirat.
كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah orang yang bertanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang imam adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawabannya. Seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarganya dan akan dimintai pertanggung-jawabannya” (HR. Bukhari 893, Muslim 1829).
Dan seorang suami asalnya adalah orang yang paling mampu untuk mengubah kemunkaran dalam keluarganya dengan tangannya atau lisannya. Maka wajib bagi seorang suami untuk memerintahkan keluarga untuk mengerjakan perkara-perkara yang wajib bagi mereka dan melarang mereka dari hal-hal yang dilarang agama. Jadi perlu digaris bawahi, hukumnya wajib, bukan sunnah bukan pula mubah. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam An Nawawi membuat judul bab:
باب وجوب أمره أهله وأولاده المميزين وسائر من في رعيته بطاعة الله تعالى ونهيهم عن المخالفة وتأديبهم ومنعهم من ارتكاب مَنْهِيٍّ عَنْهُ
“Bab wajib (bagi seorang suami) untuk memerintahkan istrinya dan anak-anaknya yang sudah mumayyiz serta semua orang yang ada dalam tanggung jawabnya untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan melarang mereka dari semua penyimpangan serta wajib mengatur mereka serta mencegah mereka terhadap hal-hal yang dilarang agama”.
Ibnu ‘Abdil Barr mengatakan:
فواجب على كل مسلم أن يعلم أهله ما بهم الحاجة إليه من أمر دينهم ويأمرهم به، وواجب عليه أن ينهاهم عن كل ما لا يحل لهم ويوقفهم عليه ويمنعهم منه ويعلمهم ذلك كله
“wajib bagi setiap muslim untuk mengajarkan keluarganya perkara-perkara agama yang mereka butuhkan dan wajib memerintahkan mereka untuk melaksanakannya. Wajib juga untuk melarang mereka dari segala sesuatu yang tidak halal bagi mereka dan menjauhkan serta mencegah mereka dari semua itu. Dan wajib mengajarkan mereka semua hal ini (perintah dan larangan)” (Al Istidzkar, 510)
Jadi tidak benar seorang disebut “ulama” dan juga “cendikiawan Muslim” di negeri kita ini, yang anaknya tidak memakai jilbab, yang berkata: “saya tidak pernah memerintahkannya berjilbab, kalau ia mau berjilbab biarlah itu dari kesadarannya sendiri“. Perkataan yang dianggap bijak oleh orang-orang awam namun merupakan kesalahan yang fatal. Seolah-olah keshalihahan atau kebobrokan keluarganya itu bukanlah tanggung jawabnya. Inilah yang disebut dayyuts, yaitu suami yang tidak mengingkari kemaksiatan dan penyimpangan yang dilakukan keluarganya. Cukuplah dalam hal ini ancaman keras dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
ثلاثةٌ لا يَدخلُونَ الجنةَ: العاقُّ لِوالِدَيْهِ ، و الدَّيُّوثُ ، ورَجِلَةُ النِّساءِ
“Tidak masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, dayyuts (suami yang membiarkan keluarganya bermaksiat), dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu Khuzaimah dalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’, 3063).
Berlaku Hikmah Kepada Keluarga
Setelah mengetahui kewajiban suami untuk beramar ma’ruf nahi mungkar kepada keluarganya, perlu diketahui bahwa hal tersebut semestinya dilakukan dengan hikmah, bukan cara yang serampangan atau kasar. Beramar ma’ruf nahi mungkar diniatkan untuk memperbaiki dan menunjukkan kebaikan, bukan untuk menimbulkan kemungkaran lain atau bahkan yang lebih besar. Demikianlah sifat amar ma’ruf nahi mungkar yang benar kepada seluruh manusia secara umum. Terlebih kepada keluarga, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. At Tirmidzi 3895, ia berkata: “hasan gharib shahih”)
Al Munawi menjelaskan: “(aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku) yaitu dalam urusan agama maupun urusan dunia” (Faidhul Qadhir, 3/496).
Ibnu ‘Allan mengatakan: “maksud dari (aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku) adalah bahwa beliau adalah yang paling baik sikapnya terhadap keluarga beliau dan paling sabar menghadapi mereka dengan segala perbedaan keadaan mereka” (Dalilul Falihin, 3/105).
Maka seorang suami yang bijak adalah yang senantiasa beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap keluarganya dengan cara-cara yang baik, penuh kelembutan, kesabaran dan akhlak selain itu juga efektif, kreatif, solutif dan tepat sasaran sehingga tidak menimbulkan friksi-friksi yang justru berujung pada kerusakan yang lebih besar dari kemungkaran yang diingkari.
Hidayah Hanya Milik Allah
Sebagai penutup bahasan ini, penting untuk diketahui bahwa hidayah itu di tangan Allah. Yang menjadi tanggung jawab kita adalah proses, bukan hasil. Adapun hasil, itu di tangan Allah. Kita diperintahkan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar dengan cara yang benar, adapun hasilnya apakah keluarga kita menjadi orang bertaqwa ataukah tidak, kelak menjadi penghuni neraka ataukah surga, itu di tangan Allah.
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Bukanlah kewajibanmu apakah mereka mendapat petunjuk (atau tidak), akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. Al Baqarah: 272)
Sebagaimana kita sendiri tidak bisa menjamin diri kita berada senantiasa di atas hidayah Allah, kita juga tidak bisa menjamin dan memastikan seseorang untuk mendapat hidayah Allah. Bahkan para Nabi pun tidak bisa memastikan hal tersebut pada keluarga mereka. Ingat kisah Nabi Nuh yang anak-istrinya enggan mengikuti ajakannya untuk bertauhid, juga kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang ayahnya tidak mendapat hidayah untuk bertauhid, dan banyak lagi. Yang dituntut darii kita adalah berproses, adapun hasil ada di tangan Allah.
Wabillahi at taufiq was sadaad.
Publisher of the article by : Muslim.Or.Id
Rewritten by : Rachmat Machmud end Republished by : Redaction
Artikel :Blog Al IslamSENI DALAM BERBAKTI KEPADA ORANGTUA
Written By sumatrars on Selasa, 09 April 2013 | April 09, 2013
Kategori: KELUARGA MUSLIM
Bagi yang belum pernah merasakan nikmat dan indahnya berbakti kepada orangtua
Bagi yang belum maksimal berbakti kepada mereka
Ketauhilah...bahwa ternyata dalam usaha untuk melaksanakan bakti terdapat seni!
Seni bagaimana bertutur kata yang baik...mencari kata-kata yang tidak menyakiti orangtua.
Seni bagaimana membuat orangtua selalu tersenyum bahkan kalau bisa tertawa riang gembira.
Seni bagaimana menahan rasa ingin makanan dan minuman yang tersedia karena dikira orangtua juga menginginkannya.
Seni bagaimana berusaha mencari makanan dan minuman yang diinginkan oleh orangtua, meskipun terkadang harus kepanasan, kehujanan.
Seni bagaimana lebih mendahulukan mereka dibandingkan anak dan istri tanpa menelantarkan anak dan istri.
Seni bagaimana menjaga perasaan orangtua.
Seni bagaimana bersikap tawadhu' di depan orangtua.
Seni ketika menafkahi orangtua, bagaimana kita harus lebih beriman kepada janji Allah Ta'ala dalam hal memberikan nafkah, meskipun terkadang kita dalam keadaan sulit dan kepepet.
Seni bagaimana agar orangtua tidak malu menerima pemberian kita, anaknya.
Dari sinilah akhirnya, semoga kita lebih memahami:
1. Kenapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh seseorang lebih mendahulukan berbakti kepada orangtuanya dibandingkan berjihad ( sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari)
2. Kenapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan seseorang untuk tetap diam bersama ibunya, karena pada kedua kaki ibunya terdapat surga
Artinya: "Mu'awiyah bin Jahimah meriwayatkan bahwa Jhimah radhiyallahu 'anhu pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata: "Sungguh aku ingin berperang, dan aku datang meminta petunjuk kepada engkau?", beliau bersabda: "Apakah kamu memiliki ibu?", ia menjawab: "Iya", beliau bersabda: "Pergilah dan tinggallah bersamanya, karena sesungguhnya surga pada kedua kakinya." HR. Al Hakim, beliau berkata: "Hadits ini adalah yang shahih sanadnya dan belum disebutkan oleh kedua imam (Yaitu Imam Bukhari dan Muslim).
3. Kenapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan seorang pemuda yang telah membuat ibunya menangis untuk kembali membuatnya tertawa.
Artinya: "Abdullah bin 'Amr berkata: "Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku datang ingin berjihad bersama, aku berharap wajah Allah dan kehidupan ahirat, dan aku telah datang dalam keadaan kedua orangtuaku benar-benar menangis?", beliau menjawab: "Kalau begitu, kembalilah kepada keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka berdua menangis." HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan An Nasai.
Sobat...
Sungguh pemandangan yang terindah, yang sangat sulit dilupakan bagi seorang anak shalih. semoga Allah Ta'ala membantu kita mewujudkannya. Allahumma amin.
Sumber Artikel : Dakwah Sunnah.com
13 Perkara Yang Wanita Islam Perlu Jaga
Written By sumatrars on Selasa, 23 Oktober 2012 | Oktober 23, 2012
13 Perkara Yang Wanita Islam Perlu Jaga
10 Petua Untuk Menjadi Isteri Solehah
Written By sumatrars on Senin, 22 Oktober 2012 | Oktober 22, 2012
10 Petua Untuk Menjadi Isteri Solehah
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”Pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah tetapi ia merupakan permulaan kepada sebuah hidup yang dipenuhi dengan tanggungjawab sebagai suami isteri dan juga tanggungjawab sebagai ibu dan bapa. Andai kita bijak melayari bahtera rumahtangga, kita akan balayar di lautan yang tenang dan tidak berombak.
Namun, lumrah ketika belayar sesekali badai tetap datang melanda. Teringat sebuah lagu dalam filem lakonan Allahyarham P-Ramlee..
“Sedangkan lidah lagi tergigit, ini pula suami isteri”Bukan badai yang berupa ombak besar atau ribut taufan yang kita harapkan, tetapi cukuplah sekadar ombak kecil yang akan lebih merapatkan hubungan dan meningkatkan kefahaman antara pasangan.
” Wahai puteriku, aku ingin memberitahumu sepuluh perkara sebagai pedoman dan panduanmu dalam melayari alam rumahtangga nanti”
Kata-kata di atas merupakan kata-kata yang diucapkan oleh Umamah binti Harith kepada anak perempuannya yang bakal melangsungkan pernikahan dengan seorang Raja Yaman iaitu Al-Harith bin Amru.
Sama-sama kita renungkan dan ambil iktibar..
- Jalinkan hubungan dengan suamimu penuh ketaatan, perhatikan tempat menjadi kesenangannya dan jangan sampai dia melihat kepada sesuatu yang buruk atau tercium sesuatu yang busuk.
Jangan melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh suami. Malaikat akan melaknat si isteri sehingga waktu subuh seandainya si suami tidur dalam keadaan marah terhadap isteri. - Hendaklah kamu sentiasa membanggakannya kerana ini akan membuatkannya bertambah kasih padamu..
Selalulah melakukan perkara yang disukainya, pasti si suami akan bertambah sayang. Kalau suami suka makan asam pedas, masaklah asam pedas, jangan masak gulai tempoyak pula. Kalau suami suka warana biru, berhiaslah dengan warna biru, jangan berhias dengan warna kelabu pula. - Benarkanlah segala pendapat dan sikapnya nescaya dia akan bersikap lembut terhadapmu.
Berlembutlah dengan suami. Kalau berlaku pertengkaran, selesaikan dengan berhemah. Jangan sampai periuk belanga di dapur itu yang menjadi mangsa. Kalau suami terkhilaf, tegurlah dengan hikmah kerana lelaki mempunyai ego. Tidak mahu dilihat lemah dihadapan perempuan. Maka, berlembutlah. - Kamu hendaklah menguruskan hal ehwal rumah tangga dengan sempurna dan baik.
Kerana itulah seorang isteri itu lebih digalakkan untuk berada di rumah. Rumah merupakan tanggungjawab isteri. Dialah yang akan menjadikan suasana sesebuah rumah itu seperti syurga dunia atau neraka dunia. Bayangkan, jika si isteri bekerja sehingga lewat malam, pasti dia tidak akan mempunyai masa untuk menguruskan rumahtangga dengan baik dan ini boleh menimbulkan perbalahan. - Sentiasalah memelihara diri, keluarga dan kehormatannya.
Wanita (isteri) solehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikeranakan Allah telah memelihara mereka. (al-Nisa’: 34)Ketika si suami keluar bekerja, peliharalah maruah dirimu. Jangan menjemput orang asing ke rumah sesuka hati. Kata orang, apabila kita berkahwin, kita bukan hanya berkahwin dengan pasangan kita tetapi juga berkahwin dengan keluarganya. Peliharalah maruah diri suami dan keluarganya. Jangan menceritakan aib mereka kepada orang lain. - 6- Simpankan segala rahsianya dengan baik, jangan kamu sesekali membantah suruhannya kerana ini akan melukakan hatinya.
Orang perempuan ni memang suka bercerita tetapi hati-hati jangan sesekali menceritakan tentang suami kita kepada orang lain. Khuatir ada yang jatuh cinta dengan suami kita pula. Kalau suami kita menyuruh kita melakukan sesuatu, taatilah dia selagi mana permintaannya itu tidak melanggar hukum syarak. - Jagalah waktu makannya dan waktu beristirahat kerana apabila perut lapar akan membuatkan darah cepat naik. Begitulah juga dengan tidur yang tidak cukup akan menyebabkan keletihan.
- Andainya suamimu nanti sedang bergembira, janganlah kamu menunjukkan kesedihan pula, tetapi kamu hendaklah pandai menyesuaikan keadaan dan bijak mengikut suasana hatinya.
- Kamu hendaklah sentiasa menghiasi dirimu selalu supaya suamimu nanti berasa senang apabila menatap wajahmu.
- Jadikanlah dirimu sebagai amah kepadanya, nescaya nanti suami akan menjadi penolong pula pada dirimu.
Syurga seorang isteri dibawah tapak kaki suami. Teringat kisah ketika zaman Rasulullah, terdapat seorang wanita pada zaman itu yang dikatakan akan mendahului puteri nabi, Fatimah ketika masuk ke syurga. Wanita itu akan berjalan dihadapan Fatimah kerana beliau yang akan memegang tali kuda yang ditunggangi puteri Nabi itu. Ia merupakan ganjaran baginya kerana menghambakan hidupnya hanya untuk suaminya. Demikianlah 10 petua daripada Umamah untuk anaknya yang boleh kita jadikan panduan untuk menjadi isteri solehah.
Isteri yang baik adalah isteri yang berhias dan bersolek cantik ketika berada di rumah. Bukannya bersolek dan berhias sakan ketika berada di luar rumah. Ada isteri yang kurang prihatin, apabila dia berada di rumah, badan berbau bawang dan rambut kusut-masai. Suami yang penat bekerja, bertambah penat melihat sikap si isteri. Anehnya, bila keluar ke pasar, amboi..cantik mengalahkan Miss Universe.Hihi..
Sejarah, Kemungkaran-kemungkaran dalam maulid nabi (1/2)
Category : Sejarah,Tarikh,Aqidah,Manhaj Source article: Abunamirah.Wordpress.com Oleh: al Ustadz Abu Mu’awiyyah Hammad Hafizhahullahu ...