?ِ?ْ?ِ ????ِ ???َّ?ْ??ِ ???َّ?ِ??ِ
Petaka demi
petaka melanda, hati manusia pun luluh karenanya, aqidah dikorbankan, agama
dilupakan, syariat hilang sedikit demi sedikit. Maka malapetaka apakah yang
lebih dahsyat dibandingkan dengan malapetaka yang menimpa iman? Dialah
kesyirikan.
Sebelum Saudara/i Berpindah ke Artikel Lain atau ke Blog kesedian-nya untuk meninggalkan Terima kasih.....
Bagaimana tidak,
sedang Allah telah berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ
قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي
إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنْصَارٍ (٧٢)
“Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah
mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka; tidaklah ada bagi
orang-orang zhalim itu seorang penolongpun”. (QS.Al-Maa’idah 05:72).
Adapun
malapetaka ini, kebanyakan orang hanya mengetahuinya secara global saja. Adapun
kesyirikan secara terperinci, kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.
Orang-orang
hanya mengetahui bahwa syirik itu, ketika seseorang menduakan Allah dalam
penciptaan; atau ketika seseorang menyembah patung-patung.
Adapun menyembah
orang sholeh, dan lainnya, dalam arti berdo’a, meminta pertolongan
kepada orang sholeh atau wali-wali, memohon syafa’at, kesembuhan,
jodoh, rejeki, dan lainnya kepada mereka, maka ini tidak dianggap
syirik !! Ini tentunya keliru !! Syirik bukan terbatas pada
penyembahan berhala.
Tapi penyembahan segala sesuatu dari selain Allah, baik
itu arca, nabi, malaikat, orang sholeh, pohon, kuburan, dan lainnya.
Makhluk-makhluk yang disembah ini biasa kita istilahkan dengan “berhala”.
Mereka keliru
dalam membatasi kesyirikan hanya khusus pada penyembahan arca-arca, karena
mereka menyangka bahwa orang-orang musyrikin di zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wa sallam- adalah kaum yang menyembah patung-patung saja, tanpa yang lainnya.
Padahal jika membuka Kitabullah, dan kitab-kitab hadits, maka kita akan
mendapat keterangan bahwa kaum musyrikin dahulu bukan hanya menyembah patung
saja, bahkan ada yang menyembah kuburan, pohon, orang-orang sholeh.
Silakan
dengarkan penuturan seorang ulama Islam ketika menjelaskan jemis-jenis sembahan
kaum musyrikin jahiliyyah:
Syaikh Sholeh
bin Fauzan Al-Fauzan-hafizhahullah- berkata saat menjelaskan sembahan-sembahan
kaum musyrikin, “Kata Lata -tanpa dobel huruf t -, adalah nama berhala di
Tho’if .
Dia berupa batu
yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Padanya ada tirai-tirai yang
menyamai ka’bah. Di sekelilingnya ada halaman, dan di mempunyai pelayan
(penjaga).
Orang-orang jahiliyah menyembahnya sebagai sekutu selain Allah
-Subhanahu wa Ta’la-.
Berhala ini milik kabilah Tsaqif dan kabilah-kabilah yang
ada disekitar mereka. Mereka amat membanggakan berhala.
Sebagian
qira’ah membaca firman Allah, dengan dobel huruf t sebagai isim fa’il (Latta)
dari kata kerja latta-yaluttu. Dia (Latta) adalahseorang lelaki yang shalih
yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia
meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya, dan
menutupinya dengan tirai-tirai. Akhirnya mereka menyembahnya sebagai sekutu
selain Allah -Subhanahu wa Ta’la- . Inilah Latta ! Adapun Uzza, dia adalah
pohon dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekah
dan Tha’if.
Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga
mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga).Di pohon ini terdapat setan-setan
yang berbicara kepada menusia. Orang-orang bodoh menyangka bahwa yang berbicara
kepada mereka adalah pohon-pohon itu atau rumah-rumah yang mereka bangun.
Padahal yang berbicara kepada mereka adalah setan-setan untuk menyesatkan
mereka dari jalan Allah.
Uzza ini adalah berhala milik suku Quraisy, penduduk
mekah serta suku-suku yang ada di sekitarnya. Adapun Manaat,dia adalah batu
besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudaid yang terletak antara Mekah dan
Madinah. Berhala ini adalah milik suku Khuza’ah, Aus, dan Khozroj. (Jika ingin
haji), mereka berihram di sisinya, dan mereka menyembahnya sebagai sekutu bagi
Allah”. [Coba lihat Syarh Al-Qowa’id Al-Ar-ba’ (hal. 31)]
Inilah tiga
berhala yang merupakan berhala terbesarnya Bangsa arab. Maka penyembahan kepada
arca, batu, orang sholeh dan pohon adalah sesuatu yang jelas kalau itu adalah
kesyirikan. Tapi, sedikit yang menyadari bahwa menyembah orang-orang shalih
yang telah meninggal juga adalah kesyirikan. Dialah berhala Latta bagi
orang-orang Tsaqit dan kabilah-kabilah di sekitarnya.
Pembaca yang
budiman, mungkin kita bertanya, “Bagaimanakah bentuk penyembahan mereka
terhadap orang-orang shalih ini sehingga dikatakan sebagai suatu kesyirikan?”
Perhatikanlah ucapan Syaikh Al-Fauzan di atas! Mereka menyembahnya bukan ketika
orang shalih itu masih hidup tetapi setelah meninggalnya.
Mereka bangun
kuburannya, buatkan sebuah rumah di atasnya, dipasangi tirai/kelambu, dijaga
oleh satu atau dua orang atau bahkan lebih. Kemudian orang-orang pun
mendatanginya, menyampaikan hajat, berdo’a kepadanya atau minta dido’akan.
Bukan kepada penjaga kuburan tersebut tetapi kepada orang shalih yang telah
meninggal itu. Inilah keadaan mereka.
Allah
mengabarkan perbuatan mereka dalam firman-Nya:
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى
اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ (٣)
“Ingatlah, Hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. (QS.
Az-Zumar 39: 3)
(Sesungguhnya Allah akan memutuskan
di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.)
Kesyirikan
semacam ini tidak hanya terjadi di zaman nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
bahkan jauh sebelumnya telah terjadi pada kaum Nuh -alaihis salam-.
Allah berfirman
saat mengisahkan perkataan mereka:
وَقَالُوا لا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلا
تَذَرُنَّ وَدًّا وَلا سُوَاعًا وَلا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا (٢٣)
“Dan
mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan
jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”. (QS.Nuh 71:23 ).
Penafsir Ulung
Al-Qur’an, Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhu- berkata dalam menafsirkan ayat ini,
“Ini adalah nama-nama orang shalih dari kaum Nuh. Ketika mereka telah meninggal,
setan pun datang mewahyukan kepada kaum meraka untuk mendirikan patung-patung
itu dengan nama orang-orang shalih, mereka pun melakukannya, tetapi orang-orang
sholih itu belum disembah.
Tatkala mereka
meninggal dan ilmu telah dilupakan, maka patung-patung orang shalih itu pun
disembah”. [HR. Al-Bukhariy dalam Kitab Tafsir Al-Qur’an (4920)]
Demikianlah
pelaku kesyirikan, saling mewarisi dari zaman ke zaman; bentuknya kadang beda,
tapi hakikatnya sama. Jaman nabi Nuh, orang shalih yang didatangi adalah dalam
patung-patungnya, sedangkan jaman Nabi Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam-
yang didatangi adalah kuburannya. Adapun jaman kita sekarang, maka setiap
tempat berbeda. Kadang di tempat ini, yang didatangi, dan disembah adalah
patung atau pohon. Tetapi di tempat yang lain adalah kuburan. Mereka meminta
dan mengharap darinya.
Mereka
menjadikan orang-orang shalih sebagai berhala yang disembah selain Allah dalam
bentuk mendatangi patung atau kuburannya, berdo’a kepada mereka, menyampaikan
hajat-hajat keseharian kepada mereka, mengharap dan takut kepadanya, bernazar
dan berkurban di sisinya.
Semua ini adalah kesyirikan !!
Semua ini
adalah perbuatan setan yang hendak menyesatkan manusia . Padahal jika kita
memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an, kelak pada hari kiamat nanti, orang-orang
shalih yang mereka sembah itu akan ditanya tentang penyembahan manusia
kepadanya. Namun orang-orang shalih itu pun berlepas diri dari perbuatan
mereka. Sebagai contoh, Nabi Isa –alaihis salam- dan ibunya yang dijadikan berhala
oleh orang-orang nashrani.
Allah -Ta’ala-
berfirman:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ
مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ
اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ
كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ (١١٦)
“Dan
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu
mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah Aku dan ibuku, dua orang tuhan selain
Allah?”. Isa menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidaklah patut bagiku mengatakan apa
yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara-perkara ghaib”.
(QS.Al-Maidah 005:116)
Al-Hafizh Abul
Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, “Ini juga merupakan
perkara yang Allah bicarakan tentangnya kepada hamba dan Rasul-Nya, Isa bin
Maryam -alaihis salam- seraya berfirman kepadanya pada hari kiamat di depam
orang-orang yang menjadikannya, dan ibunya sebagai dua sembahan selan Allah,
“Adakah kamu mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah Aku dan ibuku, dua orang
tuhan selain Allah?”. Ini merupakan ancaman bagi orang-orang Nasrani, celaan,
dan kecaman kepada mereka di depan seluruh makhluk”. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir
(2/164)]
Al-Allamah
Abdur Rahman bin Ali Ibnul Jauziy-rahimahullah- berkata dalam tafsirnya,
“Lafazh ayat ini berupa pertanyaan. Sedang maknanya adalah kecaman bagi orang
yang mendakwakan ketuhanan Isa”. [Lihat Zadul Masir fi Ilm At-Tafsir (2/463)]
Selain
menyembah orang sholeh, sebagian manusia menyembah malaikat. Ini juga merupakan
kesyirikan dan pelakunya musyrik.
Allah -Ta’ala-
berfirman:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ
يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (٤٠)
قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا
مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ
(٤١)
“Dan
(Ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya Kemudian
Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”.
Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami,
bukan mereka; bahkan mereka Telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman
kepada jin itu”. (QS.Saba’ 34:40-41 ).
Allah -Ta’ala-
juga berfirman:
وَلا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلائِكَةَ
وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا أَيَأْمُرُكُمْ بِالْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(٨٠)
“Dan
(Tidak wajar pula bagi-Nya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi
sebagai tuhan. apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu
sudah (menganut agama) Islam?”. (QS. Ali Imran
003: 80 ).
Diantara bentuk
kesyirikan, penyembahan matahari, rembulan, dan bintang-bintang.
Allah -Ta’ala-
berfirman:
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ
مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ
السَّبِيلِ فَهُمْ لا يَهْتَدُونَ (٢٤)
”
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan
telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk”.
(QS. An-Naml 27:24 ).
Allah -Ta’ala-
juga berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ
الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (٣٧)
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.
janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang
menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah . (QS. Fushshilat 41:37 ).
Dalam ayat-ayat
ini terdapat faedah bahwa kemusyrikan bukan hanya terbatas pada penyembahan
arca sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang jahil, bahkan menyembah orang
sholeh (baik ia malaikat, nabi atau wali) pohon, bebatuan dan lainnya, semuanya
termasuk kesyirikan. Semua bentuk kesyirikan telah ada di zaman Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Olehnya, Syaikh
Muhammad bin Sulaiman At-Tamimiy An-Najdiy -rahimahullah- berkata dalam
Al-Qowa’id Al-Arba’ , “Sesungguhnya Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- muncul
di tengah manusia yang berbeda-beda dalam peribadatan mereka. Diantara mereka,
ada yang mengibadahi malaikat, ada yang mengibadahi nabi-nabi, orang sholeh, ada yang menyembah batu dan pohon; ada yang menyembah
matahari dan rembulan”. [Lihat Al-Majmu’ Al-Mufid fi Naqd Al-Quburiyyah wa
Nushroh At-Tauhid (hal.609)]
Sumber :
Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 52 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas.
Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe,
Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah).
Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc.
Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust.
Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk
berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp.
200,-/exp)
Sumber Artikei: http://almakassari.com
Sebelum Saudara/i Berpindah ke Artikel Lain atau ke Blog kesedian-nya untuk meninggalkan Terima kasih.....
??ْ?َ?ْ?ُ ?ِ?َّ?ِ ?َ?ِّ
??ْ?َٰ?َ?ِ??
author;
Rachmat Machmud. Flimban
Posting Komentar